Chapter I introduction Background of the Study



Yüklə 280,47 Kb.
səhifə3/4
tarix28.04.2017
ölçüsü280,47 Kb.
#15989
1   2   3   4

4.1.2 Rising Action

The rising action in this drama text is boncel working to Master Kapala he was good, wise man. Boncel was very filial to Master Kapala, he was very hard-working and always got a lot of praise from Master Kapala and his wife. So the Master Kapala taught him to read and write and taught a lot of knowledge to Boncel. Because he was smart, Boncel very easily understood the lesson given by skipper kapala.

Boncel was also very close to Dang Surya son of Master Kapala, Boncel also learned a lot from Dang Surya. Because Boncel and Dang Surya familiarity, Master Kapala and his wife were very happy that they felt their children have a friend.

Juragan Kapala: Sungguh tak terasa ya, nyimas sudah jalan dua tahun Boncel bekerja dengan kita. Juragan Istri: Sumuhun, Kakang. Selama dengan kita, dia bekerja sungguh-sungguh tiap perintah kita selalu dikerjakan dengan patuh.



Juragan Kapala: Yang membanggakan bagiku, Nyimas. Dia tekun belajar pada Dang Surya anak kita semata wayang.

Juragan Istri: Memang, sungguh ulet anak muda itu. Ulet bekerja, ulet pula dalam belajar, karena itu Dang Surya merasa punya teman

Tak lagi menganggapnya bujang.

Juragan Kapala: Itulah, Nyimas... Aku jadi berpikir, apa mungkin dia kujadikan saja juru tulis di kantor Kepatihan? Aku kan baru saja diangkat jadi Patih. Aku memerlukan juru tulis yang dapat kuandalkan...

Juragan Istri: Aku pun punya pikiran yang sama, Kakang. Kalau memang di kantor Kepatihan tak ada juru tulis yang dapat diandalkan, mulai besok kau jadikan saja Boncel jadi juru tulis. Biar dia bantu-bantu pekerjaanmu di Kepatihan. Sedangkan pekerjaannya di sini, biar digantikan yang lain. Kan yang mengurusi di sini mah ada Mang Mamat sama Bi Jumsih. (Hal: 11)
Master Kapala: it has been two years boncel worked with us.

Master’s Wife: yes, Kakang (darling nickname). During with us. He worked earnestly, every command from us always done dutifully.

Master Kapala: proud of me Nyimas(darling nickname), he diligently studied from Dang Surya our son.

Master’s Wife: truly resilient young man. Diligent to study and work because of that Dang Surya feel he has a fried.

Master Kapala: so that way Nyimas. I think, he might be clerk in office. I’ve been appointed, i need a clerk to be relied.

Master’s Wife: i think so kakang. If in the office there is no a clerk, you can order Boncel to be a clerk to help you in the office. While his work here, can be replaced to another. Mang Mamat and Bi Jumsih will take care of here. (Page: 11)

Ten years later, in the shack home belongs to boncel parents in Kandangwesih. Boncel had escaped from the house for a long time, so that her mother very worried. Every day boncel’s mother were always daydreaming and waiting for the arrival of her son.

Mak Boncel: Ocen, ocen, anakku belahan hati. Ke mana saja kau selama ini. Emak dan Bapak lama menanti, menanti dalam kesunyian hati. Ocen, Ocen, anakku belahan jiwa, mengapa kau tiada kabar Emak dan Bapak hilang akal. Cepatlah pulang Emak sudah tak sabar



Pak Boncel: Sudahlah, Mak, sudah jangan ulangi lagi pertanyaan yang sama. Sepuluh tahun sudah dia pergi, tak usah lagi dia dinanti

Mak Boncel: Apa?! Apa kau sudah lupa pada anak kita, Pak? Apa kau tak merasa khawatir pada keselamatannya?! Kau sebagai bapaknya, tak seharusnya melupakan dia. Kau sebagai bapaknya, masa tidak khawatir?!

Pak Boncel: Bukannya tak khawatir, bukannya sudah melupakan anak kita, Mak... Sudah sepuluh tahun Si Boncel menghilang, tapi sampai saat ini tak ada kabar beritanya. Mau bagaimana lagi kita?! Masa kita mau terus-menerus begini, bermuram durja, menangis, dan meratap? Sayangi badan, Mak, sayangi badan. Jangan terus dipake nguyung begitu. Berdo’alah biar anak kita selamat dan cepat pulang.

Mak Boncel: Oceeenn. Aku takut Si Ocen kenapa-napa. Ada kabar dia mati diterkam harimau di hutan. Oh, Ocen, anakiiing sungguh malang nasibmu, Nak.

Pak Boncel: Sudahlah, Mak. Belum tentu berita itu benar. Aku ke dapur dulu ya, memberesi suluh-suluh ini. Jangan lagi kau pikirkan dia. Aku yakin dia masih hidup... Aku yakin, suatu saat pasti dia kembali. (hal: 12)

”Boncel’s mother: Ocen, ocen (Boncel nickname), part of my heart where have you been. His mother and father was long waiting, waiting in the inner silence. Ocen, Ocen, my son

Boncel’s father: Enought, do not repeat the same question. Ten years he had gone don’t wait for him again.

Boncel’s mother: What?! Have you forgotten our children,? Don’t you worry about his safety?! You're a father, you should not forget him.

Boncel’s father: rather than have forgotten our children, it's been ten years Boncel was lost, but until now there was no news about him. What can we do?! It is not important to cry and wait? Take care your body, just pray to god for his safety and can come back later.

Boncel’s mother: Oceeenn. I’m afraid about what will happen to him, oh, Ocen, anakiiing. It's unfortunate fate, son.

Boncel’s father: it’s okay, i am going to the kitchen and i believe he is still alive, one day he will come home. (Page: 12)

In the morning, in the front yard of boncel’s father and mother home, merchants offer merchandise to Boncel’s parents. So there was a bargain to Boncel’s father to buy their merchants.

Pedagang 1: Belilah barang-barang kami Aki. Kami sudah keliling ke sana kemari, tak ada juga yang membeli. Pedagang 2: Iya, Aki... Mana badan sudah capek begini, dagangan tidak laku-laku! Apa Aki tidak kasihan pada kami? Pak boncel: Memangnya, Nyai-Nyai, Eneng-Eneng ini jualan apa? Pedagang 3: Ini, Ki, jualan kain batik dan kebaya. Siapa tahu Aki berminat beli untuk Si Nini. Nih, ada kebaya Bandung, juga ada kebaya Tasik, Ki. Kalau Si Nini perlu batik, tidak usah jauh-jauh pergi ke dayeuh, ke Garut, saya juga punya batik Garutan, Aki. Kalau mau batik Tasikan juga, nih ada...

Pedagang 1: Untuk Aki juga ada, Ki. Nih, ada iket, baju kampret dan celana pangsi. Dengan memakai iket, baju kampret dan celana pangsi ini, saya jamin Aki kelihatan muda kembali dijamin kinclong, Ki. Pedagang 3: O iya, Aki... Mungkin Si Nini perlu panci, katel, teko, atau barang-barang kelontong lainnya? Jangan khawatir, Aki, saya menyediakannya juga. Pak Boncel: Hmm, sayang sekali ya, Aki ini tak punya duit. Eh, ngomong-ngomong, Nyai-Nyai Eneng-Eneng ini baru ya jualan ke daerah sini? Soalnya Aki baru lihat. Pedagang 2: Memang benar, Aki. Kami ini dari Tasik. Baru hari ini kami dagang ke daerah sini. Kemarin-kemarin mah kami jualannya ke daerah kulon, bahkan sampai ke Caringin segala, Ki. Pak Boncel: Caringin? Daerah mana itu teh, Nyai?

