pengunjungnya tidak pernah sepi.
Clubstore, seperti namanya, ditujukan kepada konsumen tertentu yang rela
mendaftar dan menjadi anggota dengan memegang kartu keanggotaan tahunan.
Biasanya konsumen memiliki minat untuk menjadi anggota bila terdapat kebutuh-
an yang tidak dapat dipenuhi oleh pasar swalayan. Selain nama "spesies", Club-
store adalah juga kebetulan dipakai sebagai nama sebuah toko yang menjajakan
produk-produk (sebagian besar produk makanan import). Selain The Clubstore,
Ranch Market juga masuk dalam kategori ini.
Specialty Store sebenarnya bukanlah "spesies" baru yang tumbuh belakang-an.
Specialty store sudah mulai muncul sejak tahun 1980-an di Amerika Serikat.
Jaringan ini cenderung tidak mengeksplor keanekaragaman produk, melainkan
mengeksploitasi kedalaman pada satu kategori saja. Toko swalayan sepatu, buku,
Tempat orang belanja
mingguan, lokasi di
tengah kota, harga per
unit sedikit lebih mahal
dari hypermarket.
Kalau toko swalayan ini
dapat dikelola dengan
baik, dan kalau kebutu-
han mendadak itu dapat
dideteksi dengan baik,
convenient store dapat
melengkapi kebutuhan
belanja konsumen.
Seseorang yang sedang
berkemah melihat
harimau, bukannya ia
lari melainkan memakai
sepatunya.Temannya
berteriak dan marah-
marah, "Mengapa kau
tidak lari saja?"
Ia menjawab,"Saya pa-
kai sepatu biar bisa lari
lebih kencang daripada
kamu..."
elektronik, komputer, alat-alat dapur, bahan bangunan, gardening, obat-obatan dan
suplemen kesehatan, sampai buah-buahan dan sayuran. Di Indonesia kita mengenal
Gramedia dan Kinokuniya (buku), Ace Hardware (perabot rumah tangga), Toys R
Us (mainan anak-anak), Electronic City (Consumer Electronic), sampai toko
swalayan buah-buahan Total.
Tekanan dari ketiga "species" baru itu, ditambah dengan pencabangan dari
supermarket sendiri kepada hypermarket dan swalayan kulakan, telah cukup mem-
buat ruang gerak supermarket di seluruh dun ia menjadi sempit dan bahkan meng-
alami tekanan "kepunahan".
Inilah sebuah proses yang disebut Charles Darwin se-
bagai natural selection yang tidak dapat dihindari.
Para pengelola supermarket sendiri di seluruh dunia telah melakukan berbagai
upaya untuk mempertahankan eksistensinya dari kepunahan. Selain bertransfor-
masi dengan memasuki bisnis hypermarket dan memperbaharui komposisi produk
dan efisiensi, mereka juga melakukan upaya-upaya hukum untuk membatasi ruang
gerak hypermarket. Celakanya upaya-upaya ini seringkali tidak mendapat dukung-
an dari konsumen karena pergeseran penghasilan telah mendorong pengetahuan
konsumen tentang pilihan barang dan belanja menjadi lebih baik.
Trend-nya. di seluruh dunia adalah pilihan produk yang lebih luas, kualitas
yang lebih baik, namun harga yang lebih murah. Bahkan pada saat bangsa-bangsa
di seluruh dunia mengalami krisis ekonomi, tuntutan memperoleh produk yang
demikian menjadi semakin kencang terdengar. Solusinya memang menjadi dile-
matis: antara solusi defensive dengan membentuk opini publik bahwa usaha-usaha
besar hypermarket telah mematikan toko-toko kecil, dan memperoleh dukungan
para politisi yang memerlukan support dari pemiliknya, atau solusi offensive, yaitu
memperbaharui diri dan bertransformasi menjadi hypermarket.
Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan
peran pasar tradisional?
Benarkah ia akan mengalami kepunahan?
Logika awam, yang dibentuk oleh berbagai opini menunjukkan bahwa dengan
munculnya aneka usaha modern, maka pasar traditional akan punah, dan
pedagang-pedagang kecil akan kehilangan pelanggan karena kalah bersaing. Me-
ski pendapat ini sangat masuk akal, fakta yang terjadi di lapangan berbeda dengan
opini-opini tersebut.
SOLUSI DEFENSIF
SOLUSI OFENSl Pasar Becek Itu Sudah Tidak Zaman Lagi
SEBAGIAN besar Anda barangkali pernah dibesarkan
dalam suasana pasar becek. Yang saya maksud adalah
pasar tradisional, atau pasar Inpres, tempat segala pe-
dagang menjajakan barangnya. Terdiri dari los-los
panjang yang hanya bagian tertentu diberi atap. Jalan-
nya kecil, terbuka di bagian atas.
Di pasar itu Anda bisa menemui apa saja. Mulai
dari ikan basah, ikan asin, sayuran dan buah-buahan,
kelapa parut, makanan dan kue-kue, kopi teh, gula
pasir, beras, panci-panci, barang-barang dari plastik,
kain, baju, sepatu, jamu dan sebagainya. Pokoknya
komplit, murah, ramai, dan tentu saja ... becek.
Maklum jalannya sempit, pedagang dan pengun-
jungnya padat. Sementara itu sistem penanganan
limbahnya tidak memadai. Sehingga pedagang pun
membuang limbah di depan dagangan mereka sendi-
ri-sendiri: sayuran busuk, ampas kelapa, buangan air
kelapa yang menghitam, bercampur dengan air ikan
dan darah daging yang menetes di lantai.
Orang yang berbelanja kadang harus berdesak-
desakan. Kadang berdiri, kadang berjongkok. Memilih
barang, sekaligus menawar harganya. Kadang kita
berpura-pura pergi karena merasa kemahalan, tapi
setelah agak jauh dipanggil kembali dan harga di-
sepakati.
Yang jualan tidak pakai seragam, bahkan pakaian-
nya pun agak lusuh dan berpeluh keringat. Hidup
mereka serba pas-pas-an. Kita bukan membeli abon
satu kilo, tetapi satu ons. Shampoo-nya bukan botol-
an, tetapi sachet. Minyak goreng bukan literan atau
botolan, tetapi beli seberapa banyak uang yang kita
punya. Bisa Rp100,-, Rpl.000,-, atau Rp. 2.500,-. Pen-
jual lalu menakar minyak memakai canting-canting
kecil dan memasukkan ke botol sirup yang kita bawa.
Buah-buahan kita beli dengan harga satuan, bukan
kiloan.
Pada tahun 1970-an sampai awal tahun 1980-an,
praktis sebagian besar masyarakat Indonesia berbe-
lanja di pasar seperti ini. Sebuah pasar yang ramai,
baunya campur aduk dan beceknya bukan kepalang.
Ketika era supermarket, dan belakangan hypermarket
berkembang, muncullah polarisasi. Mereka yang
tadinya berbelanja di pasar tradisional dengan mem-
bawa mobil mulai beralih ke supermarket.
Apakah yang harus kita lakukan?
Melarang supermarket sama sekali tidak berope-
rasi,atau memperbaharui pasar tradisional? Para poli-
tisi tentu memerlukan suara dari voters mereka. Tetapi
argumentasi mereka sungguh menarik: Pasar Swa-
layan harus dibatasi, dilarang mendekat pasar-pasar
tradisional. Mereka lupa, ada ribuan atau bahkan
jutaan konsumen yang sudah membutuhkan suasana
belanja yang menyenangkan dan nyaman. Mereka ini
juga rakyat, juga punya hak suara. Padahal, wakil
rakyat dan keluarganya di mana-mana juga sudah
berbelanja di supermarket dan hypermarket.
Sarana pasar tradisional yang becek
Pasar becek, kotor, sistem pembuangan sampah tidak beres
Sarana pasar produk pertanian di negara tetangga
Pemakaian mesin yang optimal di luar negeri Lebih tertata dan terencana
Aktivitas Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang
(Lebih tertata, bersih, dan efisien)
Volume transaksi perdagangan produk pertanian di pasar 'Tanah
Tinggi' adalah sekitar 1.200 ton/hari
Alih-alih mendorong standar pengelolaan yang
tinggi, politisi justru mendorong agar pasar tradi-
sional tetap becek.
Tanpa peremajaan pasar, bagaimana nasib para
pedagang kecil?
Diam-diam sekelompok orang yang tergabung
dalam Paramita Group mulai tertarik dalam proses
peremajaan pasartradisional. Saya sempat menyaksi-
kan presentasi kelompok ini dalam suatu kesempatan
di depan Mentri Perdagangan Rl. Konsepnya adalah
pasar induk yang terintegrasi. Menurut cara kerja-
nya, pasar tradisional bisa terus hidup kalau jaringan
distribusi barang-barang pertanian bisa diperbaiki
efisiensinya.
Salah satunya adalah dengan memberi ruang
agar para kelompok tani bisa langsung menjual hasil
pertaniannya di pasar induk tanpa melalui tengkulak
atau para pengumpul. Dengan sistem yang lebih
baik, group ini lalu membangun pasar induk yang
relatif bersih, lebih modern dan terencana dengan
baik. Gambar-gambar di box ini menunjukkan dua
pasar induk yang sudah jauh lebih modern: Pasar
Tanah Tinggi di Tangerang dan Pasar 16 llir Palem-
bang.
Sumber dan foto-foto: Paramita Group,
disampaikan dalam Acara Diskusi pada Raker
Departemen Perdagangan Rl, 7 Desember 2005
• • • Kompetisi Antarspesies, Melahirkan Spesies Baru?
Charles Darwin menemukan, persaingan antarindividu dapat menimbulkan
efek seleksi alamiah. Makhluk hidup dapat menjadi lebih kreatif dengan mem-
perbaharui DNA-nya masing-masing dan berevolusi merenovasi diri (gradual
change).
Bagan 2.2
Di lain pihak, Charles Darwin juga memprediksi persaingan antara spesies
akan menimbulkan dampak munculnya spesies-spesies baru.
Dalam dunia bisnis dan kehidupan riil, analog dengan
"spesies", muncul kategori-kategori baru melalui me-kanisme
pencabangan.
Seperti pada Bagan 2.2 di atas, persaingan antarkategori pasar tradisional
dengan kategori pasar swalayan telah memunculkan kategori - kategori baru seperti
hypermarket, kulakan, clubstore, convenient store, dan specialty store.
Mekanisme pencabangan ini patut dipahami oleh kita semua agar kita tidak
terperangkap dalam pola pikir tradisional, seakan-akan sesuatu yang tidak fair te-
lah terjadi menimpa kita sehingga kita cenderung menyangkal adanya realita baru
dan bertindak defensif. Pada kasus-kasus lainnya ditemui persoalan-persoalan se-
rupa. Lebih dari sepuluh tahun yang lalu misalnya, Motorola secara defensif me-
nolak mengakui eksistensi pendatang baru pembuat telepon selular, Nokia. Mo-
torola saat itu tengah asyik mengklaim dirinya sebagai pelopor dengan teknologi
analog. Nokia memang sejak awal sudah mencengkram bendera transformasi dari
usaha kehutanan dan sepatu boots menjadi cellular phone. Dan Nokia pun mem-
Bukan kematian yang
harusnya kita tangisi,
tetapi adalah makhluk
baru yang menggan-
tikan kita. Pasar tidak
punya hati, mereka
hanya mencari dan
mencari...
'Ada dua kemung-
kinan alasan bagi
manusia untuk
berubah. Mereka
melihat cahaya
atau mereka
kepanasan.'
Pada setiap proses
evolusi, manusia yang
pernah membuat masa
kejayaan, selalu akan
menyangkal adanya
realita-realita baru yang
bertentangan dengan
"belief-nya.
posisikan dirinya sebagai fashion phone. Maka sejak awal Nokia mengeksploitasi
desain, kemasan, dan fitur.
Ketika pasar mulai merespons kehadiran Nokia dan ketika Nokia mulai men-
jelajah teknologi digital.
Motorola menyangkal bahwa teknologi digital akan menjadi
penghalang bagi masa depannya..
Motorola, seperti dicatat oleh para ahli, justru melawan kecenderungan pasar
dengan melakukan investasi yang lebih besar pada produk-produk berbasiskan
teknologi analog. Sekarang terbukti cara berpikir defensif seperti itu telah meng-
akibatkan Nokia menjadi raja dan penguasa pasar cellular phone yang tidak ter-
goyahkan. Kita bisa berhasil karena jalan yang kita ambil benar adanya, tetapi kita
juga bisa berhasil kalau orang lain telah mengambil jalan yang salah.
