STREPTOMYCES SEBAGAI SUMBER ANTIBIOTIK BARU
DI INDONESIA
Triastuti Rahayu* dan Maryati**
*Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta
**Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Antibiotik merupakan bagian penting dalam terapi infeksi bakteri. Oleh karena itu penemuan sumber antibiotik baru yang potensial sangat diperlukan untuk mengatasi masalah akibat infeksi bakteri. Streptomyces adalah bakteri yang mampu memproduksi agen antimikroba, Gram positif, berfilamen, membentuk spora dan banyak ditemukan di tanah pada rizosfer tanaman tingkat tinggi. Di Indonesia penelitian mengenai Streptomyces sebagai penghasil antibiotik masih sangat terbatas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi Streptomyces dari rizosfer Familia Poaceae yang dapat menghasilkan antibiotik untuk menghambat bakteri S. aureus dan E. coli.
Isolasi Streptomyces diambil dari rizosfer rumput kembangan (Digitaria microbachne (Presl.) Henr), rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach) dan alang–alang (Imperata cylindrica L) yang tumbuh di tanah yang kering, sedikit berpasir dan tidak tergenang air. Tahap awal isolasi Streptomyces adalah pre treatment sampel tanah. Isolasi menggunakan media raffinosa-histidine agar. Isolat dipurifikasi pada media benneth agar. Hasil kultur dari media benneth agar dipindah ke media oatmeal agar untuk menumbuhkan spora. Identifikasi isolat Streptomyces dilakukan dengan pengecatan Gram. Uji potensi isolat Streptomyces dilakukan dengan metode agar block menggunakan bakteri uji S. aureus, E. coli ATCC 25922.
Hasil isolasi diperoleh 57 isolat Streptomyces dengan warna miselium vegetatif, spora aerial dan pigmen difus yang berbeda. Dari 57 isolat diperoleh 10 isolat (17,50%) berpotensi ”sangat kuat” (diameter lebih dari 20 mm), 6 isolat (10,52%) berpotensi ”kuat” (diameter 10-20 mm) terhadap S. aureus, sedangkan terhadap E. coli ATCC 25922 diperoleh 8 isolat (14,04%) berpotensi antibiotik “sangat kuat” (20-30 mm), 11 isolat (17,54%) berpotensi ”kuat” (10-19,5 mm), dan 1 isolat (1,75%) berpotensi ”sedang” (7 mm). Kesimpulan yang diperoleh adalah Streptomyces dari rizosfer Familia Poaceae dapat dijadikan sebagai sumber penghasil antibiotik baru yang sangat potensial di Indonesia.
Kata Kunci: Antibiotik, Streptomyces, E. coli, S. aureus, Familia Poaceae, Rizosfer
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan dalam bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit menular disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa. Contoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (Gibson, 1996). E. coli sering menyebabkan infeksi saluran kemih, diare dan penyakit lain. Salah satu penyembuhannya dengan antibiotik (Jawetz et al., 2001). S. aureus merupakan contoh bakteri penyebab penyakit infeksi yang terutama dapat menimbulkan penyakit pada manusia.
Penyakit infeksi tersebut diatasi dengan antibiotik tetapi sering terkendala oleh adanya faktor resistensi bakteri terhadap antibiotik yang telah ada. Oleh sebab itu sangat diperlukan eksplorasi galur-galur mikroba baru yang menghasilkan antibiotik dengan potensi lebih tinggi dalam mematikan penyebab penyakit, misalnya dari rizosfer.
Tanah rizosfer adalah tanah yang menempel pada perakaran tanaman yang banyak terdapat bakteri, jamur, dan Actinomycetes. Banyak penghuni tanah tersebut merupakan sumber penting antibiotik (Rao, 1994). Penelitian yang dilakukan oleh Waksman (1950) cit Hasim (2003) telah banyak ditemukan Actinomycetes di tanah berumput dengan demikian menanam rumput manusia dapat sekaligus memanen antibiotik. Streptomyces adalah genus dari kelas Actinomycetes yang terbukti mampu menghasilkan bermacam-macam antibiotik. Lebih dari 90 persen antibiotik yang dihasilkan dari Streptomyces digunakan untuk terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Hasim, 2003).
Penelitian di Indonesia mengenai isolasi Streptomyces yang berpotensi menghasilkan antibiotik masih sangat terbatas. Oleh karena itu, Rahayu dan Maryati mencoba mengeksplorasi Streptomyces sebagai agen penghasil antibiotik potensial (2007) dari rizosfer tumbuhan Familia Poaceae yaitu jukut domdoman (Chrysopogon aciculatus (Retz) Trin) dan rumput jepang (Zoysia matrella L. Merr) serta tumbuhan orok-orok (Crotalaria striata). Hasilnya diperoleh isolat-isolat Streptomyces penghasil antibiotik yang potensial. Pada penelitian ini akan dilakukan isolasi Streptomyces dari rizosfer Familia Poaceae yang lain meliputi rumput kembangan (Digitaria microbachne (Presl.) Henr), rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach) dan alang–alang (Imperata cylindrica L). Hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh isolat–isolat Streptomyces baru yang berpotensi tinggi menghasilkan antibiotik.
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayakan, sendok tanduk, tabung reaksi, mikropipet, blue tips, yellow tips, termometer, spuit injeksi 10 ml, kompor listrik, botol ulir biru 500 ml, timbangan, alat-alat gelas berukur, pH universal (MERCK), tusuk sate steril, petri disk, inkubator, autoklaf, oven, api bunsen, LAF (Laminar Air Flow), object glass, mikroskop, flakon, spreader glass, shaker incubator, sterile cork borer, penggaris.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: sampel tanah yang diperoleh dari sekitar perakaran tumbuhan (rizosfer) yaitu: alang-alang (Imperata cylindrica L), rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach) dan rumput kembangan (Digitaria microbachne (Presl.) Henr) yang diambil dari Kelurahan Gayam Kabupaten Sukoharjo, Kelurahan Lopait Kotamadya Salatiga dan Kelurahan Cepu Kabupaten Blora, larutan ringer laktat (Widatra Bhakti), media raffinosa-histidine agar, benneth agar, oatmeal agar, akuades, antifungi sikloheksimid (SIGMA), kasa, NaOH (MERCK), satu set cat Gram formalin 1%, alkohol 70%, S. aureus dan E. coli ATCC 25922, standard Mc Farland (konsentrasi 108 CFU/ml), media BHI (Brain Heart Infusion), akuades steril, media NA (Nutrient Agar).
B. Jalannya Penelitian
1. Pemilihan Lokasi Sampel Tanah
Pemilihan lokasi pengambilan sampel tanah pada daerah yang kering dan panas (hangat), tanahnya agak berpasir dan tidak tergenang air.
2. Pengambilan Sampel
Sampel tanah rizosfer dari tumbuhan alang-alang, rumput gajah dan rumput kembangan diambil bagian yang menempel pada akar sebanyak satu genggam (± 50 gram) dari 5 tempat yang berbeda dalam 1 rumpun/lahan yang sebelumnya tanah bagian atas (± 10 cm) dibersihkan dahulu. Setiap sampel tanah dimasukkan dalam kantong plastik yang berbeda.
3. Pre treatment Sampel Tanah
Tanah yang telah diambil masing-masing ditimbang 10 gram dikeringanginkan pada suhu ruang selama 7-10 hari kemudian disaring dengan saringan 0,8 mm dan dimasukkan dalam wadah steril sebelum digunakan. Masing-masing sampel tanah diambil sebanyak 1 gram kemudian dicampur. Dari hasil pencampuran diambil lagi 1 gram untuk dicampur dengan larutan ringer 10 ml (10-1) kemudian digojok sampai rata, selanjutnya larutan tersebut dipanaskan pada suhu 55oC selama 20 menit untuk mengurangi populasi bakteri Gram negatif.
4. Isolasi Streptomyces
Pengenceran dilanjutkan dengan mengambil 1 ml larutan 10-1 dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan ringer laktat (10-2) dan seterusnya sampai pengenceran 10-4. Sebanyak 0,1 ml dari pengenceran 10-3 dan 10-4 diinokulasi pada medium raffinosa-histidine agar dengan penambahan antibiotik sikloheksimid (1:100) untuk mengurangi pertumbuhan fungi dan diinkubasi pada suhu 28oC selama 7-14 hari. Koloni Streptomyces dengan morfologi yang berbeda diseleksi dan dipindah ke media purifikasi yaitu media benneth agar dengan menggunakan tusuk sate steril. Kultur tersebut diinkubasi pada suhu 28oC selama 7 hari disimpan pada suhu 4oC untuk uji selanjutnya, kemudian dari media benneth agar dipindah ke media oatmeal agar diinkubasi pada suhu 28oC selama 7-14 hari untuk menumbuhkan spora bakteri.
5. Identifikasi Isolat Streptomyces dengan Pengecatan Gram
Prosedur pengecatan Gram adalah sebagai berikut: Satu ujung tusuk sate steril isolat Streptomyces diambil secara aseptik dan diletakkan pada obyek gelas dan diratakan. Preparat ditambah formalin 1% dikeringkan dan selanjutnya difiksasi di atas nyala api bunsen (spirtius), preparat siap dicat. Preparat digenangi dengan cat Gram A selama 1-3 menit kemudian digenangi cat Gram B selama 0,5-1 menit, setelah itu cat dibuang dan dicuci dengan air. Preparat kemudian ditetesi cat Gram C sampai warna cat dilunturkan. Setelah itu preparat digenangi cat Gram D selama 1 menit kemudian dicuci dan dikeringkan dalam posisi miring. Preparat kemudian diamati di bawah mikroskop, Apabila preparat berwarna ungu artinya Gram positif, jika preparat berwarna merah artinya Gram negatif.
6. Penyiapan mikroorganisme uji S. aureus dan E. coli
Bakteri uji yang digunakan adalah S. aureus dan E. coli ATCC 25922. Bakteri diambil beberapa koloni dibiakkan menggunakan tusuk sate steril, kemudian diinokulasi pada medium NA dan diinkubasi 37oC selama 18-24 jam. Koloni bakteri diambil dengan tusuk sate steril lalu ditanam pada 2 ml BHI cair dan di shaker selama 3 jam dengan suhu 37oC pada kecepatan 90 rpm, setelah itu diencerkan dengan akuades steril sehingga mempunyai kekeruhan yang sesuai dengan standar Mc Farland (108 CFU/ml) kemudian diambil 100 µl dimasukkan kedalam labu takar 10 ml ditambah akuades steril sampai 10 ml, sehingga didapatkan suspensi bakteri 106 CFU/ml, kemudian diambil 150 µl diinokulasikan pada media NA dan siap diuji.
7. Uji isolat Streptomyces yang berpotensi menghasilkan antibiotik
Penentuan aktivitas antibiotik dengan metode agar block, isolat dari media oatmeal agar yang berumur 3 minggu masing-masing dibuat blok menggunakan sterile cork borer diameter 6 mm kemudian diletakkan pada medium NA yang sudah diinokulasi organisme uji. Inkubasi pada saat skrining antibiotik adalah 37oC, 24 jam untuk bakteri. Potensi Antibiotik diperoleh dengan mengukur diameter zona hambat di sekitar agar block.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolat Streptomyces rizosfer rumput gajah, alang-alang dan rumput kembangan diperoleh dari sampel tanah yang diambil di sekitar perakaran rumput dengan kedalaman kira-kira 10 cm dari permukaan tanah. Pengambilan tanah di sekitar perakaran rumput karena akar rumput mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan eksudat (cairan sel yang keluar ke sekitar akar) dimana merupakan sumber kehidupan bagi mikroflora tanah, termasuk mikroorganisme yang berpotensi menghasilkan antibiotik (Hasim, 2003).
Sampel tanah rizosfer sebelum diisolasi dilakukan pre treatment untuk mengurangi populasi bakteri Gram negatif karena Streptomyces termasuk Gram positif yang menghasilkan spora. Pengenceran sampel tanah rizosfer yang diinokulasikan pada media raffinosa-histidine agar adalah 10-3 dan 10-4. Pengenceran yang rendah (10-2) menyebabkan pertumbuhan koloni yang rapat sehingga tidak dapat diperoleh kultur murni Streptomyces dan sebaliknya pengenceran yang tinggi (10-6) kemungkinan mendapatkan koloni Streptomyces semakin kecil (Rahayu dan Maryati, 2007).
a
Isolasi Streptomyces menggunakan media raffinosa-histidine agar untuk menghambat Streptomyces albidoflavus yang mendominasi pertumbuhan bakteri dari tanah. Penggunaan media raffinosa-histidine agar sebagai medium selektif untuk membedakan Streptomyces dengan koloni bakteri lainnya karena karakteristik miselium dan pigmentasinya. Penambahan sikloheksimid (1:100) pada media raffinosa-histidine agar untuk menghambat pertumbuhan jamur (antijamur). Koloni Streptomyces pada media buatan licin atau seperti liken, keras dan bertekstur padat, muncul perlahan, konsistensi berbubuk dan melekat erat pada permukaan medium agar (Waksman, 1967; Rao, 1994) (Gambar 1 ).
b
c
Gambar 1. Koloni Streptomyces pada Media Raffinosa-histidine agar
Keterangan: a. Pengenceran 10-3 rumput gajah, b. Pengenceran 10-3 rumput
kembangan, c. Pengenceran 10-3 rumput alang-alang
Setelah terlihat pertumbuhan yang maksimal pada media raffinosa-histidine agar, koloni Streptomyces yang berbeda diseleksi dan dipindah ke media purifikasi yaitu benneth agar dengan tusuk sate steril untuk mendapatkan isolat yang murni selanjutnya diinkubasi pada suhu 28oC selama 7 hari. Isolat Streptomyces dari media benneth agar dipindah ke media pembentukan spora yaitu medium oatmeal agar karena salah satu ciri Streptomyces dapat menghasilkan spora. Inkubasi pada media oatmeal agar dilakukan selama 7-14 hari pada suhu 28oC karena Streptomyces mempunyai pola pertumbuhan mirip dengan fungi yaitu pertumbuhan lambat dan tumbuh maksimal pada suhu 28oC. Pada pembuatan media benneth agar dan oatmeal agar sebelum dituang ke petri ditambah sikloheksimid (1:100) terlebih dahulu untuk menghambat pertumbuhan jamur.
Hasil isolasi diperoleh 57 isolat murni, diamati berdasarkan pigmen warna pada miselium vegetatif, spora aerial, dan pigmen difusnya dari media oatmeal agar (Tabel 1). Selain karakteristik morfologinya untuk memastikan bahwa isolat yang diperoleh adalah Streptomyces yang merupakan Gram positif maka dilakukan pengecatan Gram. Hasil pengecatan Gram isolat Streptomyces dari media benneth agar dilihat dibawah mikroskop adalah berwarna ungu merupakan Gram positif dengan bentuk sel batang, susunan sel tersebar.
Tabel 1. Isolat Streptomyces dari Media Oatmeal agar
Kode strain
|
Warna spora aerial
|
Warna miselium vegetatif
|
Pigmen difus
|
GJSK2
GJSK3
GJSK4
GJSK5
GJSK7
|
Putih
Putih di tengah, abu-abu di pinggir
Putih keabu-abuan
Putih di tengah, abu-abu di pinggir
Abu-abu
|
Coklat
Putih
Putih keabu-abuan
Putih di tengah, kuning di pinggir sebagian
Kuning kecoklatan
|
Coklat
-
-
-
Coklat
|
GJSK8
GJSK10
GJSK11
GJSK12 10-4
GJSK13 10-4
GJSK15 10-4
GJSK16 10-4
GJSK17 10-4
GJSK18
GJSK19
GJB21
GJB24
GJB25
GJB26
GJB32 10-4
GJB33 10-4
ALSK1
ALSK2
ALSK3
ALSK5
ALSK6
ALSK7
|
Abu-abu bergaris putih
Putih seperti berlendir
Putih krem
Abu-abu dengan titik putih di atasnya
Abu-abu yang bergaris titik-titik putih
Putih
Merah keabuan yang bertitik-titik putih
Putih
Abu-abu, putih dipinggir bergaris
Abu-abu
Putih dengan titik hitam
Merah titik putih
Coklat
Coklat kekuningan
Abu-abu kecoklatan
Hitam
Abu-abu
Abu-abu ada putihnya
Krem
Abu-abu
Putih
Abu-abu putih
|
Kuning
Putih
Kuning
Abu-abu, orange di pinggir
Hitam
Putih transparan, merah di pinggir
Merah
Putih
Abu-abu, putih di pinggir bergaris
Coklat, putih dipinggir
Kuning
Merah
Kuning
Coklat kekuningan
Coklat kekuningan
Hitam titik putih
Abu-abu kehitaman
Abu-abu, putih kekuningan
Coklat susu
Putih
Putih
Abu-abu bergaris putih
|
Kuning
-
-
Kuning tua
-
-
-
-
-
-
-
Coklat
-
-
Orange
-
-
-
Coklat
-
-
-
|
ALSK10
ALSK11
ALSK13
ALSK15
ALSK16
ALSK18
|
Coklat bergaris titik-titik putih
Putih seperti lendir
Putih titik-titik abu-abu
Putih
Putih abu-abu
Putih
|
Putih
Coklat
Putih
Putih krem
Putih kuning
Putih krem
|
-
-
Kuning muda
-
-
Coklat
|
ALSK19
ALSK20
ALSK21
ALSK27 10-4
ALB28
ALB31
ALB33
ALB34
ALB35
ALB39 10-4
ALB40 10-4
|
Abu-abu tepi putih
Putih titik abu-abu
Abu-abu
Putih titik-titik hitam
Putih
Putih
Putih keabu-abuan
Abu-abu
Kuning
Putih
Hitam dengan titik putih
|
Abu-abu coklat
Putih
Abu-abu gelap
Putih krem
Kuning
Merah
Kuning
Abu-abu kehitaman
Kuning
Putih kekuningan
Hitam
|
Coklat kehitaman
Coklat muda
-
-
-
-
-
-
Kuning muda
|
KBSL2
KBSL4
KBSL5
KBSL9 10-4
KBSL11
KBSL13
KBSL15
KBSL16
KBSL20
KBSL21
KBSL23
KBSL24 KBSL26
|
Putih
Abu-abu
Putih tepi abu-abu
Putih abu-abu
Putih abu-abu
Putih
Abu-abu
Coklat abu-abu
Putih
Putih
Putih
Coklat
Putih
|
Merah
Hijau abu-abu
Putih tepi abu-abu
Putih kekuningan
Krem
Kuning
Abu-abu kekuningan
Abu-abu
Merah
Krem
Kuning
Coklat
Coklat
|
Kuning
-
Coklat
-
-
-
Coklat tua
-
-
Coklat
-
-
Coklat
|
Lima puluh tujuh isolat Streptomyces selanjutnya dilakukan skrining antibiotik menggunakan metode agar block. Organisme uji yang dipakai adalah S. aureus dan E. coli ATCC 25922. Setelah 24 jam, diamati ada tidaknya zona hambat di sekitar agar block selanjutnya diukur zona jernih di sekitar agar block berdasarkan ketentuan Davis Stout cit Hasim (2003) yaitu: daerah hambatan 20 mm atau lebih memiliki potensi antibiotik sangat kuat, daerah hambatan 10-20 mm memiliki potensi antibiotik kuat, daerah hambatan 5-10 mm memiliki potensi antibiotik sedang dan daerah hambatan 5 mm atau kurang memiliki potensi antibiotik lemah (Hasim, 2003). Hasil skrining antibiotik terhadap S. aureus dan E. coli ATCC 25922 pada Gambar 2.
b
a
ALSK7
ALSK1
ALSK6
KBSK11
ALSK5
ALSK6
ALSK7
c
d
ALSK1
ALSK5
Gambar 2. Uji Potensi Isolat Streptomyces terhadap S. aureus dan E. coli
-
Bakteri uji S. aureus
-
Bakteri uji S. aureus
-
Bakteri uji E. coli ATCC 25922
Dari Gambar 2 terlihat bahwa isolat ALSK1, ALSK7, ALSK6, dan ALSK5 berpotensi antibiotik baik terhadap S. aureus dan E. coli sebagai wakil kelompok bakteri Gram positif dan Gram negatif. Untuk isolat KBSK11, lebih berpotensi terhadap bakteri Gram positif. Apabila dibandingkan, maka prosentase isolat Streptomyces yang berpotensi antibiotik “sangat kuat” terhadap S. aureus (Gram positif) lebih tinggi dibanding terhadap E. coli (Gram negatif) (Tabel 2). Hal ini mungkin disebabkan karena struktur dinding sel bakteri Gram positif lebih sederhana dibanding Gram negatif sehingga antibiotik lebih mudah masuk ke dalam sel dan menghambat atau mematikan bakteri.
Tabel 2. Hasil Uji Potensi Antibiotik Isolat Streptomyces terhadap S. aureus dan E. coli ATCC 25922
Potensi Antibiotik
|
Bakteri Uji S. aureus
|
Bakteri Uji E. coli ATCC 25922
|
Isolat
|
Persentase isolat yang berpotensi antibiotik
|
Isolat
|
Persentase isolat yang berpotensi antibiotik
|
Sedang
|
ALSK2
|
1,75%
|
-
|
-
|
Kuat
|
KBSK13, ALSK6, ALSK13, ALSK16, ALSK2710-4, GJSK19, GJSK18, GJSK1210-4, ALB31, GJB25, KBSL20
|
17,54%
|
KBSK9 10-4, GJSK5, GJSK2, GJSK12 10-2, GJSK3, ALSK2
|
10,52 %
|
Sangat Kuat
|
KBSK11, ALSK1, ALSK5, ALSK7, ALSK20, GJSK4, GJSK8, GJB21
|
14,04%
|
GJSK4, ALSK7, KBSK11, ALSK13, ALSK27 10-4, GJSK8, ALSK16, ALSK6, ALSK5, ALSK1
|
17,50 %
|
Tidak berpotensi
|
37 isolat
|
66,67%
|
41 isolat
|
71,93 %
|
Pada penelitian ini rumput gajah dan alang-alang diambil dari daerah Sukoharjo dan Blora sedangkan rumput kembangan diambil dari daerah Sukoharjo dan Salatiga. Karakteriktik tanah pada daerah tersebut dapat mempengaruhi isolat yang dihasilkan. Tanah dari desa Gayam di daerah Sukoharjo dengan karakteristik tanahnya yang kering dapat menghasilkan isolat dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tanah dari desa Cepu di daerah Blora walaupun karakteristik tanahnya lebih kering tetapi isolat yang dihasilkan pada daerah tersebut lebih sedikit. Begitu pula tanah yang diambil dari desa Lopait di daerah Salatiga yang beriklim lembab walaupun pengambilan sampel tanah masih pada musim kemarau yang tanahnya terlihat banyak yang kering tetapi isolat yang dihasilkan lebih sedikit.
Karakteristik perakaran juga mempengaruhi isolat yang dihasilkan. Rumput alang-alang dengan perakaran yang besar dan banyak ternyata dapat menghasilkan isolat yang terbanyak dibanding dengan isolat dari rumput kembangan dan rumput gajah yang perakarannya juga besar. Perakaran tanaman mengeluarkan eksudat yang dibutuhkan oleh mikroorganisme. Dengan perakaran yang besar dan banyak tentunya menjadi daya tarik bagi mikroorganisme. Pada rumput kembangan walaupun perakarannya banyak, tetapi akarnya kecil-kecil sehingga isolat yang dihasilkan oleh rumput kembangan paling sedikit tetapi hal ini tidak mempengaruhi potensi antibiotiknya. Terbukti bahwa isolat dari rumput kembangan yaitu isolat KBSK11 memiliki potensi yang sangat kuat sebagai penghasil antibiotik.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh adalah Streptomyces dari rizosfer Familia Poaceae dapat dijadikan sebagai sumber penghasil antibiotik baru yang sangat potensial di Indonesia.
SARAN
Perlu dilakukan isolasi dan identifikasi lebih lanjut senyawa-senyawa antibiotik yang terdapat dalam isolat Streptomyces dari daerah rizosfer tumbuhan Familia Poaceae yang meliputi alang-alang (Imperata cylindrica L), rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach) dan rumput kembangan (Digitaria microbachne (Presl.) Henr) serta perlu dilakukan efisiensi penggunaan antibiotik untuk menekan terjadinya resistensi terhadap antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, J. M., 1998, Mikrobiologi dan Patologi Modern Untuk Perawat, Cetakan Pertama, Alih Bahasa Somaprasada, I. K. G., Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hasim, 2003, Menanam Rumput Memanen Antibiotik, (online), (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0311/03/inspirasi/663220.htm, diakses 26 Februari 2008).
Jawetz, E., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A., 2001, Mikrobiologi Kedokteran, diterjemahkan oleh Mudihardi, E., Edisi XXII, 352, Salemba Medika, Jakarta.
Rahayu, T., dan Maryati, 2007, Isolasi Dan Karakterisasi Streptomyces yang Berpotensi Antimikrobia dari Rizosfer Tumbuhan Tingkat Tinggi, Laporan Penelitian Hibah Pekerti, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Rao, N. S. S., 1994, Mikrobiologi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman, diterjemahkan oleh Susilo, H., 38-39, 63, UI Press, Jakarta.
Dostları ilə paylaş: |