Pedagang 1: Daerah Labuan, Ki, sebelah kulon Pulau Jawa ini. Pak Boncel: Ck, ck, ck, ambuing-ambuing, jauh sekali ya, Nyai. Pedagang 3: Iya, Ki. Cari peruntungan mah harus berani ngambil resiko atuh. Tapi tidak percuma jualan ke sana juga, semua barang dagangan kami habis diborong Juag Awang. Mak Boncel: Juag Awang? Siapa juag awang teh, nyai-nyai, eneng-eneng? (Hal: 16)
”Merchants 1: buy our merchandises. We've been around here and there, there is no one bought. Merchants 2: where our body was tired like this, there is no someone bought a merchandise! Please pity on us? Boncel’s father: what did you sell? Merchants 3: sold batik and kebaya. Who knows you were interested in purchasing for your wife. Here, there kebaya Bandung. If your wife need batik, did not have far to go to Garut, I also have a batik from Garut and Tasik. Merchants 1: For you also exist, there shucks shirt and pants pangsi. with using shirt and pants pangsi, I guaranteed you were look young again. Merchants 3: O yes, I ... Maybe your wife need kitchenware like pot, katel, teapot, or other items? Do not worry, i provide it as well. Boncel’s Father: unfortunately, i have not money. Uh, by the way, nyai and eneng new sales to this area? I just have been seen.

Merchants 2: it is true, we are from Tasik. Just today we merchants into this area. Yesterday we merchants to the Kulon area, even to Caringin. Boncel’s father: Caringin? Where is it? Merchants 1: Labuan district, besides Java Island. Boncel’s father: Ck, ck, ck, it’s so far. Merchants 3: yes, ki. Find the fortuned must be brave to take the risk of falling. But not gratuitous was selling there, all of our merchandise bought by Juag Awang. Boncel’s mother: Juag Awang? Who is she? (Page: 16)


After a long discussion, finally the merchants told about Juag Awang and Dalem Boncel. So Boncel’s parents merchants are curious about the story. Merchants told a story when they went to Caringin.

Pedagang 1: istrinya Dalem Caringin. Nasib orang mah tidak terduga, ya, Ni. Kata orang, kan Dalem Caringin teh tadinya mah orang melarat. Orang susah, Nini. Pedagang 2: Benar, Nini. Malah kata orang-orang, dia tidak punya darah ningrat. Kabarnya, dia itu berasal dari Priangan sini, Nini. Asalnya dia bubujang pada Juragan Kapala. Karena pintar maca dan nulis, waktu Juragan Kapala jadi Patih, dia dijadikan juru tulisnya di Kepatihan. Pedagang 3: Jadi juru tulisnya juga tidak lama, Ni. Karena orangnya rajin dan sangat dipercaya, tidak lama kemudian dia diangkat jadi Asesor.



Pak&Mak Boncel: Asesor. Pedagang 1: Iya, termasuk priyayi kelas tinggi atuh Asesor mah, Aki, Nini eh dasar nasibnya lagi mujur, lagi-lagi dia naik jabatan jadi Jaksa di Bogor, lalu menikah dengan Juag Awang. Pak&Mak Boncel: Juag Awang...? Pedagang 2: Itu..., putrinya Kangjeng Dalem Caringin. Nah, waktu Kangjeng Dalem pensiun, dia dipilih sebagai penggantinya. Jadilah dia juga seorang Dalem. Pak Boncel: Begitulah. Kalau Gusti berkehendak, maka takkan ada yang tak mungkin di dunia ini. Pedagang 3: Dan karena dia sudah jadi Dalem, dia pun punya selir yang biasa dipanggil Nyimas Selir. Sayangnya, Nyimas Selir ini tidak begitu ramah, sangat jauh berbeda dengan tabiat Juag Awang yang baik hati, ramah kepada semua orang. Pokoknya, Nyimas Selir ini, orangnya judes sekali, Aki, Nini. Mak Boncel: Ngomong-ngomong, siapa nama Dalem Caringin itu, Nyai-Nyai, Eneng-Eneng? Pedagang 1: Karena berasal dari rakyat biasa, namanya juga tidak seperti kebanyakan para ningrat lainnya, Ni. Namanya teh... Boncel. Mak Boncel: Siapa, Nyai?! Para pedagang: Eh, Aki-Nini teh bonge! Boncel, Aki, Nini... Boncel! Pak&Mak Boncel: Bon... cel...? Benar, Nyai-Nyai, Eneng-Eneng? Namanya teh Boncel? Para Pedagang: Benar, Nini. Namanya Boncel! Dalem Boncel.
”Merchants 1: Dalem Caringin wife. The fate of the guy was unpredictable. They said, Dalem Caringin was destitute and bad people. Merchants 2: Benar, Nini. Malah kata orang-orang, dia tidak punya darah ningrat. Kabarnya, dia itu berasal dari Priangan sini, Nini. Asalnya dia bubujang pada Juragan Kapala. Karena pintar maca dan nulis, waktu Juragan Kapala jadi Patih, dia dijadikan juru tulisnya di Kepatihan. True, ni. In fact, people said, he has no royal blood. Reportedly, he was from people here. He was Master Kapala servant. Because smart to reading and writing, so Master Kapala be him to the clerk. Pedagang 3: became a clerk it was not long time, because he was diligent so he bacame asesor. Boncel’s parents: Asesor...? Merchants 1: yes, asesor it was high class quality. Eh he was lucky, then he was promoted so Prosecutors in Bogor, then married with juag Awang. Boncel’s parents: Juag Awang..? Merchants 2: that was Dalem Caringin daughter. When Kangjeng Dalem time of retirement, he was elected as his successor. Be a Dalem. Boncel’s parent: That's it. If god will, then there would not be impossible in this world. Merchants 3: because he was become Dalem, he has Selir was called with Nyimas Selir. Nyimas Selir was not friendly and kind it’s very difference with Juag Awang. Boncel’s mother: who is Dalem Caringin name’s? Merchants 1: because he was came from common people, his name was Boncel. Boncel’s mother: who is he?! Merchants: Boncel! Boncel’s parents: Bon... cel...? are really, Nyai-Nyai, Eneng-Eneng? His name Boncel? Merchants: right, Nini. His name Boncel! Dalem Boncel! (Page: 18)

Boncel parents still did not believe and were still curious about Boncel name, because they know that Boncel had been missing for 10 years. so they asked about Boncel and convinced that Boncel is their son.

Mak Boncel: Bagaimana ciri-ciri Kangjeng Dalem itu, Nyai? Apa Nyai pernah bertemu orangnya?Pedagang 1: waktu Juag Awang memborong dagangan kami, Dalem Boncellah yang mengeluarkan ringgitnya. Tubuhnya tinggi agak kurus, Ni. Kulitnya agak hitam. Pak Boncel: Mungkin Nyai-Nyai Eneng-Eneng teliti juga... Pipi sebelah kanannya bagaimana, Nyai? Pedagang 2: Kalau tidak salah... di pipi kanannya ada tanda kehitaman, Ki... Ya, ada tanda tompelnya. Mak Boncel: Bonceeel, anakiiing. Dia anak kita, Pak! Aku yakin, dia anak kita! Pa Boncel: Syukur ya Gusti, Pangeran abdi, syukur. Kau telah kabulkan keinginan anakku Lepas dari kesengsaraan dunia jadi orang berpangkat dan mulia Syukur ya Gusti, Pangeran abdi, syukur. (Hal: 20)
”Boncel’s mother: how is the characteristic Kangjeng Dalem, Nyai? Have you meet him? Merchants 1: when Juag Awang bought our merchandise, Dalem Boncel who was payed. Tall and rather thin, Ni. Her skin was dusky. Boncel’s father: Perhaps nyai Eneng-Eneng careful also, his right cheek how, Nyai? Pedagang 2: if was not wrong there is a birthmark. Boncel’s mother: Bonceeel, anakiiing. He is our son! I believe it. Boncel’s father: thanks god. You've grant my son wishes apart from the misery the world. So the rank and noble thanks god. (Page: 20)
Finally, after talking chat with traders, mother and boncel father believe that boncel still a live, and what he wanted has been reached.


4.1.3 Climax

Climax is usually the most exciting event. The climax is the moment where the story comes to its greatest tension of the story. In the district of Caringin, Dalem Boncel sat proudly on his royal seat. On his left and right side, stood the Ponggawa (body guards name).

Dalem Boncel: Akulah Dalem Boncel



Panggillah aku Kangjeng Dalem

Karena aku kini bangsawan tinggi

Penguasa tinggi kadaleman Caringin

Akulah Dalem Boncel

Panggillah aku Kangjeng Dalem

Karena aku kini jadi priyayi, segala kebijakan, aku pegang kendali. (Hal: 20)
Iam Dalem Boncel

Called me Kangjeng Dalem, because a nobleman

high ruler kadaleman Caringin

Iam Dalem Boncel

Called me Kangjeng Dalem

Because I was now gentry, all policies, I am the control it. (Page: 20)


When Dalem Boncel showed his pride and arrogance, suddenly appeared a ponggawa who told him that there is someone looking. That claimed to be Dalem Boncel’s parents.

Ponggawa: Pangapunten, Kangjeng Dalem, di luar ada seorang kakek dan nenek. Mereka ingin menghadap Kangjeng Dalem, katanya.



Dalem Boncel: Kakek dan nenek?

Sudah kau tanya, siapa mereka, hai Ponggawa?

Ponggawa: Maafkan, Kangjeng Dalem. Dilihat dari penampilannya, mereka itu orang miskin. Pakaian mereka penuh tambalan, pastilah dari dusun tak mungkin mereka orangtua Kangjeng Dalem.

Dalem Boncel: Apa? Orangtuaku?!

Ponggawa: Maafkan hamba, Kangjeng. Begitulah menurut pengakuan mereka.

Dalem Boncel: Gagabah, siah! Aku ini sudah tak punya orangtua, bagaimana mungkin mereka mengaku orangtuaku? Sudah, usir saja mereka!

Ponggawa: Pangapunten, Kangjeng Dalem. Sudah coba kami usir namun tetap tak mau pergi sebelum meyakinkan diri Kangjeng Dalem bukan anaknya.

Dalem Boncel: Aku tak mau tahu, aku tak peduli. Pokoknya, dengan apa pun cara paksa saja mereka agar segera pergi dari sini! (Hal: 21)
”Ponggawa: iam sorry, Kangjeng Dalem, outside there are a grandfather and grandmother. They want Kanjeng Dalem to facing, he said.

Dalem Boncel: grandfather and grandmother?

Has you asked him, who are they?

Ponggawa: pardon, Kangjeng Dalem. From his appearance, they were poor. Their clothes full of patches, it must be from village, unlikely Kangjeng Dalem parents parents.

Dalem Boncel: my parents?!

Ponggawa: pardon me, Kangjeng. They were said.

Dalem Boncel: i don’t have parents, how could be he was my parents? Expelled them.

Ponggawa: pardon me Kangjeng Dalem. We've tried to expel but still do not want to go before was convincing themselves Kangjeng Dalem was not her son.

Dalem Boncel: i dont want to know, i don’t care. only forced them to get out of here! (Page: 21)

The conflict is getting more exiting while boncel parents met her son, with a very deep sense of longing. They want to embrace their son, but with Boncel roughly brushed them by hand and kicked boncel’s mother until she fell.

Mak Boncel: Ocen, anaking.

Dalem Boncel: Kurang ajar, heh! Siapa kalian?! Berani-beraninya tangan kotor kalian hendak menyentuh pakaianku!

