Buletin disease edisi XIII



Yüklə 14,02 Kb.
tarix23.02.2017
ölçüsü14,02 Kb.
#9223
2 OKTOBER — 1 NOVEMBER 2015
SIFILIS

BULETIN DISEASE EDISI XIII
1. EPIDEMIOLOGI

Di seluruh dunia saat ini sifilis tetap menjadi masalah kesehatan. Angka kejadian baru diperkirakan 12 juta per tahun didunia terutama di Afrika, Amerika, Cina, dan Asia Tenggara. Tiap tahun diperkirakan terjadi 500 ribu dan 1,5 juta penderita sifilis kongenital. Di Indonesia pada tahun 2011 menemukan prevalensi sifilis tertinggi pada kelompok waria 26,8%, wanita PSK 7,8%, dan 4,3% pada kelompok LSL [1].


2. ETIOLOGI

T. Pallidum merupakan sub spesies endemicum yang dapat menyebabkan sifilis endemik. Organisme ini berbentuk spiral ramping dengan ukuran lebar sekitar 0,2 mikrometer dan panjang 5 - 15 mikrometer. Organisme ini bersifat motil aktif, berotasi dengan stabil disekitar endoflagelanya walaupun setelah menempel ke sel menggunakan tepi yang runcing [2].

T. Pallidum adalah organisme mikro aerofilik, paling baik bertahan hidup dalam oksigen 1 - 4%. Genom organisme ini merupakan kromosom sirkular yang kiri-kira terdiri dari 1.138.000 pasang basa, dan jumlah inni kecil untuk bakteri [2].

 

3. PATOGENESIS

Sifilis terutama menular melalui kontak seksual baik melalui vaginal, anal, dan oral. Secara klasik sifilis menyebabkan penyakit yang terbagi dalam beberapa stadium. Saat penularan T. Pallidum dapat menembus membran mukosa utuh dengan mikroabrasi. Dalam beberapa jam pertama akan memasuki jaringan limfatik dan aliran darah yang akan menimbulkan gejala infeksi sistemik dan fokus metastatik sebelum timbulnya lesi primer. T. Pallidum darah dari para penderita dalam masa inkubasi dan sifilis stadium awal sangat menular. Masa inkubasi rata-rata berlangsung 3 minggu sejak inokulasi pertama dan jarang berlangsung sampai lebih dari 6 minggu [1].

Menandai stadium sifilis primer, muncul lesi primer pada tempat inokulasi yang disebut canchre. Pada pemeriksaan histopatologis pada canchre menemukan infiltrasi masif perivaskular terutama oleh sel limfosit CD4 dan CD8, sel plasma, serta makrofag. Ditemukan juga proliferasi endotel kapiler dan obliterasi pembuluh darah kecil. Gambaran histologi lesi sifilis sekunder meliputi hiperkeratosis epidermis, proliferasi kapiler disertai dengan pembengkakan endotel dan infiltrasi perivaskular oleh limfosit CD4 dan CD8, Sel plasma, serta makrofag [1].

 

4. MANIFESTASI KLINIK

1. Sifilis primer. Munculnya cancre menandai stadium sifilis primer. Canchre timbul pada tempat inokulasi pertama T. Pallidum. Pada pria, canchre dapat ditemukan pada penis, rektum, atau mulut. Pada wanita biasa ditemukan pada labia dan serviks. Canchre biasa berupa papul tunggal tidak nyeri, cepat terkikis dan berindurasi. Pembesaran kelenjar getah bening regional biasa terjadi dalam 1 minggu pertama timbulnya canhre. [1].

2.  Sifilis sekunder. Gejala berupa lesi mukokutan dan limfadenopati generalisata yang tidak terasa nyeri. Lesi mukokutaneus dapat berupa ruam yang berbentuk makula, papul, papulaskuamosa, atau pustular syphilides. Lesi nekrotik yang dikenal sebagai luas maligna sering juga ditemukan pada penderita HIV. Terdapat juga papul lebar berwarna merah muda atau putih keabuan disebut condyloma lata [1].

3.  Neurosifilis dengan 3 bentuk simptom yaitu meningeal berupa sakit kepala, mual, muntah kaku kuduk, lumpuh saraf kranial dan kejang. Sifilis meningovaskular berupa meningitis yang disertai dengan vaskulitis pada pembuluh darah otak, dengan gambaran klinis berupa stroke. Kerusakan parenkim juga terjadi yang menyebabkan gejala kelumpuhan umum dan termasuk didalamnya adalah paresis mnemonik. [1].

4. Gumma adalah lesi tunggal berukuran bervariasi berupa lesi indolen, nodul, dan ulser yang tidak nyeri [1].

5. Sifilis kongenital yang terjadi akibat transisi T. Pallidum saat kehamilan [1].


5. PENATALAKSANAAN

T. Pallidum dapat dihambat oleh penicilin G dengan dosis 0,01 ug/ml. Sifilis dini yang kurang dari 1 tahun diobati dengan injeksi penisilin G 2,4 juta unit dosis tunggal. Pada Penderita ang alergi terhadap penisilin, doxycycline 2 x 100 mg yang diberikan selama 2 minggu dapat menggantikan penisilin. Sifilis yang berlangsung lebih dari 1 tahun diobati dengan injeksi 2,4 juta unit benzathin penisilin G selama 3 minggu. Sifilis kongenital harus segera diobati. Bila tidak ada kelainan cairan cerebrospinal, injeksi benzatin penisilin G 50.000 u

 

6. PROGNOSIS

Pengobatan sifilis primer dan sekunder memberikan hasil yang sangat baik. Kegagalan terapi masih hanya ditemukan pada penderita HIV. Penderita tabes dorsalis tidak akan membaik tetapi progresivitas penyakit akan berkurang dengan pengobatan sifilis [1].

 

7. PENCEGAHAN

Segala jenis aktivitas seksual merupakan faktor resiko penilaran sifilis. Penderita asimptomatik yang memerlukan kontrasepsi harus diberikan pengertian mengenai efikasi barrier untuk mencegah transmisi infeksi menular seksual dan juga HIV. Sifilis dapat menular dari ibu hamil ke anaknya sehingga tes rutin skrining sifilis merupakan hal penting yang harus dilakukan pada setiap kehamilan [1].

Partner notification yang bertujuan menemukan kontak seksual penderita sifilis dam memberikan pengobatan dini harus dilakukan oleh petugas terlatih. Pengobatan kontak dianjurkan dilakukan pada semua kasus yang kontak seksual dengan penderita sifiilis dini dalam 90 hari terakhir [1].



 

DAFTAR PUSTAKA

1. Setiati S, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 6. InternaPublishing, Jakarta.

2. Nugroho AW, dkk. 2012. Mikrobiologi Kedokteran, edisi 25. EGC, Jakarta

pengobatan-antraks


 

 
Yüklə 14,02 Kb.

Dostları ilə paylaş:




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©azkurs.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin