Dalam rangka mengikuti kepaniteraan klinik madya di bagian anestesiologi dan reanimasi fakultas kedokteran unversitas udayana



Yüklə 139,26 Kb.
tarix21.01.2017
ölçüsü139,26 Kb.
#6110
Paper
ANESTESI INHALASI

unud

Oleh :

Andik Sunaryanto

NIM. 0402005114

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS UDAYANA

RS SANGLAH DENPASAR

2009

BAB I

PENDAHULUAN

Saat ini anestesi inhalasi sangat populer oleh karena adanya kemudahan dalam tatalaksananya dan juga kemampuan untuk memonitor efek yang ditimbulkan secara langsung oleh pemberian obat-obatan anestesi tersebut.

Obat anestesi inhalasi yang pertama kali dikenal dan digunakan untuk membantu pembedahan ialah N2O. kemudian menyusul, eter, kloroform, etil-klorida, etilen, siklo-propan, trikloro-etilen, iso-propenil-vinil-eter, propenil-metil-eter, fluoroksan, etil-vinil-eter, halotan, metoksi-fluran, enfluran, isofluran, desfluran dan sevofluran.

Dalam dunia modern, anestetik inhalasi yang umum digunakan untuk praktek klinik ialah N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran dan sevofluran. Obat-obat lain ditinggalkan, karena efek sampingnya yang tidak dikehendaki misalnya:

1. Eter :kebakaran, peledakan, sekresi bronkus berlebihan, mual-muntah, kerusakan hepar, baunya merangsang.

2. Kloroform :aritmia, kerusakan hepar

3. Etil-klorida :kebakaran, peledakan, depresi jantung, indeks terapi sempit, dirusak kapur soda.

4. Triklor-etilen :dirusak kapur soda, bradi-aritmia, mutagenik?

5. Metoksifluan :toksis terhadap ginjal, kerusakan hepar dan kebakaran.

Saat ini obat anestesi inhalasi generasi baru yang mempunyai kelebihan dibandingkan pendahulu-pendahulunya adalah sevofluran. Obat ini memiliki onset kerja (induksi anestesi) yang cepat dan pemulihan dari pengaruh anestesi yang juga cepat, sehingga saat ini banyak dipilih.


BAB II


ISI
ANESTESI INHALASI

Obat anesteai inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.

Mekanisme kerja obat anestesi inhalasi sangat rumit masih merupakan misteri dalam farmakologi modern. Pemberian anestetik inhalasi melalui pernafasan menuju organ sasaran yang jauh merupakan suatu hal yang unik daklam dunia anestesiologi.

Ambilan alveolus gas atau uap anestetik inhalasi ditetukan oleh sifat fisiknya:



  1. Ambilan oleh paru

  2. Difusi gas dari paru ke darah

  3. Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya

Hiperventilasi akan menaikkan ambilan alveolus dan hipoventilasi akan menurunkan ambilan alveolus. Dalam praktek kelarutan zat inhalasi dalam darah adalah faktor utama yang penting dalam menentukan kecepatan induksi dan pemulihannya. Induksi dan pemulihan berlangsung cepat pada zat yang tidak larut dan lambat pada yang larut.

Kadar alveolus minimal ( KAM ) atau MAC ( minimum alveolar concentration ) ialah kadar minimal zat tersebut dalam alveolus pada tekanan satu atmosfir yang diperlukan untuk mencegah gerakan pada 50 % pasien yang dilakukan insisi standar. Pada umumnya immobilisasi tercapai pada 95 % pasien, jika kadarnya dinaikkan diatas 30 % nilai KAM. Dalam keadaan seimbang, tekanan parsial zat anestetik dalam alveoli sama dengan tekanan zat dalam darah dan otak tempat kerja obat.

Konsentrasi uap anestetik dalam alveoli selama induksi ditentukan oleh:


  1. Konsentrasi inspirasi.

Teoritis kalau saturasi uap anestetik di dalam jaringan sudah penuh, maka ambilan paru berhenti dan konsentrasi uap inpirasi sama dengan alveoli. Hal ini dalam praktek tak pernah terjadi. Induksi makin cepat kalau konsentrasi makin tinggi, asalkan tak terjadi depresi napas atau kejang laring. Induksi makin cepat jika disertai oleh N2O (efek gas kedua).