Pak Boncel: Mak.! Pak Boncel langsung membantu istrinya berdiri kembali.

Mak Boncel:Ocen, anaking. Ini Emak, ibu kandungmu, ibu yang mengandung dan melahirkanmu. Dan ini bapakmu kami telah merawat, menjaga dan membesarkanmu dengan kasih sayang. Apa kau tak ingat, anakku...?

Dalem Boncel: Tidak! Aku tak punya orangtua gila seperti kalian lagi pula Orangtuaku sudah lama mati!

Pak Boncel: Teganya kau berkata begitu, Boncel! Sebelum kemari, kami memang ragu kau anak kami. Kami bimbang, masa anak kami seorang Dalem tapi kini kami yakin, kau adalah anak kami.

Dalem Boncel: Aku tak peduli dengan keyakinanmu itu, Pak Tua! Mana mungkin aku Kangjeng Dalem berpangkat tinggi dan dimuliakan orang lahir dari perut pengemis yang tak waras?! Sugan gelo, siah!

Juag Awang: Kakang... sudahlah kalau mereka benar orangtuamu akuilah, jangan merasa malu

Dalem Boncel: Jangan ikut campur, Nyimas! Sudah berkali-kali kukatakan orangtuaku telah tiada dan mereka ini orang gila hanya mengaku-ngaku demi semata mencari untung. Heh, kalian jangan bengong saja! Cepat, seret mereka keluar! Aku sudah muak melihat wajah melas-melisnya itu!

Mak Boncel: Ocen..Ocen..

Eling, anaking, eling. Ini Emak dan Bapakmu.

Pak Boncel: Boncel. Jangan biarkan hatimu dikuasai napsu, anakku jangan biarkan kekayaan dan kekuasaan membuatmu lupa. (Hal: 23)
”Boncel’s mother: Ocen, anaking.

Dalem Boncel: how dare your dirty hands touching my clothes!

Boncel’s father: Mak.! Boncel’s father exacly helped his wife for standing again.

Boncel’s mother: Ocen, anaking. Iam your mother, was pregnant you. we have to care for, maintain and raise you with affection. Do not you remember, my son ...?

Dalem Boncel: no! I dont have crazy parents like you and my parents was died!

Boncel’s father: How could you said that, Boncel! Before we were here, we really doubt you our child. We were hesitated, but now we were sure that you weres my son.

Dalem Boncel: i dont care about your confidence, i was Dalem and all was honored me, imposible was birth from you.

Juag Awang: Kakang enought, if they were your parents admited them and didnt feel shame.

Dalem Boncel: do not interfere, Nyimas! Have was told repeatedly my parents had died and they were crazy man only claim merely for the sake of profit. Heh, you do not just stare! Fast, they drag out! I was sick of seeing the face it!

Boncel’s mother: Ocen..Ocen..

Remember we were your parents.

Boncel’s father: Boncel. my son do not allow wealth and power to made you forget. (Page: 23)

Boncel parents were expelled from the house by his son with broken heart. Later karma came to Dalem Boncel because of his disobedience to his parents.

4.1.4 Falling Action

Falling Acton is the event that happens as a result of the climax and the story seem like will end soon. Dalem Boncel was pensive in his chair, his hands could not stop scratching his body. His feet and hands were covered by pus and bleeding. Both of his wife, Juag Awang and Nyimas Selir was cleaning Dalem boncel body.

Dalem Boncel called magical healer for treatment. But the results still failed, there was no one who could treat the Dalem Boncel disease. Because every shaman who failed to treats Dalem Boncel went to the jail.

Dalem Boncel: Aku sudah muak dengan segala macam pengobatan ini, Nyimas. Segala usaha untuk penyembuhanku, selalu menemui jalan buntu. Hampir semua dukun yang ada di Jawadwipa ini sudah berusaha menyembuhkan penyakitku ini. Tapi apa hasilnya? Apa? Gatal-gatalku bukan semakin berkurang, malah semakin bertambah. Gatal-gatal di sekujur badan. Bila kugaruk, muncul nanah-nanah sialan ini! Selain gatal-gatal, rasanya semakin nyeri...