Persaingan antarkategori ini sebenarnya sudah berlangsung bertahun-tahun
dan terjadi di hampir semua produk. Ensiklopedi Britanica dan Americana misal-
nya, bersaing dengan kategori ensiklopedi digital Microsoft (Encarta).
Persaingan antara teh celup dan teh ekstrak telah mendorong
munculnya kategori-kategori minuman baru yang disebut teh,
tetapi tidak dibuat dari daun teh sama sekali (teh ginseng,
cammomile, chrysanteum, dan sebagainya).
Bagan 2.3
Kecemasan
adalah keyakinan
dalam bentuk
negatif, keper-
cayaan dalam
bentuk keti-
daknyamanan,
jaminan adanya
bencana, dan
percaya akan
dikalahkan.
Kecemasan
adalah magnet
yang membentuk
medan daya
negatif.
-William Ward - • • • DNA Baru untuk Menciptakan Produk-produk Baru
Pertanyaan yang masih tersisa adalah, mengapa pelaku-pelaku lama sulit ke-
luar dari tradisi? Mengapa mereka terus menerus melakukan upaya-upaya defensif
dan tidak berhasil mengeksplorasi kebutuhan-kebutuhan baru?
Kita memang perlu bertanya, siapakah mereka yang telah menciptakan kate-
gori-kategori baru di pasar?
Jawabannya bisa Jadi cukup mengejutkan. Ternyata kategori-kategori baru itu
selalu saja diciptakan dan digulirkan oleh mereka yang sama sekali tidak berpe-
ngalaman pada industri yang sudah ada.
Anda mungkin masih ingat era kejayaan majalah berita yang dibawa oleh "the
legend" majalah Tempo. Tak ada orang yang menyangkal, Tempo telah
membangun sistem dan tradisi yang baik sekali sehingga memiliki SDM andal
yang mampu bekerja secara independen dengan membuat berita mingguan yang
khas, tajam, dan bergaya "features" (cerita-berita). Keunggulan Tempo ternyata
mengundang kecemburuan, sekaligus keinginan bagi berbagai "investor" untuk
memasuki pasar majalah berita dengan membajak wartawan-wartawan majalah
Tempo. Kadang yang dibajak hanya dua atau tiga orang, tapi kadang pembajakan
mencapai puluhan orang, lengkap dengan t im pemasaran dan produksinya.
Sekilas Anda akan menduga, Tempo akan "guncang". Tetapi
berhasilkah mereka "mengguncang" Tempo dan mendulang
keunggulan?
Pada tahun 1980-an, rombongan-rombongan "bedol desa" Tempo itu pun ber-
munculan. Mulai dari majalah Editor, Gatra, Prospek, Tajuk, sampai majalah-ma-
jalah berita yang tidak begitu besar lainnya. Diperkirakan ada lebih dari sepuluh
majalah berita "cloning" seperti ini. Kenyataan di lapangan menunjukkan, "clo-
ning" DNA yang demikian belum bisa menghasilkan produk dengan keunggulan
yang sama. Hampir semua majalah hasil cloning dengan menggunakan SDM yang
sudah "berpengalaman" itu ternyata mengalami kesulitan hidup, dan praktis hanya
tinggal Gatra yang masih bertahan. Itupun karena Gatra cerdik membangun DNA
baru yang agak berbeda.
Siapa pun yang gagal membangunnya, hanya akan mengalami seleksi alamiah
dan menjadikan produknya sekadar sebagai komoditi. Konsumen membelinya
sekadar untuk mengambil/menikmati fungsinya dengan harga yang murah.
Hati-hati dengan
pengalaman, sebab
ia bisa menghalangi
imajinasimu.
Pelajaran penting dari
upaya cloning adalah,
Anda tidak cukup
mengkopi keberhasilan
dengan mengambil
DNA yang sama. Inti
sebuah persaingan pada
dasarnya adalah men-
ciptakan sebuah dife-
rensiasi (pembedaan).
DNA keterampilan
dan keunggulan harus
merupakan sebuah
penggalian original,
dengan mengawinkan
benih-benih baru yang
unggul.
PERSAINGAN DEFENSIF DIFERENSIASI KETERAMPILAN
KEUNGGULAN PENGALAMAN SELEKSI ALAMIAH DNA BARU
Komoditi adalah
sebu-tan bagi produk
ho-mogen yang
dipungut
dari alam, tanpa merek,
berharga murah dan
cenderung berfluktuasi
(tergantung Permintaan
dan penawaran)
Di negeri yang kaya ini
kita miskin, karena se-
nang yang murah-mu-
rah dan sudah merasa
puas dengan komoditi.
'Hidup artinya
berubah, berubah
artinya menjadi
dewasa, yang
artinya memben-
tuk diri tiada
akhir.'
- Henry Bergson -
Lantas siapakah pencipta gagasan-gagasan baru itu?
Anda mungkin pernah mendengar cerita dari seorang kolumnis besar yang
diangkat menjadi seorang pemimpin redaksi atau seorang pengusaha yang tidak
pernah menerbangkan pesawat diminta menjadi CEO sebuah perusahaan pener-
bangan. Apa yang mereka alami saat bergabung di sana?
PENOLAKAN
Benar! Mereka Umumnya mengalami penolakan-penolakan yang sangat serius
dari tokoh-tokoh kunci di dalam masing-masing perusahaan. Sang kolumnis
dimusuhi oleh para wartawan senior yang mengancam akan keluar, dan si Peng-
usaha diboikot oleh para awak di perusahaan penerbangan (pilot dan co-pilot).
Mereka semua meragukan kemampuan "orang-orang baru" ini.
"Mereka tidak punya darah biru seperti kita. DNA kita
berbeda!" ujar para pemboikot.
Sang Kolumnis dikata-katai para wartawan, "Tahu apa Anda tentang proses
produksi di surat kabar? Nol!" Si kolumnis hanya bisa berkata dingin.
"Betul saya tak pernah Jadi wartawan, tapi sebagai seorang
kolumnis, saya tahu persis bagaimana impak sebuah tulisan
bagi pembaca. Dan Anda yang sehari-hari hanya berada di
dalam, mungkin tidak tahu persis apa yang dipikirkan oleh
pembaca Anda!"
Sementara itu si pengusaha yang menjadi CEO di perusahaan penerbangan
juga dikata-katai. "Di sini, kami, pilotlah yang menentukan. Tahu apa Anda untuk
menerbangkan pesawat terbang," ujar mereka. Ia pun hanya menjawab dingin.
Bagan 2.4"Saya memang tidak pernah menerbangkan pesawat seperti
Anda sekalian. Tetapi Setidaknya saya punya pengalaman
yang tidak pernah Anda miliki, yaitu menjadi penumpang.
Sebagai penumpang saya tahu persis bagaimana memenuhi
keinginan mereka. "
Kedua orang yang datang tanpa "pengalaman" itu ternyata mampu men-
ciptakan masa depan yang baru bagi perusahaan-perusahaan tadi.
Pada dasarnya pembaharuan tidak mungkin dilakukan oleh orang-
orang yang dibesarkan dalam alam yang sama. Di mana-mana
pembaharuan diciptakan oleh orang-orang yang justru "tidak
berpengalaman" pada industri sejenis. Sementara itu "orang-orang yang
berpengalaman" akan cenderung melihat dengan kacamata yang sama dari
pengalamannya sendiri. Maka tak heran bila Al dan Laura Ries mengatakan "Big
corporations tend to think the way they are." Sementara itu para wirausahawan
yang belum terkontaminasi "Tend to think the way they could be." Mereka mencari
hal-hal yang tidak biasa, dan menolak alasan-alasan penolakan dari orang-orang
yang biasa mengulang pengalamannya sendiri. Mereka percaya apa yang tidak
mungkin bagi orang lain, bisa saja memungkinkan di sini.
DNA yang dimiliki setiap orang menentukan apa yang mereka pikirkan.
Orang-orang yang kode-kode DNA-nya telah terbentuk seragam satu sama lain
cenderung akan berpikiran sama. Dan yang lebih mengkhawatirkan,
pengalaman mereka telah membentuk DNA yang baku, yang
mengakibatkan cara berpikirnya cenderung dogmatis, tidak
terbuka.
Perkawinan pemikiran dari saudara sedarah akan menghasilkan karya-karya,
produk-produk dan pelayanan yang tidak sempurna (cacat). Inilah yang disebut
incest.
Sementara orang-orang baru, yang datang dengan pikiran terbuka, masih
memberi ruang untuk mengalami proses pembentukan.
DNA mereka masih belum terkontaminasi dan siap
menerima realita-realita baru.
PARA WIRAUSAHAWAN YANG BELUM TERKONTAMINASI
PERCAYA APA YANG TIDAK MUNGKIN BAGI ORANG LAIN,
BISA SAJA MEMUNGKINKAN DI SINI.
'Orang yang keta-
kutan memasang
pintu berlapis-
lapis. Ketika yang
ditakuti tidak
terbukti ada,
mereka sudah
terkurung oleh
ulahnya sendiri.'
Otak orang-orang
yang masih perawan
memiliki lebih banyak
pertanyaan daripada
jawaban. Mereka
mengawinkan apa yang
dilihat dengan
pengalaman-pengala-
man lain dari luar
industri. Dan setiap
jawaban dari orang-
orang "berpengalaman"
dirasa aneh. Maka
merekapun mencari
jawaban dari pikirannya
sendiri yang belum
terkontaminasi. Aki-
batnya cara berpikirnya
menjadi tampak aneh.
Tapi itulah esensi dari
permulaan sebuah
pembaharuan. Dimulai
dari Pertanyaan-per-
tanyaan yang kita sebut
"awareness dilemma"
(lihat bab 10). Pada masanya mereka akan menjadi pencetus dan penemu kategori-kategori
baru. Inilah yang disebut ekonom Schumpeter sebagai kaum kreatif yang meng-
hancurkan penguasa-penguasa lama (creative destruction).
'Otak kita
bekerja seperti
parasut, ia akan
bermanfaat kalau
terbuka.'
Mereka cepat sekali
menjadi layu diserang
oleh "para penjaga
pusaka literatur" yang
melihat dari dataran
teori yang sudah ada.
Kakak beradik Wright (Orville dan Wilbur) yang berhasil menerbangkan pe-
sawat terbang pertama kali (17 Desember 1903) bukanlah orang sekolahan yang
belajar dalam bidang teknik penerbangan. Ayahnya malah seorang pendeta yang
pernah berdebat dengan orang Harvard bahwa mustahil manusia bisa menerbang-
kan pesawat terbang (baginya hanya Malaikat dan burung-burung di udaralah yang
bisa terbang).
Herb Kelleher yang memimpin Southwest Airlines dan memperbaharui cara
bersaing dalam dunia usaha penerbangan dengan konsep Low Cost Carrier juga
bukanlah berasal dari dunia airlines. Ia cuma seorang lawyer yang ceria dan selalu
bekerja sepenuh hati. Yang berhasil membuat mesin penghancur sampah yang ba-
gus dan hemat bukanlah para insinyur mesin atau pertanian, melainkan seorang
sarjana ekonomi yang senang pertanian dari CV Mitran.
Logika yang sama sangat mungkin terjadi di sini dalam mengelola pemerin-
tahan. Murid-murid dan para penerus Soeharto tidak akan memperbaharui tata cara
pengelolaan negara dan kabinet. Mereka akan memimpin seperti Soeharto
memimpin.
Di mana-mana di dunia ini para murid cenderung patuh pada gurunya dan tak
berani keluar dari jalur yang sudah dibentuk. Tetapi suatu ketika akan muncul
seorang murid yang memandang dari luar "circle" yang berani melawan dan tidak
larut dengan kawan-kawannya.
Ia bisa saja dimusuhi dan dianggap "pembangkang" yang
harus disingkirkan, tetapi sesungguhnya ia hanyalah
seorang change maker belaka.
• • • Tantangan bagi Ilmu-ilmu Tradisional
Tahukah Anda bagaimana sebagian besar ilmu pengetahuan dikembangkan?
Benar ilmu pengetahuan berjalan di atas landasannya sendiri yang disebut me-
todologi. Tujuh tahun saya memimpin program doktor di UI jarang sekali saya
temui seseorang yang berani tampil dengan gagasan brilian yang berbeda dari para
Dostları ilə paylaş: |