bank swasta nasional di awal tahun 1990-an. Mereka Umumnya direkrut sebagai
CEO atau Vice President. Sebagai orang hebat, mereka cukup percaya diri datang
tanpa perlu bergerombol. Ternyata ada cukup banyak di antara mereka yang juga
kurang berhasil. Hanya dalam tempo dua tahun mereka sudah harus segera keluar
karena kinerja bank yang dipimpinnya bukan membaik, malah memburuk.
Ketika dunia perbankan
di Indonesia mulai
berkembang,
Citibankers menjadi
rebutan.
'You cannot build
a great team with-
out great playing.
You can loose with
good players but
you cannot win
without them.'
-John C. Maxwell -
Jangan terlalu berharap
banyak dari Super
CEO, apalagi Super
Menteri. Mereka juga
butuh SDM, Insentif dan
Organisasi Super pula.
Re-Code, solusinya.
Tetapi apakah para
menteri mengetahui?
Jawabnya sesungguhnya sangat sederhana.
CEO Citibank akan efektif memimpin kalau karyawan mereka juga sekelas
Citibank atau dapat di-upgrade (di-Re-Code) menjadi sekelas ini.
Bagaimana seorang Citibanker bisa efektif memimpin
kalau yang dipimpin tidak memperoleh insentif seperti
yang diperoleh para karyawan di Citibank?
Anda menuntut mereka bekerja seperti bawahan Anda di Citibank. Masuk
kerja pukul delapan (8) pagi dan pulang tanpa batasan waktu. Batasannya adalah
selesainya pekerjaan. Yang satu menerima insentif yang sangat menarik, yang sa-
tunya di bawah standar.
Dengan kata lain, a leader is not everything. Ia bukanlah segala-galanya. Te-
ngoklah rumus perubahan di bawah ini.
Gambar 1.1
PERUBAHAN MENUNTUT ADANYA LIMA (5) HAL SEKALIGUS
1 Visi tentang arah masa depan (vision)
4 Sumberdaya (resources) yang memudahkan
ruang gerak dan pertumbuhan
2 Keterampilan (skills) untuk mampu melakukan
tuntutan-tuntutan baru. Keterampilan ini harus
terus dipelihara, ditumbuhkan dan dikembangkan
3 Insentif yang memadai, baik langsung maupun
tidak langsung, cash maupun non-cash, individual
(berdasarkan kinerja perorangan) maupun kelom-
pok (berdasarkan kinerja kelompok/unit kerja)
5 Rencana tindak [action plan). Rencana tindak ■
adalah bukan sekadar rencana, melainkan sebuah
rangkaian tindakan yang diintegrasikan dalam lang-
kah-langkah yang spesifik dan terencana, tertulis
dan dimengerti oleh semua pelaku yang terlibat.
Pemimpin level
1 melihat kasat
mata.
Pemimpin
level 2 melihat
dengan mata
analisis.
Pemimpin
level 3 melihat
dengan visi yaitu
dengan mata
"possibility",
sebab bagi mereka
semua mungkin
(possible).
-John C. Maxwell -
Gambar 1.2
Orang-orang yang rcaktif bisa saja mengklaim dirinya telah melakukan perubahan.
Semua orang bisa memujinya karena ia bekerja cepat dan tampak cerdas. Setapi
sesungguhnya perubahan belum ada, selain pada pimpinannya. Yang ada hanyalah sebuah
kekacauan (confusion).
Pemimpin tanpa Visi
adalah pemimpin yang
reaktif. Ia bisa bekerja
cepat merespons semua
tindakan, tetapi
hasilnya tidak efektif.
Ia hanya berorientasi
pada segala hal yang
kasat mata, yaitu "here"
(di sini) and "now"
(saat ini).
Celakanya, orang-
orang bodoh hanya
mampu menilai yang
kasat mata saja.
Gambar 1.3 Seperti pada Gambar 1.3, solusi reaktif cenderung mendangkalkan persoalan.
Lingkaran bergerak datar, namun kurang efektif. Supaya bergerak efektif diperlu-
kan Visi, atau Shared Vision, yaitu Visi yang dimengerti. Visi ini menuntut pen-
dalaman, pemahaman the big picture dan konteks di mana organisasi itu berada
dalam peta pasar/peta dunia dan akan dibawa ke mana. Manusia memerlukan
pendalaman, bukan sekadar bereaksi atau meredam.
Refleksi atau pengendapan akan bermuara pada peng-
hayatan, dan penghayatan melahirkan cara bekerja
integratif, jangka panjang dan strategis.
Solusi kreatif mem-
punyai garis yang me-
lengkung, mendalam
karena menuntut lebih
dari sekadar kecepatan
merespons.
Memperbaharui
keterampilan butuh
waktu, tetapi yang jauh
lebih penting adalah
kode-kode yang sudah
terbentuk di kepala
mereka. Yaitu, apakah
mereka memiliki
Change DNA atau tidak.
Gambar 1.4
Sekarang marilah kita lihat organisasi yang tidak didukung dengan keterampil-
an (skills) yang memadai. Seperti yang tampak pada Gambar 1.4 di atas, dalam per-
ubahan ini yang muncul adalah kecemasan-kecemasan (anxiety). Misalnya Anda
menugaskan seorang staf Anda mengerjakan pengembangan websites dan meng-
alihkan tradisi komunikasi dari paperwork ke paperless (tanpa kertas). Orang-orang
yang membantu Anda selama ini cenderung memakai konsultan. Pengetahuan
mereka tentang teknologi informasi sangat terbatas. Tetapi Anda mengatakan "lets
go!" dan berjalan sendiri. Bergerakkah mereka?
Mereka mungkin saja bergerak, tetapi tanpa keterampilan yang memadai,
mereka akan mengalami kecemasan-kecemasan yang akhirnya dapat mengharnbat
perubahan. Anak-anak dari kecemasan adalah stres, rumor (gosip), amarah, dan
sebagainya. Apa yang harus dilakukan?
'••■ Ensentif Harus Memadai
Apa yang terjadi ketika kita sebagai atasan, atau saudara sebagai warganegara,
menuntut perbaikan kinerja bawahan atau aparat-aparat pemerintah? Kita buatkan
sistem untuk membenahi segala ketentuan, memberantas korupsi sampai ke akar-
akarnya. Penerimaan hadiah dalam bentuk apa pun, termasuk parsel, dilarang.
Mereka tak boleh lagi memungut penghasilan yang tidak resmi. Pada saat yang sama
kita menuntut agar mereka bekerja lebih keras, lebih cekatan, dan lebih cepat.
Perubahan memerlukan pengorbanan bahkan penderitaan. Tetapi ungkapan
itu seringkali lebih mudah untuk diucapkan daripada dijalankan. Dalam suatu
masyarakat yang terbuka dan kompetitif setiap kali sebuah pengorbanan ditun-tut,
selalu diikuti dengan banyak pertanyaan: Siapa saja yang harus berkorban?,
Mengapa saya?, Bukankah kita sudah lama menanggungnya?, Apakah pimpinan
juga rela berkorban, dan sebagainya. Pada Gambar 1.5 tampak jelas, perubahan
memerlukan insentif. Tanpa insentif, karyawan atau anak buah enggan bergerak.
Dalam bahasa perubahan, kejadian ini disebut sebagai resistensi.
Manusia bisa menjadi resisten karena berbagai alasan. Membayangkan risiko
yang demikian besar, tidak cukup informasi, tidak pernah dilihatkan, pengalaman
masa lalu yang buruk, dan lain sebagainya. Insentif tentu saja masuk sebagai
unsur yang penting. Kalau insentif yang pernah ada ditarik kembali secara radikal,
maka satu-satunya pengendali yang bisa tetap mendorong mereka bergerak hanya-
lah (harapan).
Manusia menjadi resisten untuk berubah. Memberi insentif yang cukup untuk
seorang super CEO saja hanya akan menghancurkan program perubahan. Itu-lah
sebabnya dibutuhkan Re-Code. Re-Code pada pimpinan, karyawan, organisasi,
sistem, insentif dan budaya organisasi.
PERUBAHAN MEMERLUKAN PENGORBANAN,
BAHKAN PENDERITAAN.
■ ■■ Sumber Daya yang SerbaTerbatas
Perubahan memerlukan gizi agar berdaya dorong kuat. Tetapi seringkali
"perubahan" baru diminati tatkala organisasi sudah tak berdaya lagi. Misalnya,
penjualannya sudah merosot tajam, produknya mulai kurang diminati pasar. Kar-
yawan yang bagus-bagus sudah meninggalkan pekerjaan, utang bertumpuk, aset
mengkerut, dan tentu saja cashflow mulai negatif.
Setiap orang perlu men-
cari Kunci Emas untuk
membuka pintu yang
ada di setiap dinding
kesulitan.
Gambar 1.6
Seperti tampak pada Gambar 1.6, tanpa resources yang memadai, kita akan
frustrasi. Bagaimana Anda mengharapkan perubahan dari tangan seorang super
CEO?
Seorang super CEO yang cemerlang, bertangan di-ngin
dan berhati bersih saja kemungkinan besar belum cukup
untuk menggerakkan perubahan. Kecuali ia se-orang
pemimpin yang datang membawa "kunci emas", yaitu
kunci yang dapat membuka sumber-sumber daya baru
untuk menvelamatkan perusahaan.
'Never turn down
a job because
you think it's too
small, you don't
know where it
could lead.'
- Julia Morgan -
PADA tahun 1980-an saya pernah diminta
menulis biografi Mochtar Riady, yang saat
itu memimpin Bank BCA. Banyak orang
percaya BCA yang tadinya hanya se-
buah bank kecil, tumbuh menjadi besar
di tangan Mochtar. Bagaimana Mochtar
mengubah "Bank Pasar Pagi" ini menjadi
Tip Kunci Emas
sebuah bank nasional yang terpercaya?
Di kantornya yang baru dibangun di
Wisma BCA - JI. Jend. Sudirman, Mochtar
menceritakan pengalamannya. "Waktu
itu saya baru saja meninggalkan PANIN
yang tadinya saya bangun dengan susah
payah. Waktu menjadi pemilik perusa-
'Kunci emas itu
ibarat kuda. Bagi
orang-orang he-
bat, diri mereka
sendirilah kuda-
kuda itu. Untuk
orang lain, tentu
saja kudanya
harus dicari di
luar mereka.'
haan pelayaran, saya memang pernah
bercita-cita menjadi bankir. Tapi karena
satu dan lain hal, saya putuskan untuk
meninggalkan bank yang saya bangun
dengan ipar saya itu," ujarnya dengan
sedikit gurau. "Kebetulan," ujarnya lagi,
"Dalam suatu perjalanan di atas pesa-
wat terbang saya bertemu dengan Oom
Liem (Liem Sioe Liong). Ia menyapa saya
dan mengatakan sudah dengar ten-tang
reputasi saya membesarkan bank. Waktu
itu BCA masih berkantor di Jalan Asemka
- Pasar Pagi dan belum apa-apa bila
dibandingkan bank-bank lain. Saya lalu
ditantang untuk menjadi mitranya di
BCA." Tawaran itu akhirnya diterima oleh
Mochtar dan ia duduk sebagai CEO.
Kalau ditelisik lebih jauh,
BCA saat itu masih kecil, tenaga
profesionalnya relatif hampir tidak
ada dan model bisnisnya sekadar
ada. Siapa pun yang datang ke
sana pasti segera mencium aroma
sulit.
Lantas apa yang membuat Mochtar
tertarik?
"Saya melihat Oom Liem mem-
punyai tiga kunci emas," ujarnya
bersemangat.
Satu kunci emas bisa dipakai untuk
membuka akses ke Bogasari. Satu kunci
emas lain ada di Indofood agar menjadi
nasabah. Satu kunci emas lainnya untuk
membuka relasi-relasi bisnis di PT. In-
docement."
Dengan bekal tiga kunci emas itu
Mochtar sebagai pemimpin dapat segera
mengubah BCA, membawanya menjadi
bank besar seperti yang Anda lihat saat
ini. Kalau resources kurang memadai, te-
ngoklah pada sekeliling Anda dan carilah
kunci-kunci emas untuk membuka pintu-
pintu sumberdaya.
Kunci-kunci emas itu bisa be-rada
di dalam saku Anda sendiri karena
reputasi dan brand image yang
Anda miliki atau jaringan
pertemanan yang sudah Anda bina
bertahun-tahun. Ia juga bisa ada di
saku guru Anda, saudara,
pemegang saham, atau bahkan
tetangga di sebelah rumah dan
bawahan Anda.
Salah satu kunci emas
itu adalah akal kita
sendiri yang tidak
berhenti berpikir.
'Pengetahuan
umum mem-
bantu pergaulan.
Semakin tinggi
ilmu seseorang,
semakin banyak
kawannya,
semakin mudah
seseorang mem-
buka pintu-pintu
dunia dan pintu-
pintu hati.' •••Action Plan
Dalam aliran teleologi, perubahan dipercaya dapat dipicu lewat sebuah rencana.
Sebuah rencana yang baik, yang didukung oleh target-target yang terkendali dapat
menggerakkan seluruh energi ke titik yang sama. Tentu saja, rencana yang saya
maksud dapat terdiri atas dua atau tiga jenis rencana. Yang pertama adalah rencana
strategis yang berisi arah dan tujuan dalam jangka panjang. Dan yang kedua adalah
rencana tindakan (action plan). Rencana ini harus dibuat tertulis, menyeluruh, leng-
kap dengan perincian sasaran, waktu, serta resources yang dibutuhkan.
Sekarang bagaimana kalau organisasi hanya memiliki satu jenis rencana saja,
yaitu rencana strategis? Pada Gambar 1.7 Anda bisa menyaksikan, tanpa action
plan, perubahan akan gagal (fail).
Kalau Anda gagal
membuat rencana yang
action oriented, maka
Anda merencanakan
kegagalan.
Gambar 1.7
Mengapa perusahaan/negara hanya mengembangkan rencana strategis (ren-
stra) belaka?
Tentu saja ada banyak alasan. Banyak yang beranggapan rencana strategis
dibuat atas dasar pesanan, yang diwajibkan oleh pihak-pihak tertentu. Karena da-
tangnya bukan dari pelaku usaha, rencana strategis itu menjadi sekadar ada dan
tidak bernyawa. Alasan lainnya, pemimpin kurang paham pentingnya strategic
management. Banyak pemimpin yang berpikir terlalu makro dan hanya mengan-
dalkan kebijakan (policy) sebagai kegiatan utamanya. Mereka beranggapan policy
dan insentif sebagai satu-satunya alat untuk menghasilkan suatu kinerja.
BANYAK PEMIMPIN YANG BERPIKIR TERIALU MAKRO
DAN HANYA MENGANDALKAN KEBIJAKAN (POLICY)
SEBAGAI KEGIATAN UTAMANYA.
Change DNA
Istilah DNA sebenarnya bukanlah hal yang baru.
Berawal dari ilmu genetika biologi, kode-kode DNA telah banyak digunakan dalam
mendeteksi kerurunan, pelaku-pelaku kriminal, dan mendeteksi penyakit-penyakit bawaan
(keturunan). Belakangan, dengan ilmu ini para ahli berhasil membuat kopi dari genetika
sehingga menghasilkan sosok organ yang sama persis dari sel yang telah di-clone.
Gairah para peneliti dalam ilmu genetika tampaknya masih akan terus berlan-jut,
apalagi teknologi genome terus berkembang. Dari studi-studi mutakhir yang dilakukan,
dapat diperkirakan bahwa para ahli genetika mulai tertarik memasuki arena personality
(kepribadian) dan perilaku. Dengan demikian, ilmu genetika biologi (biological genetics)
tengah membentuk cabang baru, yaitu genetika perilaku (behavioral genetics). Misalnya
saja, seorang peneliti telah berhasil menemukan profil gen pada individu-individu lebah,
yang akhirnya dengan mudah melihat Perbedaan antara lebah penjaga dan lebah pekerja.
Perbedaan gen antara kedua kelompok ini begitu jelas, dan diperkirakan akurasinya
mencapai 95%.
Seorang peneliti lainnya mengamati adanya kesamaan gerakan tarian vane dimainkan
anak-anak dengan kakeknya sudah lebih dahulu meninggal dan tidak pernah berinteraksi
sebelumnya.
'Sulit juga bagi
eksekutif meng-
ubah kode-kode
yang dari "sana"-
nya sudah begitu.
Tetapi ada yang
bisa Anda ubah,
yaitu belenggu-
belenggu pikiran
mereka.'
Apa yang melekat pada
diri kita selalu ada sum-
bernya. Sekarang ting-
gal upaya kita, maukah
kita memolesnya?
Yang paling mudah tentunya melihat kesamaan perilaku pada orang-orang kembar
yang hidup terpisah sejak kanak-kanak. Steve Pinker, misalnya menemu-kan orang-orang
kembar identik, yang hidup terpisah ternyata memiliki kesamaan selera dalam memilih
pekerjaan, selera humor, kebiasaan-kebiasaan, bahkan pen-dapat-pendapatnya (opinions).
Sementara itu, Lykher & Tellegen (1996) menu-lis dalam Psychological Science bahwa
ada kesamaan tingkat kebahagiaan yang dialami anak-anak kembar, setelah mengontrol
tingkat pendidikan, penghasilan dan status yang dialami masing-masing. Hal serupa juga
ditemui dalam perilaku merokok atau sikap untuk berhenti merokok antar generasi satu
genetika. Semua ini menunjukkan adanya unsur pengaruh yang terbentuk tidak dari alam,
yang cukup penting dalam pembentukan kepribadian seseorang.
Tentu saja saya tidak bermaksud membawa Anda lebih jauh pada ilmu gene-
Di tangan seorang
master, setiap
belenggu
dibebaskan dan
keluarlah aura
keindahan. Dari
batu cadas,
muncul patung
yang indah. Ini-lah
Re-Code!
"Setiap batu cadas
selalu mengandung
patung yang indah" tika, melainkan pada pengaruh gcnccika terhadap perilaku perubahan yang suka atau tidak
suka menjadi sangat penting di sini, apalagi bila kita selalu beranggapan bahwa perubahan
harus dimulai dari diri sendiri, dari hal-hal kecil yang mudah. Dan perilaku manusia yang
unggul dapat menggerakkan perubahan.
Dalam buku ini, Anda akan diperkenalkan dengan "The
Big5" atau "model lima faktor" sebagai pemben-tuk
kepribadian yang dipercaya oleh para ahli bersifat "highly
inheritable" (sangat terbawa pada keturunan). Kelima faktor
pembentuk kepribadian ini, dalam buku ini, kita sebut
Change DNA (DNA Perubahan).
Mampu atau tidaknya organisasi berubah tentu disebabkan oleh banyak faktor seperti
yang sudah dijelaskan di bagian depan bab ini. Tetapi untuk mampu memiliki Visi atau
menafsirkan Visi sehingga seseorang mampu melakukan perubahan; atau terlihat pada
sebuah proses perubahan; atau terlihat pada sebuah proses perubahan yang digagas orang
lain (pemimpin) ditentukan oleh kepribadian yang bersangkutan. Kepribadian ini
adakalanya baru terbentuk bila ia bertemu dengan kondisi alam yang memungkinkan.
Picasso pernah mengatakan, "Setiap batu cadas mengandung patung yang indah." Tetapi
sebuah batu cadas tidak dengan sendirinya dapat menjadi patung yang indah. Kalau patung
itu tidak bertemu dengan pemahat yang hebat, bisa Jadi ia akan tetap menjadi batu cadas,
bahkan semakin hari semakin menjadi kusam.
Ini berarti kita harus mempertemukan batu-batu eadas
dengan pemahat-pemahat yang hebat.
Pemahat itu penting, tetapi sebelum menghasilkan karya yang hebat, batu-batu itu
sendiri harus dikode ulang, diperiksa unsur-unsurnya, dicek perekat-perekatnya, dan tentu
saja diperkuat struktur serta insentifnya.
SEPERTI NAMANYA, RE-CODE BERARTI MENYUSUN KEMBALI
KODE-KODE SANDI INFORMASI YANG
BERADA PADA MOLEKUL-MOLEKUL PEMBENTUK
SEBUAH ORGANISASI.
'Kita tidak hanya
cukup memahami
dunia, melainkan
juga harus
mengubahnya.
Tetapi bisakah
kita mengubah-
nya, bila kita tak
cukupmemahami-
nyaV
- Goenawan
Mohammad -
'Salah satu
bentuk respons
masyarakat kita
terhadap peru-
bahan adalah
munculnya mili-
tansi kesadaran
kelas primitif
dalam bentuk
kepercayaan-
kepercayaan,
jimat, kesaktian,
ramalan-ramal-
an, kepanikan-
kepanikan,
desas-desus,
kecemburuan,
dan hal-hal yang
tidak rasional
lainnya.'
- Onghokham -
Berpikirlah terbuka,
maka cahaya perubahan
akan datang. 2 Seleksi Alam ELUM lama ini saya sempat mengunjungi Mesir. Sebagai
salah satu negara Arab, Mesir tentu memiliki daya tarik
sendiri. Selain dialiri oleh Sungai Nil yang mengingatkan kita
tentang kisah ditemukannya bayi mungil oleh putri Firaun
yang kelak dikenal sebagai nabi (Musa), Mesir juga dikenal dengan
piramid dan patung-patung zaman sebelum masehi yang amat
bersejarah.
B
Menyimpan catatan
sejarah tentang
umat manusia.
Ada dua hal yang
diwariskan Firaun
melalui Piramid: Jalan
untuk mengenal sang
pencipta dan wujud
fisik beserta catatan
sejarahnya di masa lalu.
▼
Tidak dapat saya
bayangkan betapa
canggihnya raja-raja
Firaun membawa batu-
batu itu ke suatu daerah
yang cukup jauh yang
menghadap ke arah
matahari terbenam.
Di tengah-tengah padang pasir yang luas, dari kejauhan saya menyaksikan be-
berapa buah piramid yang menjulang tinggi ke angkasa. Semakin dekat semakin
tampak besar.
Piramid-piramid itu ternyata dibentuk melalui susunan
ribuan batu yang konon didatangkan dari selatan Mesir
dengan menggunakan kapal-kapal kecil yang dihanyut-
kan di sungai Nil.
Dahulu kala, tentara Prancis dan tentara-tentara dari Eropa berdatangan ke
Mesir, mencoba membuka misteri Piramid. Mereka semua menduga di dalam ku-
bah piramid tersimpan harta karun. Maka mereka pun mencari berbagai jalan
untuk menemukan pintu masuk. Tentu saja upaya itu tidak mudah.
Mereka mencoba mempelajari kode-kode yang tertera di
berbagai dinding, dan mencari tahu rahasia dibalik
misteri piramid itu sampai akhirnya ditemukanlah jalan
masuk ke bagian tengah.
Dan suatu ketika mereka menemukan sebuah patung besar yang dilapisi emas.
Semua menduga itulah inti (core) dari piramid. Namun ternyata patung emas
itu bukan cuma satu. Di samping patung emas berbentuk manusia juga ditemu-kan
patung-patung lainnya, seperti anjing, kuda, serta kursi-kursi kerajaan, pi-ring-
piring emas, dan sebagainya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata patung-
patung emas tadi hanyalah "cover" dari balutan tubuh manusia yang sudah
diawetkan dan kelak dikenal dengan istilah mumi.
Itulah balutan tubuh raja-raja dinasti Firaun yang
percaya bahwa kehidupan tidak akan berakhir dengan
kematian.
Mereka percaya suatu ketika mereka akan hidup kembali. Maka selama masa
peristirahatan, mereka juga membawa berbagai perlengkapan, mulai dari rempah-
rempah, tempat tidur, kursi emas, anjing kesayangan (yang juga dimumi), serta
perahu yang biasa mereka pakai di sungai. Tetapi marilah kita tengok apa yang ditemukan di tengah-tengah piramid itu.
Anjing yang berwujud mumi, yang masih bisa saya kenali dengan jelas, yang hidup
dua abad sebelum Maschi, ternyata sekilas masih serupa dengan wujud anjing yang
biasa kita lihat di atas muka bumi ini dua abad setelah Masehi. Saya pun segera
berpaling ke Charles Darwin. "Lantas bagaimana dengan teori evolusi?", tanya
saya pada orang-orang di sekitar. Mereka hanya bisa menggelengkan kepala. Kita
semua tentu berpikir, empat abad cukup signifikan bagi makhluk hidup untuk
berubah. Nyatanya, kita semua tetap sama.
Tapi benarkah demikian cara berpikir teori evolusi dalam alam?
Tentu saja proses evolusi yang dilihat Darwin adalah evolusi yang telah ber-
langsung bukan saja ribuan tahun, melainkan jutaan. Dalam kesinambungan
waktu yang panjang itulah sebuah proses perubahan yang dahsyat tidak dapat
Dostları ilə paylaş: |