Mendefinisikan risiko dalam hal konsekuensi, dan bukan akar penyebab: Risiko sering salah didefinisikan berdasarkan konsekuensi bukan akar penyebab. Gambar 23.7 menguraikan contoh akar penyebab versus konsekuensi. Hal ini dapat menyebabkan frustrasi dalam menentukan perlakuan risiko yang tepat karena konsekuensinya tidak dapat dikontrol secara langsung. Misalnya, perusahaan tidak dapat mengurangi kesalahan produksi atau keluhan pelanggan secara langsung, tetapi dapat meningkatkan otomatisasi proses dan pelatihan staf. Demikian juga, sebuah perusahaan tidak dapat menentukan peringkat utangnya, tetapi dapat mengelola tingkat ekuitas perusahaan (melalui penerbitan saham dan kebijakan dividen) untuk memastikan mereka cukup dikapitalisasi dengan peringkat utang yang ditargetkan. Contoh lain adalah bahwa perusahaan tidak dapat mengendalikan kerugian FX, tetapi dapat mengontrol eksposur FX dan memantau volatilitas FX. Selama proses penilaian risiko, tim proyek harus memastikan bahwa risiko didefinisikan dalam hal akar penyebab.