  1. Ventilasi alveolar

Ventilasi alveolar meningkat, konsentrasi alveolar makin tinggi dan sebaliknya.

  1. Koefisien darah/gas

Makin tinggi angkanya, makin cepat larut dalam darah, makin rendah konsentrasi dalam alveoli dan sebaliknya.

  1. Curah jantung atau aliran darah paru

Makin tinggi curah jantung makin cepat uap diambil

  1. Hubungan ventilasi perfusi

Gangguan hubungan ini memperlambat ambilan gas anestetik. Jumlah uap dalam mesin anestesi bukan merupakan gambaran yang sebenarnya, karena sebagian uap tersebut hilang dalam tabung sirkuit anestesi atau ke atmosfir sekitar sebelum mencapai pernafasan.
ELIMINASI

Sebagian besar gas anestesi dikeluarkan lagi oleh badan lewat paru. Sebagian lagi dimetabolisir oleh hepar dengan sistem oksidasi sitokrom P450. Sisa metabolisme yang larut dalam air dikeluarkan melalui ginjal.


N2O

N2O (gas gelak, laughing gas, nitrous oxide, dinitrogen monooksida) diperoleh dengan memanaskan amonium nitrat sampai 240ºC.

NH4NO3 --240 ºC ---- 2H2O + N2O

N2O dalam ruangan berbentuk gas tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar dan beratnya 1,5 kali berat udara. Zat ini dikemas dalam bentuk cair dalam silinder warna biru 9000 liter atau 1800 liter dengan tekanan 750 psi atau 50 atm.

Pemberian anestesi dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Gas ini bersifat anestetik lemah, tetapi analgesianya kuat, sehingga sering digunakan untuk mengurangi nyeri menjelang persalinan. Pada anestesi inhalasi jarang digunakan sendirian, tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan anestesi lain seperti halotan dan sebagainya. Pada akhir anestesi setelah N2O dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli, sehingga terjadi pengenceran O2 dan terjadilah hipoksia difusi. Untuk menghindari terjadinya hipoksia difusi, berikan O2 100% selama 5-10 menit.

HALOTAN


Halotan (fluotan) bukan turunan eter, melainkan turunan etan. Baunya yang enak dan tidak merangsang jalan napas, maka sering digunakan sebagai induksi anestesi kombinasi dengan N2O. Halotan harus disimpan dalam botol gelap (coklat tua) supaya tidak dirusak oleh cahaya dan diawetkan oleh timol 0,01%.

Selain untuk induksi dapat juga untuk laringoskopi intubasi, asalkan anestesinya cukup dalam, stabil dan sebelum tindakan dierikan analgesi semprot lidokain 4% atau 10% sekitar faring laring. Setelah beberapa menit lidokain kerja, umumnya laringoskop intubasi dapat dikerjakan dengan mudah, karena relaksasi otot cukup baik.

Pada napas spontan rumatan anestesi sekitar 1-2 vol% dan pada napas kendali sektar 0,5-1 vol% yang tentunya disesuaikan dengan respon klinis pasien. Halotan menyebabkan vasodilatasi serebral, meninggikan aliran darah otak yang sulit dikendalikan dengan teknik anestesia hiperventilasi, sehingga tidak disukai untuk bedah otak.

Kelebihan dosis menyebabkan depresi napas, menurunnya tonus simpatis, depresi miokard dan inhibisi refleks baroreseptor. Kebalikan dari N2O, halotan analgesinya lemah, anestesinya kuat, sehingga kombinasi keduanya ideal sepanjang tidak ada indikasi kontra.

Kombinasi dengan adrenalin sering menyebabkan disritmia, sehingga penggunaan adrenalin harus dibatasi. Adrenalin dianjurkan dengan pengenceran 1:200.000 (5 μg/kg).

Pada bedah sesar, halotan dibatasi maksimal 1 vol%, karena relaksasi uterus akan menimbulkan perdarahan. Halotan menghambat pelepasan insulin, meninggikan kadar gula darah.