Juag Awang: Sabarlah, Kakang... Beri kesempatan dukun-dukun itu untuk mengobati penyakitmu. Yang namanya penyakit, tak bisa kita biarkan begitu saja. Biar pun harus menempuh berbagai cara, kita patut mencobanya.

Nyimas Selir: Tapi kalau mencoba terus tak ada hasilnya, bagaimana?

Juag Awang: Ya namanya juga mencoba, Rayi... Soal ada hasil dan tidaknya, itu urusan lain. Itu urusan Gusti Yang Mahasuci Bagaimana, Kakang?

Dalem Boncel: Baiklah kalau begitu... Bibi, panggil mereka kemari. Satu-satu saja, giliran. (Hal: 27)
Dalem Boncel: I was fed up with all kinds of treatment, Nyimas. All efforts for my recovery, always deadlocked. Almost all of the shaman was not already tried to cure this illness. There is no the results? Itching all over my body.

Juag Awang: patience, Kakang. Give were them chance to cures your disease. We were tried it.

Nyimas Selir: but if we were have trying? No the result.

Juag Awang: Yes his was name is also tried, Rayi ... Problems exist and whether or not the results, it was another matter. It matters god Precious, Kakang?

Dalem Boncel: okay, call of them to me. (Page: 27)

There was one remaining shaman to healing Dalem Boncel. The shaman directly faced Dalem Boncel. His eyes were closed, his mouth was muttering while reciting a spell.



Dukun: Sagala jurig nyiliwuri

Sagala setan marakayangan

Sagala genderewo anu rewog

Sagala kuntilanak nu ngagalaksak

Sagala demit amit-amit

Sagala jin iprit

Halik nyingkir ka pipir

Nyingkah siah ka sawah

Montong aya di Kadaleman

Di dieu mah lain tempat sia

Puah, puah, puah...! (Hal: 32)
Shaman: all the gost comes

All the ghost was greedy

All the ghost was destitute

Go from this place

Here was not your place. (Page: 32)
Shortly the shaman possessed. He pointed Dalem Boncel with a sharp spotlight while talking, so Juag Awang and Nyimas Selir were feared and they hid behind Dalem Boncel body. Then some Ponggawa painstakingly held the raging shaman’s hands.

Dukun: Sia, Dalem... Sia geus doraka ka indung sia



Ka bapa sia!

Panyakit sia moal cageur, siah!

Lantaran, eta panyakit lain kokotor tina waruga sia!

Tapi kokotor tina sukma sia

Tina hate sia anu kiruh sakiruh-kiruhna siga cai bajigur!

Sia geus doraka siah, Dalem!

Doraka ka indung-bapa sia!

Sing percaya, nepi ka modar ge panyakit sia teh moal cageur! (Hal: 33)
”Shaman: you were Dalem, you were disobedienced to your parents!

Your disease will not cure.

Your disease was from a bad heart.

You were insubordinate to your parents

Until died you will not be cure. (Page: 33)
Dalem Boncel slumped, he immediately contemplated himself and admitted his guilt of disobedience to his parents. Finally Dalem Boncel cried realizing his arrogance and pride that once made him embarrass to admit them as parents.

Suddenly Dalem Boncel sent messengers to bring her parents. Dalem Boncel was very sorry for having insulted and expelled them from royal house (pedaleman).

Dalem Boncel: Sebagai orangtua, harkat mereka telah kuhinakan. Karena itu, aku ingin segera bertemu mereka, ingin segera berlutut di kaki mereka. Akan kumuliakan mereka dengan segenap hati. (Hal: 34)
”Dalem Boncel: As parents, dignity they have been humiliated. Therefore, I wanted to meet them, wanted to kneel at their feet. I will noble them. (Page: 34)


Yüklə 280,47 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©azkurs.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin