Periodontitis merupakan penyakit oleh infeksi bakteri yang mempengaruhi semua bagian jaringan periodontal. Perawatan untuk periodontitis biasanya dengan terapi mekanis dan penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik masih terdapat bakteri yang bertahan hidup sehingga perlu adanya peningkatan daya hambat antibiotik tersebut. Peningkatan dosis antibiotik dikhawatirkan dapat menyebabkan toksisitas sehingga perlu alternatif lain dengan bahan alam yang lebih aman. Salah satu bahan alam tersebut yaitu bawang putih, yang memiliki kandungan sebagai antibakteri seperti allicin, alkaloid dan tannin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak bawang putih pada ciprofloxacin terhadap peningkatan hambatan pertumbuhan Fusobacterium nucleatum.
Metode yang digunakan yaitu dengan cara mengukur diameter zona bening yang terbentuk disekitar sumuran cawan petri setelah biakan bakteri Fusobacterium nucleatum diberi perlakuan dengan antibiotik yang telah diberi tambahan dengan berbagai konsentrasi ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 2%, 4% dan 8%.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata zona hambat antibiotik tanpa penambahan ekstrak bawang putih sebesar 9,53 mm, rata- rata diameter zona hambat antibiotik dengan penambahanekstrak konsentrasi 2% sebesar 10,77 mm, konsentrasi 4% sebesar 12,34 mm dan konsentrasi 8% sebesar 13,79 mm.
Hasil uji statistik Anava diperoleh hasil p=0,00 (p<0,05).Hasil ini menunjukkan penambahan konsentrasi ekstrak bawang putih berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hambatan pertumbuhan Fusobacterium nucleatum. Uji post hoc LSD menunjukkan nilai p= 0,00 (p<0,05) yang berarti setiap peningkatan penambahan konsentrasi ekstrak bawang putih padaantibiotik diikuti oleh peningkatan hambatan pertumbuhan Fusobacterium nucleatum secara signifikan.
Abstract
Periodontitis is a disease by a bacterial infection that affects all parts of the periodontal tissues. Treatment for periodontitis usually with a mechanical therapy, and antibiotic use. The use of antibiotics there are bacteria that survive thus a need to increase the inhibitory antibiotics. Increasing doses of antibiotics feared could cause toxicity that need another alternative to natural materials that are safer. One such natural ingredient is garlic, which contains an antibacterial such as allicin, alkaloids and tannins.
This study aimed to determine the effect of garlic extract on ciprofloxacin against Fusobacterium nucleatum increase in growth inhibition.
The method used is by measuring the diameter of the transparent zone around the wells were formed after the petri dish of bacteria Fusobacterium nucleatum was treated with antibiotics which have been given an extra with varying concentrations of garlic extract with a concentration of 2%, 4% and 8%.
The results showed the average inhibition zone of antibiotic without the addition of garlic extract of 9.53 mm, the average diameter of inhibition zone of antibiotic with the addition of 2% extract concentration of 10.77 mm, a concentration of 4% 12.34 mm and the concentration of 8 % of 13.79 mm.
Anova statistical test results obtained by the result of p = 0.00 (p <0.05) The results showed increasing concentration of garlic extract significant effect on the increase in growth inhibition of Fusobacterium nucleatum. LSD post hoc test showed p = 0.00 (p <0.05), which means that any additional increase in the concentration of garlic extract on antibiotics followed by an increase in growth inhibition of Fusobacterium nucleatum significantly.
Keywords: antibiotics,
Fusobacterium nucleatum, garlic extract, growth inhibition.
-
PENDAHULUAN
Penyakit periodontal banyak diderita manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki peringkat kedua setelah karies.
1 Penyakit periodontal terdiri atas 2 golongan yaitu gingivitis dan periodontitis.
2 Gingivitis jika tidak mendapat perawatan akan menjadi periodontitis sehingga dapat menyebabkan kehilangan gigi.
1Bakteri penyebab periodontitis umumnya adalah spesies bakteri gram negatif yang berkolonisasi pada plak sub gingival.
2 Salah satu bakteri yang paling dominan dalam penyakit periodontal adalah
Fusobacterium nucleatum, dibandingkan dengan bakteri gram negatif lain
Fusobacterium nucleatum memiliki presentase 55%
sedangkan pada
Peptostreptococcus Micros 3%,
Tannerella forsythia 4% dan pada
Prophyrominas gingivalis 1%. 3
Fusobacterium nucleatum merupakan bakteri anaerob gram negatif yang memiliki peran dalam menjembatani koloni awal dan akhir selama pembentukan plak.
4
Peningkatan jumlahFusobacterium nucleatum dapat menyebabkan inflamasi gingiva, pendalaman poket dan kerusakan jaringan periodontal.5Bakteri ini sering ditemukan pada gingivitis kronis dan periodontitis kronis.6
Perawatan penyakitperiodontal biasanya dilakukan dengan terapi mekanis dan penggunaan antibotik. Antibiotik yang sering digunakan dalam pengobatan periodontitis yaitu ciprofloxacin karena antibiotik ini lebih sensitif terhadap bakteri gram negatif dibandingkan bakteri gram positif.7Pada penggunaan antibiotik masih terdapat bakteri yang bertahan hidup sehingga perlu adanya peningkatkan daya hambat antibiotik tersebut. Peningkatan dosis antibiotik dikhawatirkan dapat menyebabkan toksisitas sehingga perlu alternatif lain dengan menambahkanbahan alam yang lebih aman.8Salah satu bahan alam tersebut yaitu bawang putih.
Bawang putih mengandung allicin yang berperan penting sebagai antimikroba., selain itu bawang putih memiiki spektrum luas dibanding antimikoba yang sudah kita kenal yaitu anti bakteri, anti jamur, anti parasit, anti protozoa dan anti virus.9 Menurut penelitian sebelumnya bawang putih dapat berfungsi sebagai anti virus, anti anti parasite dan antibakteri. Kandungan allicin yang terdapat pada bawang putih dapat menghambat produksi RNA pada bakteri sehingga sintesis DNA akan terhalangi dan menyebabkan fosfolipid pada dinding sel bakteri tidak dapat terbentuk dan membelah diri sehinga pertumbuhan bakteri terhambat.10Pemanfaatan dan penambahan bahan tanaman pada antibiotik diharapkan ekstrak bawang putih dan ciprofloxacin dapat bekerja secara sinergis atau saling memperkuat kerja dua senyawa tersebut sehingga dapat meningkatkan daya hambat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak bawang putih pada antibiotik terhadap peningkatan hambatan pertumbuhan Fusobacterium nucleatum dominan periodontitis in vitro.
-
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni laboratoris dengan
post test only control group design.
11 Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan UGM pada bulan Februari- Maret 2014. Penelitian ini menggunakan 4 kelompok perlakuan, 1 kelompok perlakuan ciprofloxacin tanpa penambahan ekstrak bawang putih dan kelompok perlakuan ciprofloxacin dengan penambahan ekstrak bawang putih konsentrasi 2%, 4% dan 8%.
Tablet ciprofloxacin 500mg dihaluskan lalu ditimbang denga neraca sebesar 2mg dimasukkan kedalam effendorf, dilarutkan dengan akuades kemudian divortex. Larutan ekstrak bawang putih diencerkan dengan menggunakan akuades steril yaitu pada konsentrasi 2%, 4% dan 8% kemudian dilanjutkan dengan uji pengaruh penambahan ekstrak bawang putih pada ciprofloxacin terhadap peningkatan hambatan pertumbuhan bakteri Fusobacterium nucleatum dengan metode difusi sumuran, bakteri Fusobacterium nucleatum diusapkan pada masing- masing media Muller Hinton Agar dengan menggunakan kapas lidi steril. Setiap media muller hinton agar dibuat 1 lubang sumuran dengan diameter 6mm, kemudian masing-masing sumuran diberi larutan ciprofloxacin 2mg/ml lalu ditambahkan konsentrasi ekstrak bawang putih 2%, 4%, 8% dengan menggunakan mikropipet dan 1 sumuran tanpa penambahan ekstrak bawang putih. Media Muller Hinton Agar yang sudah ditetesi dengan larutan uji dimasukkan ke dalam anaerobic jar, kemudian diinkubasikan dalam incubator selama 24jam pda suhu 37º C agar terjadi pertumbuhan koloni setelah itu dilakukan pengukuran zona bening dengan menggunakan jangka sorong dalam satuan millimeter.
-
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian pengaruh penambahan berbagai konsentrasi ekstrak bawang putih pada antibiotik terhadap peningkatan hambatan pertumbuhan
Fusobacterium nucleatum menunjukkan bahwa terdapat zona bening disekitar sumuran yang telah diberikan larutan ciprofloxacin dengan penambahan ekstrak bawang putih konsentrasi 2%, 4% dan 8%. Data yang sudah diperoleh dari perhitungan dilakukan uji normalitas dan homogenitas sebagai syarat untuk melakukan uji Anava satu jalur. Hasil uji normalitas
Shapiro-wilk (p> 0,005) menunjukkan bahwa semua kelompok data terdistribusi normal, kemudian dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan
Levene test diperoleh nilai p= 0,108 (p> 0,005) yang berarti kelompok data tersebut homogen. Hasil uji anava satu jalur menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga dapat diartikan terdapat perbedaan rerata pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak bawang putih konsentrasi 2%,4% dan 8% terhadap peningkatan hambatan pertumbuhan bakteri
Fusobacterium nucleatum. Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi perbedaan rerata diameter zona hambat pertumbuhan bakteri pada tiap kelompok perlakuan dilakukan uji
Post Hoc menggunakan
Least Significance Difference (LSD). Hasil uji
Post Hoc LSD menunjukkan nilai (p<0,05) hal ini berarti terdapat perbedaan yang bermakna dan terdapat perbedaan rerata zona hambat yang signifikan antara semua kelompok.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan berbagai konsentrasi ekstrak bawang putih pada antibiotik terhadap peningkatan hambatan pertumbuhan Fusobacterium nucleatum.
Kelompok perlakuan ciprofloxacin tanpa penambahan ekstrak bawang putih menghasilkan rata-rata zona hambat sebesar 9,53mm. setelah dilakukan penambahan ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 2%, 4% dan 8% pada ciprofloxacin, terjadi peningkatan rata-rata zona hambat. Terjadinya peningkatan rata- rata zona hambat setelah penambahan ekstrak bawang putih disebabkan karena kedua senyawa tersebut berinteraksi ecara sinergis. Interaksi senyawa bisa dinyatakan sinergis apabila dua agen atau beberapa antimikroba bekerja secara bersamaan pada populasi yang homogen dan menghasilkan efek terapi yang lebih besar atau lebih baik.12
Ekstrak bawang putih mengandug komponen fitokimia seperti allicin, alkaloid, tannin dan saponin. Komponen fitokimia dlam ekstrak bawang putih ini bersifat polar, sifat ini sama dengan sifat kandungan pada ciprofloxacin. Sifat polar yang terdapat dalam ekstrak bawang putih dan ciprofloxacin menghasilkan efek yang sinergis. Efek sinergis dapat terjadi karena sifat kepolaran yang sama, dapat bekerja sama dan pada tempat atau reseptor yag sama.13
Fusobacterium nucleatum merupakan bakteri gram negatif dengan lapisan dinding sel petiglodikan yang tipis. Peptiglodikan merupakan lapisan dinding sel bakteri yang bersifat polar, selain itu membran luar bakteri gram negatif memiliki permeabilitas yang tinggi dalam penyerapan larutan karena adanya porin yang sensitif terhadap molekul yang bersifat polar.
14 Kepolaran yang terdapat pada ekstrak bawang putih dan ciprofloxacin dapat menghasilkan sifat yang sinergis karena adanya kesamaan sifat yaitu sama- sama polar sehingga dapat lebih mudah menembus dinding sel bakteri
Fusobacterium nucleatum.
Setiap peningkatan penambahan konsentrasi ekstrak bawang putih pada ciprofloxacin menghasilkan peningkatan hambatan pertumbuhan Fusobacterium nucleatum. Efektifitas suatu antimikroba dipengaruhi oleh konsentrasi zat yang diberikan, meningkatnya konsentrasi ekstrak yang diberikan maka akan menyebabkan tingginya kandungan zat aktif antimikroba yang terdapat dalam ekstrak tersebut sehingga kemampuan dalam menghambat mikroba akan semakin besar.15
-
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakuka maka dapat disimpulkan bahwa penambahan ekstrak bawang putih
(Allium sativum L.) pada antibiotik konsentrasi 2%, 4% dan 8% pada ciprofloxacin dapat meningkatkan hambatan pertumbuhan
Fusobacterium nucleatum dominan periodontitis
in vitro secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
-
Wahyukundari, M. A., 2009, Perbedaan Kadar Matrix Metalloproteinase-8 Setelah Scalling Pemberian Tetrasiklin Pada Penderita Periodontitis Kronis, Jurnal PDGI, 58 (1): 1-6.
-
Carranza, 2012, Clinical Periodontology 11th Edition, Singapore: ELSEIVIER
-
Merglova, V., Ivancakova- Koberova, R., Broukal, Z., Dort, J., 2014, The Presence of Cariogenic and Periodontal Pathogens in The Oral Cavity of One Year Old Infants Delivered Pre-term With Very Low Birth Weights: A Case Control Study, Biomed Central Research Article, 14 : 109
-
Bolstad, A. I., Jensen, H.B., Bakken, V., Taxonomy, Biology ,and Periodontal Aspects of Fusobacterium nucleatum, Clinical Microbiology Reviews, 1996, 9 (1) : 55-71
-
Junior, E. G. J., Luvizotto, R. C. M., Campos-Avila, J. M., 2000, Virulence of Oral Fusobacterium nucleatum from Non- Humans Primates In Mice, Brazilian Journal of Microbiology, 31 : 146-150.
-
Manson, J. D., Eley, B. M., 2013, Buku Ajar Periodonti, Jakarta : EGC
-
Kumala, S., Ameilia., 2009, Efek Pasca Antibiotik Ciprofloxacin terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 7 (2) : 99-103.
-
Pillai, R., A. Niyati, Trivedi, Bhatt, D, Jagat., 2013, Studies on in vitro Interaction of Ampicillin and Fresh Garlic Extract Against Staphylococcus aureus by Checkerboard Method, Ancient Science of Life, 33(2):114-8.
-
Sulistyoningsih, D., Santosa, B., Sumanto, D., 2009, Efektivitas Larutan Bawang Putih dalam Membunuh Larva Aedes aegypti, Jurnal Kesehatan, 2 (2).
-
Andualem, B., 2013. Sinergistic Antimicrobial Effect of Tenegn Honey (Trigona iridepennis) and Garlic Againts Standard and Clinical Pathogenic Bacterial Isolates, International Journal of Microbiological Research, 4 (4) : 16-22.
-
Notoatmodjo,2012. Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta : PT Rineka.
-
Jawetz, E., Melnik, J., Adelberg E., 2001. Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20, Judul Asli Medical Microbiology Alih bahasa Edi Nugroho, Maulany R. F., Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
-
Kanazawa, A. Ikeda., 1998, Laboratory Handbook for the Fractination of Natural Extract. London: Chapan&Hall.
-
Radji, M., 2010. Buku Ajar Microbiology, Jakarta : EGC.
-
Brooks, G.F., J.S. Butel, S.A. Morse. 2007. MikrobiologiKedokteran Jawetz. Alih bahasa: Huriawati H. Edisi ke-23.EGC. Jakarta.