Kira-kira 20% halotan dimetabolisir terutama di hepar secara oksidatif menjadi komponen bromin, klorin, dan asam trikloro asetat. Secara reduktif menjadi komponen fluorida dan produk non-volatil yang dikeluarkan lewat urin. Metabolisme reduktif ini menyebabkan hepar kerja keras, sehingga merupakan indikasi kontra pada penderita gangguan hepar, pernah dapat halotan dalam waktu kurang tiga bulan atau pasien kegemukan. Pasca pemberian halotan sering menyebabkan pasien menggigil.
ENFLURAN

Enfluran (etran, aliran) merupakan halogenisasi eter dan cepat populer setelah ada kecuriagan gangguan fungsi hepar oleh halotan pada pengguanan berulang. Pada EEG menunjukkan tanda-tanda epileptik, apalagi disertai hipokapnia, karena itu hindari penggunaannya pada pasien dengan riwayat epilepsi, walaupun ada yang beranggapan bukan indikasi kontra untuk dpakai pada kasus dengan riwayat epilepsi. Kombinasi dengan adrenalin lebih aman 3 kali dibanding halotan.

Enfluran yang dimetabolisme hanya 2-8% oleh hepar menjadi produk non-volatil yang dikeluarkan lewat urin. Ssisanya dikeluarkan lewat paru dalam bentuk asli. Induksi dan pulih dari anestesia lebih cepat dibanding halotan. Vasodlatasi serebral antara halotan dan isofluran.

Efek depresi napas lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih iritatif dibanding halotan. Depresi terhadap sirkulasi lebih kuat dibanding halotan, depresi lebih jarang menimbulkan aritmia. Efek relaksasi terhadap otot lurik lebih baik dibanding halotan.


ISOFLURAN

Isofluran (foran, aeran) merupakan halogenasi eter yang pada dosis anestetik atau subanestetik menurunkan laju metabolisme otak terhadap oksigen, tetapi meninggikan aliran darah otak dan tekanan intrakranial. Peninggian aliran darah otak dan tekanan intrakranial ini dapat dikurangi dengan teknik anestesi hiperventilasi, sehingga isofluran banyak digunakan untuk bedah otak.

Efek terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal, sehingga digemari untuk anestesi teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien dengan gangguan koroner. Isofluran dengan konsentrasi > 1% terhadap uterus hamil menyebabkan relaksasi dan kurang responsif jika diantisipasi dengan oksitosin, sehingga dapat menyebabkan perdarahan pasca persalinan. Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis biasa jika menggunakan isofluran.

DESFLURAN


Desfluran (suprane) merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan efek klinisnya mirip isofluran. Desfluran sangat mudah menguap dibandingkan dengan anestetik volatil lainnya, sehingga perlu menggunakan vaporizer khusus (TEC-6). Titik didihnya mendekati suhu ruangan (23.5ºC). potensinya rendah (MAC 6.0%). Ia bersifat simpatomimetik menyebabkan takikardia dan hipertensi. Efek depres napasnya seperti isofluran dan etran. Desfluran merangsang jalan napas atas, sehingga tidak digunakan untuk induksi anestesia.
SEVOFLURAN

Sevofluran (ultane) merupakan halogenasi eter. Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan dengan isofluran. Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas, sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi disamping halotan.

Efek terhadap kardiovaskuler cukup stabil, jarang mnyebabkan aritmia. Efek terhadap sistem saraf pusat seperti isofluran dan belum ada laporan toksik terhadap hepar. Setelah pemberian dihentikan sevofluran cepat dikeluarkan oleh badan. Walaupun dirusak oleh kapur soda (soda lime, baralime), tetapi belum ada laporan membahayakan terhadap tubuh manusia.
PERBEDAAN ANESTETIK INHALASI

Perbandingan anestetik inhalasi baik secara fisik-kimia maupun secara klinik farmakologi dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.


Tabel 1. fisik dan kimia anestetik inhalasi

Anestetik inhalasi

N2O

Halotan

Enfluran

Isofluran

Desfluran

Sevofluran

Berat molekul

Titik didih(ºC)

Tekanan Uap(mmHg20 ºC)

Bau


Turunan eter

Pengawet


Koef partisi darah/gas

Dengan kapur soda 40 ºC

MAC (KAM) 37 ºC Usia 30-55 tahun tekana 760 mmHg


44

-68


5200

Manis


Bukan

-

0.47



Stabil

104-105


197

50-50.2


243-244

Organik


Bukan

Perlu


2.4

Tidak


0.75

184

56.6


172-174.5

Eter


Ya

-

1.9



Stabil

1.63-1.70



184

48.5


238-240

Eter


Ya

-

1.4



Stabil

1.15-1.20



168

22.8-23.5

669-673

Eter


Ya

-

0.42



stabil

6.0-6.6


200

58.5


160-170

Eter


Ya

-

0.65



Tidak

1.80-2.0




Tabel 2. Farmakologi klinik anestetik inhalasi




N2O

Halotan

Enfluran

Isofluran

Desfluran

Sevofluran

Kardiovaskuler

Tekanan darah

Laju nadi

Tahanan vaskuler

Curah jantung


TB↑↓

TB

TB



TB

TB

↓↓



TB




↓↓



↓↓

↓↓


TB


↓↓

TB atau ↑



↓↓

TB atau ↓


TB





Respirasi

Volume tidal

Laju napas

PaCO2 Istirahat

’Challenge’



TB


↓↓

↑↑




↓↓

↑↑



↑↑

↑↑

↓↓








↑↑

↑↑







Serebral

Aliran darah

Tekanan intrakranial

Laju metabolisme

’Seizure’



↓↓

↑↑

↑↑





↑↑






↓↓






↓↓




↓↓





Blokade

Pelumpuh otot non-depol



↑↑

↑↑↑

↑↑↑

↑↑↑

↑↑



Ginjal

Aliran darah

Laju filtrasi Glomerulus

Output urin



↓↓

↓↓



↓↓

↓↓

↓↓



↓↓

↓↓

↓↓



↓↓

↓↓

↓↓



↓↓

?



?

?



?

Hepar

Aliran darah



↓↓

↓↓





Metabolisme

0.004%

15-20%

2-5%

0.2%

<0.1%

2-3%


MESIN DAN PERALATAN ANESTESI

Fungsi mesin anestesi adalah menyalurkan gas atau campuran gas anestetik yang aman ke rangkaian sirkuit anestetik yang kemudian dihisap oleh pasien dan membuang sisa campuran gas dari pasien. Rangkaian mesin anestesi sangat banyak ragamnya, mulai dari yang sangat sederhana sampai yang diatur oleh komputer. Mesin yang aman dan ideal ialah mesin yang memenuhi persyaratan berikut:



  1. Dapat menyalurkan gas anestetik dengan dosis tepat

  2. Ruang rugi minimal

  3. Mengeluarkan CO2 dengan efisien

  4. Bertekanan rendah

  5. Kelembaban terjaga dengan baik

  6. Penggunaannya sangat mudah dan aman.

Mesin anestetik adalah teman akrab anestetis atau anestesiologist yang harus selalu siap pakai, kalau akan dipergunakan. Mesin aestetik modern dilengkapi langsung dengan ventilator mekanik alat pantau.
Komponen dasar mesin anestetik terdiri dari:

  1. Sumber O2, N2O dan udara tekan.

  2. Alat pantau tekanan gas.

  3. Katup penurun tekanan gas.

  4. Meter aliran gas.

  5. Satu aau lebih penguap cairan anestetik.

  6. Lubang keluar campuran gas.

  7. Kendali O2 darurat.




  • Sumber O2 dan N2O dapat tersedia secara individual menjadi stu-kesatuan mesin anestetik atau dari sentral melalui pipa-pipa. Rumah sakit besar biasanya menyediakan O2, N2O dan udara tekan secara sentral untukl disalurkan ke kamar bedah sentral, kamar Bedah rawat jalan, ruang obstetri dan lain-lainya.

  • Alat pantau tekanan gas untuk mengetahuhi tekanan gas pasok. Kalau ekanan gas O2 berkurang maka akan ada bunyi tanda bahaya.

  • Katup penurun tekanan gas untuk menurunkan tekanan gas pasok yang masih tinggi, sesuai karakteristik mesin anestesi.

  • Meter aliran gas dari tabung kaca untuk mengatur aliran gas setiap menitnya.

  • Penguap cairan anestetik dapat tersedia satu, dua, tiga sampai empat.

  • Lubang keluar campuran gasbiasanya berdiameter standar.

  • Kendali O2 darurat untuk kadaan darurau yang dapat mengalirkan O2 murni sampai 35-37 liter/menit tanpa melalui meter aliran gas.

Tabung gas dan tambahannya dan penguap diberi warna khusus untuk mnghindari kecelakaan yang mungkin timbul. Kode warna yang telah disepakati ialah seperti tabel 3.

Tabel 3. kode warna internasional

Oksigen

N2O

Udara

CO2

Halotan

Enfluran

Isofluran

Desfluran

Sevofluran

Putih*

biru

Putih-hitam**

Abu-abu

merah

jingga

ungu

biru

kuning

* USA : hijau, **kuning
Mesin anestesi sebelum digunakan harus diperiksa apakah berfungsi baik atau tidak. Beberapa petunjuk dibawah ini perlu diperhatikan:

  1. Periksa mesin dan peralatan kaitannya secara visual apakah ada kerusakan atau tidak, apakah rangkaian sambungannya sudah benar.

  2. Periksa alat penguap apakah sudah terisi obat dan penutupnya tidak longgar atau bocor.

  3. periksa apakah sambungan silinder gas atau pipa gas ke mesin sudah benar

  4. periksa meter aliran gas apakah berfungsi baik.

  5. pariksa aliran gas O2 dan N2O.


SISTEM ATAU SIRKUIT ANESTESI

Sistem penghantar gas atau sistem anestesia atau sirkuit anestesia ialah alat yang bukan saja menghantarkkan gas atau uap anestetik dan oksigen dari mesin ke jalan napas atau pasien, tetapi juga harus sanggup membuang CO2 dengan mendorongnya dengan aliran gas segar atau dengan mengisapnya dengan kapur soda.

Sirkuit anestesi umumnya terdiri dari:


  1. Sungkup muka, sungkup laring atau pipa trakea.

  2. Katup ekspirasi dengan per atau pegas.

  3. Pipa ombak, pipa cadang. Bahan karet hitam atau plastik transparan anti statik, anti tertekuk.

  4. Kantong cadang.

  5. Tempat masuk campuran gas anestetik dan O2. untuk mencegah terjadinya barotrauma akibat naiknya tekanan gas yang mendadak tinggi, katup membatasi takanan sampai 50 cmH2O.

Sirkuit anestesi yang populer sampai saat ini ialah sirkuit lingkar (circle system), sirkuit magill, sirkuit Bain dan sistem pipa T atau pipa Y dari Ayre.
SISTEM INSUFLASI

Sistem ini diartikan sebagai penghembusan gas anestetik dengan sungkup muka melalui salah satu sistem ke wajah pasien tanpa menyetuhnya. Biasanya dikerjakan pada bayi atau anak kecil yang takut disuntik atau pada mereka yang sedang tidur supaya tidak terbangun (induksi mencuri, steal induction). Untuk mnghindari penumpukan gas CO2, aliran gas harus cukup tinggi sekitar 8-10 liter/menit. Sistem ini mencemari udara sekitarnya.

Ada yang mengartikan, bahwa sistem ini adalah penghembusan campuran gas anestetik melalui lubang hidung dengan menggunakan pipa nasofaring. Seperti mealui sungkup, aliran campuran gas juga harus tinggi sekitar 8-10 liter/menit.

TATALAKSANA ANESTESI UMUM INHALASI SUNGKUP MUKA


Indikasi:

  1. Pada operasi kecil dan sedang di daerah permukaan tubuh dan berlangsung singkat dengan posisi terlentang, tanpa membuka rongga perut.

  2. Keadaan umum pasien cukup baik (status fisik I atau II).

  3. lambung dalam keadaan kosong

Indikasi kontra:

  1. operasi di daerah kepala dan jalan napas.

  2. operasi dengan posisi miring atau tertelungkup.

Tatalaksana:



  1. pasien telah disiapkan sesuai dengan pedoman

  2. pasang alat pantau yang diperlukan

  3. siapkan alat-alat dan obat resusitasi

  4. siapkan mesin anestesi dengan sistem sirkuitnya dan gas anestesi yang digunakannya

  5. induksi dengan pentothal atau dengan obat hipnotik yang lain

  6. berikan salah satu kombinasi obat inhalasi *

  7. awasi pola napas pasien, bila tampak tanda-tanda hipoventilasi berikan napas bantuan intermiten secara sinkron sesuai dengan irama napas pasien

  8. pantau denyut nadi dan tekanan darah

  9. apabila operasi sudah selesai, hentikan aliran gas/obat anestesi inhalasi dan berikan oksigen 100% (4-8 liter/menit) selama 2-5 menit.

Penyulit: sehubungan dengan efek samping obat dan risiko sumbatan jalan napas atas.


*kombinasi obat anestesi inhalasi:

  1. N2O + halotan atau

  2. N2O + enfluran atau

  3. N2O + isofluran atau

  4. N2O + sevofluran


BAB III

LAPORAN KASUS

  1. Evaluasi Pra Anestesia


  1. Identitas pasien

Nama : I Made Sukarma

Umur : 35 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pegawai swasta

Alamat : Banjar Suda Nyitdah Kediri Tabanan

Status : Menikah

Tanggal operasi : 24 Maret 2006

Diagnosis Bedah : Soft Tissue Tumor Digiti III Manus Dekstra

Tindakan : Eksisional Biopsi


  1. Anamnesis

    1. Anamnesis Khusus

Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada ujung jari tengah tangan kanan sejak 3 tahun yang lalu. Benjolan timbul tiba-tiba dan semakin lama semakin membesar. Pasien tidak merasakan nyeri pada benjolan tersebut.

    1. Anamnesis Umum

    • Riwayat penyakit sistemik tidak ada

    • Riwayat pemakaian obat tidak ada

    • Riwayat operasi sebelumnya tidak ada

    • Kebiasaan merokok, alkohol, maupun pemakaian obat terlarang tidak ada

    • Riwayat alergi obat dan makanan tidak ada




  1. Status Present

Kesadaran : Composmentis (E4V5M6)

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

Respirasi : 18 kali/menit

Temperatur aksila : 36,8 0 c

Berat badan : 70 Kg

Tinggi : 170 Cm

VAS : 0 ( Tidak nyeri )




  1. Pemeriksaan Fisik

4.1. Pemeriksaan fisik umum

    1. SSP : Normal

    2. Sirkulasi : Normal

    3. Respirasi : Normal

    4. Saluran cerna : Normal

    5. Hepatobilier : Normal

    6. Ginjal : Normal

    7. Metabolik : Normal

    8. Hematologi : Normal

    9. Otot Rangka : Terdapat benjolan ukuran 2 x 2 cm pada ujung jari tengah tangan kanan, nyeri tidak ada

4.2.Pemeriksaan fisik khusus

1. Keadaan gigi : Normal



  1. Kemampuan membuka mulut : Normal

  2. Fleksi dan ekstensi leher : Normal




  1. Pemeriksaan Penunjang

    • Pemeriksaan Penunjang

WBC : 6,68 . 10 –6 /μL ( 4,5-11 . 10 –6 /μL)

HGB : 15 g/dL (12-16 g/dL)

HCT : 40,9 % (36-48 %)

PLT : 239 . 10 –3 /μL ( 150-440 . 10 –3 /μL)



  • Bleeding time : 200(1-3)

  • Clothing time : 600(5-15)

  • Fungsi hati ( Normal )

  • AST : 28 Iμ/L ( 11-32 Iμ/L )

  • ALT : 23 Iμ/L ( 4-36 Iμ/L )

  • Fungsi ginjal ( Normal )

  • BUN : 12,4 mg/dL ( 5-23 mg/dL )

  • SC : 1,2 mg/dL ( 0,5-1,2 mg/dL )

  • Metabolik endokrin

  • BS : 90 mg/dL ( 70-110 mg/dL )

  • Alb : 4,3 g/dL ( 4-5,7 g/dL )

  • Kardiovaskuler

  • Foto Thoraks : Kesan thoraks normal

  • EKG : Irama sinus

  • Otot rangka

  • Foto Manus Dekstra Digiti III

  • Tampak Soft Tissue Massa di ujung phalanx distalis digiti III

  • Tulang masih normal

VI. Kesimpulan : ASA 1


B. Persiapan Pra-Anestesia

  1. Persiapan di ruangan

  • Surat perjanjian operasi sudah ditandatangani

  • Persiapan psikis : penjelasan mengenai rencana anestesi dan pembedahan yang direncanakankepada pasien dan keluarga, pemberian obat sedatif : Diazepam 2 x 5 mg per oral (malam dan pagi hari)

  • Persiapan fisik : puasa 8 jam sebelum operasi, melepaskan aksesoris yang dipakai ( cincin, gelang, kalung), penderita mandi bersih kemudian menggunakan pakaian khusus untuk operasi




  1. Persiapan di ruang persiapan IBS

  • Memeriksa kembali identitas pasien dan surat persetujuan operasi




  • Memberikan premedikasi sedatif dan analgetik ( Midazolam 5 mg dan Pethidin 70 mg intramuskuler ).

  • Memasang infus di tangan kiri

  • RL 500 cc

  • kebutuhan cairan : I. 110 cc + 50% X 1100 cc = 6600 cc.




  1. Persiapan di kamar operasi

  • Persiapan mesin anestesia dengan sistem aliran gasnya

  • Persiapan alat dan obat anestesia : Pentotal 250 mg

  • Persiapan alat dan obat resusitasi

  • Persiapan alat pantau dan kartu anestesia

C. Pengelolaan Anestesia



    1. Jenis Anestesi : Anestesi umum

    2. Teknik Anestesi : Anestesi umum inhalasi memakai sungkup muka

      • Induksi dengan Pentotal 250 mg

      • Pemeliharaan dengan :

N2O 3 liter/menit, O2 1 liter/menit 100 % sistem rebreathing, Isofluran 1 vol %.

3. Respirasi : Spontan

4. Posisi : Terlentang

5. Infus : Cairan Kristaloid



    1. Komplikasi selama pembedahan dan anesthesia : tidak ada

    2. Lama operasi : 40 menit

    3. Lama anestesi : 55 menit

    4. Keadaan akhir pembedahan

      • TD : 120/80 mmHg

      • N : 78 kali/menit

      • R : 20 kali/menit

    1. Rekapitulasi :

  • Jumlah cairan masuk : 350 cc RL

  • Jumlah perdarahan :

  • Jumlah medikasi :

    • Diazepam 2 X 5 mg

    • Midazolam 5 mg

    • Pethidin 70 mg

    • Pentothal 250 mg

11. Aldrete Skor Total : 8 (pukul 11.30)



  • Aktivitas : 1

  • Kesadaran : 1

  • Tekanan darah : 2

  • Respirasi : 2

  • Warna kulit : 2

D. Pengelolaan Paska Anestesi

1. Pemantauan Terhadap Pasien


  • Aldrete skor selama di ruangan pemulihan setiap 15 menit

Aldrete Skor

11.45

12.00

12.15

12.30

Aktivitas

Kesadaran

Tekanan darah

Respirasi

Warna kulit


1

1

2



2

2


1

1

2



2

2


2

1

2



2

2


2

2

2



2

2


Total

8

8

9

10




  • Fungsi ginjal dan saluran kencing : Normal

  • Fungsi saluran cerna : Normal

  • Suhu tubuh : Normal

  • Masalah nyeri :

2. Pasien dipindahkan ke ruangan Pukul 12.30

3. Instruksi di ruangan



  • Analgesik : Asam Mefenamat 3 x 500mg

  • Infus : D5 %

  • Antibiotika : Sesuai operator

  • Obat-obat lain : Sesuai operator

  • Makan/minum : - minum sedikit sedikit

- makan bebas

DAFTAR PUSTAKA





    1. Latief S A, Suryadi K A, Dachlan M R,. Anestetik Inhalasi dalam buku: Petunjuk Praktis Anestesiologi edisi kedua, hal 48-64, penerbit Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI , Jakarta, 2002.

    2. Joenoerham J, Latief S A, Anestesi Umum dalam buku : Anestesiologi, editor: Muhiman M, Thaib R M, Sunatrio S, Dahlan R, hal 93-102, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI Jakarta, 1989.

    3. Mangku G, Diktat Kumpulan Kuliah Buku I, penerbit Bagian Anestesiologi dan Reanimasi FK UNUD, hal 74-84, Denpasar, 2002.

    4. Mangku G, Anestesi Inhalasi dalam buku Standar Pelayanan dan Tatalaksana Anestesia-Analgesia dan Terapi Intensif, hal 28, penerbit Bagian Anestesiologi dan Reanimasi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar, 2000.

    5. Barash P G, Cullen B F, Stoelting R K, Inhalation Anesthesia on: Clinical Anesthesia, 2002.


Yüklə 139,26 Kb.

Dostları ilə paylaş:




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©azkurs.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin