2.5.2. Kriteria solven
Untuk memperoleh hasil sebaik – baiknnya dalam ekstraksi, kita tidak
dapat menggunakan sembarang solven. Namun solven tersebut harus dipilh
dengan pertimbangan sebagai berikut :
1.
Mempunyai keemampuan melarutkan solute tetapi sedikit atau tidak
sama sekali melarutkan diluent.
2.
Mempunyai perbedaan titik didih yang cukup besar dengan solute.
3.
Tidak beeraksi dengan solute maupun diluen.
17
4.
Mempunyai keemurnian tinggi.
5.
Tidak beracun.
6.
Tidak meninggalkan bau.
7.
Mudah direcovery.
8.
Mempunyai perbedaan densitas yang tinggi dengan diluen.
2.6. Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa kimia yang didasarkan
pada pengukuran serapan relatif sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
dengan menggunakan prisma atau kisi difraksi sebagai monokromator dan
detector fotosel.
Dalam spektrofotometri, intensitas sinar datang yang dipantulkan atau
diteruskan oleh medium merupakan fungsi eksponensial dari konsentrasi dan tebal
laju larutan yang ddilalui sinar. Pernyataan ini dikenal dengan Hukum Lambert
Beer.
A = a. b. c
Dimana
A = Absorban
a = absorbisity molar
b = Tebal laju larutan
c = Konsentrasi
Spektrofotometri merupakan alat yang digunakan untuk mengukur % T
atau absorban (A) suatu cuplikan sebagai fungsi panjang gelombang.
T= P / Po
A = log 1 / T
Pada metode spektrofotometri, sample menyerap radiasi elektromaagnetis yang
pada panjang gelombang tertentu dapat terlihat. Dengan metode ini sample
dengan konsentrasi yang sudah diketahui di ukur absorbansinya sehingga
diperoleh kurva standar padatan versusu absorbansi. Kurva ini digunakan untuk
mencari konsentrasi sample yang belum diketahui.
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
3.1.1. Metode Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan pemisahan antioksidan dari buah tomat
dengan metoda ekstraksi cair – cair, menggunakan etanol, heksan, dan aseton
sebagai solven. Buah tomat dihaluskan dengan blender sampai diperoleh cairan
buah tomat (juice).
Penelitian yang dlakukan meliputi dua tahapan, yaitu tahapan penentuan
waktu reaksi optimal yang dilanjutkan dengan tahapan penentuan perbandingan
jumlah feed dan perbandingan solven optimal. Selanjutnya penentuan kadar
antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode analisa spektrofotometri
pada panjang gelombang 471 nm.
3.1.2. Penetapan Variabel
Variabel tetap :
1.
Juice
: buah tomat
2.
Solvent
: Hexana : Aseton : Ethanol ( 2: 1: 1 )
3.
Kecepatan pengadukan
: skala 6
Variabel berubah :
1.
Perbandingan F/S
: (1:1 , 1:2 , 1:3 , 1:4 , 1:5)
2.
Suhu ekstraksi T
: (30 , 40 , 50 ,60 , 70, 80)
o
C.
3.
Waktu ekstraksi t
: 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100, 110, 120
Menit
3.1.3. Alat Yang Digunakan
1.
Beaker glass
8. Corong gelas
2.
Labu takar
9. Piknometer
3.
Erlenmeyer
10. Pipet tetes
19
4.
Gelas ukur
11. Corong pemisah
5.
Timbangan
12. Aluminium foil
6.
Stirrer
13. Kertas saring
7.
Spektrofotometer
3.1.4. Gambar Rangkaian Alat
Gambar 3. Rangkaian Alat Utama proses ekstraksi lycopene
Keterangan :
1.
Statif dan klem
2.
Pendingin balik
3.
Motor penggerak
4.
Propeller
5.
Labu leher tiga
6.
Thermometer
7.
Water bath
3.1.5. Bahan
1.
Jus buah tomat
2.
Etanol
1
2
3
4
5
6
7
20
3.
Aseton
4.
Heksana
3.2. Prosedur Kerja
3.2.1. Penanganan Awal Buah Tomat
1.
Membersihkan buah tomat dari kotorannya.
2.
Menghaluskan buah tomat dengan blender (juice).
3.2.2. Penentuan Density Solven (Etanol, Aseton, dan Heksana)
1.
Menimbang piknometer kosong.
2.
Mengisi piknometer dengan aquadest dan menimbangnya.
3.
Mengukur volume aquadest.
4.
Mengeringkan piknometer.
5.
Mengisi piknometer dengan masing – masing solven (etanol, aseton, dan
heksana) dan menimbangnya.
6.
Mengukur volume masing – masing solven (etanol, aseton, dan heksana)
yang ada dalam piknometer.
7.
Menghitung density masing – masing solven (etanol, aseton, dan heksana).
3.2.3
Menentukan Perbandingan F/S dan Suhu Ekstraksi Optimal.
1.
Masukkan larutan umpan dengan solvent yang sudah dibuat
perbandingannya f/s (1:1 , 1:2 , 1:3 , 1:4 , 1:5).
2.
Atur suhu pemanasan sesuai variabel yang diinginkan (30 , 40 , 50 ,60 ,
70, 80)
o
C, kemudian jalankan proses ekstraksi ( selama 1 jam ) untuk tiap
variabel suhu.
3.
Tampung hasil ekstraksi pada erlenmeyer, kemudian tambahkan aquadest
untuk proses pencucian.
4.
Memisahkan ekstrak dan rafinat dengan corong pemisah.Tambahkan 10
ml aquadest kemudian dikocok lagi selama 15 menit.
21
5.
Pisahkan lapisan polar dan lapisan non polar, ambil semua lapisan atas
(non polar) masukkan dalam labu ukur 100 ml tambahkan etanol sampai
tanda batas.
6.
Tentukan kadar likopen total dari lapisan non polar (bagian atas) dengan
spektrofotometer UV – Vis pada panjang gelombang maksimum 470 nm.
7.
Menentukan perbandingan feed dan solven, serta suhu operasi yang
terbaik dari hasil analisa.
3.2.4.
Menentukan Waktu Ekstraksi
1.
Masukkan larutan umpan dengan solvent yang sudah dibuat
perbandingannya f/s ( 1:4 ).
2.
Atur suhu pemanasan sesuai suhu optimal operasi (70
o
C), kemudian
jalankan proses ekstraksi ( pada waktu 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100,
110, 120 menit ).
3.
Tampung hasil ekstraksi pada erlenmeyer, kemudian tambahkan aquadest
untuk proses pencucian.
4.
Memisahkan ekstrak dan rafinat dengan corong pemisah.Tambahkan 10
ml aquadest kemudian dikocok lagi selama 15 menit.
5.
Pisahkan lapisan polar dan lapisan non polar, ambil semua lapisan atas
(non polar) masukkan dalam labu ukur 100 ml tambahkan etanol sampai
tanda batas.
6.
Tentukan kadar likopen total dari lapisan non polar (bagian atas) dengan
spektrofotometer UV – Vis pada panjang gelombang maksimum 470 nm.
7.
Tentukan hasil ekstraksi dengan di plotkan pada kurva standart untuk
mengetahui kadar lycopene yang terekstrak.
8.
Menentukan waktu operasi optimal.
3.2.4. Penetapan Kadar Antioksidan dengan Analisa Spektrofotometri
1.
Kalibrasi alat
Menghubungkan spektronik UV-VIS dengan sumber arus listrik
Menghidupkan spektronik UV-VIS dengan tombol A.
22
Dengan tombol C, atur skala sampai pembacaan absorbansi tak
terhingga ( transmitasi = 0 )
Memasukkan aquadest dalam cuvet dan menempatkannya dalam
alat D
Mengatur tomol B sampai skala yang ditunjukkan absorbansi 0
Spektronik siap dipakai
2.
Pengukuran absorbansi sample
Ambil 5 ml sampel yang telah bebas endapan. Encerkan dengan N-
Hexana sampai 25 ml
Masukkan hasil pengenceran ke dalam cuvet
Analisa sampel menggunakan spektronik C-20 pada panjang
gelombang 470 nm.
Dengan bantuan kurva standar, kalibrasi data absorbansi dalam
kadar larutan likopen standar.
3.3. Respon Atau Pengamatan
Pengamatan pada penelitian ini diarahkan pada kadar lycopene hasil
ekstraksi dengan spektrofotometri dan pengamatan terhadap perbandingan jumlah
larutan umpan dengan solven serta perubahan suhu operasi pada ekstraksi untuk
mendapatkan kondisi operasi ekstraksi lycopene yang optimum.
3.4. Analisa Data
Hasil penelitian berupa data kenaikan kadar antioksidan (likopen) yang
terekstrak dari juice buah tomat, disajikan dalam bentuk tabel. Selanjutnya data
tersebut diplotkan dalam bentuk titik – titik pada grafik. Titik – titik tersebut
dibentuk suatu kurva untuk mempermudah penentuan kecenderungan variabel
yang ada.
23
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Percobaan
Dengan menggunakan alat spektrofotometer pada panjang gelombang
471 nm diperoleh data absorbansi sebagai berikut :
Juice Buah Tomat :
Pada panjang gelombang 471 nm : 0,996
Kadar total likopen : 12,8 mg/100 gram
Tabel 3.1. Data absorbansi lycopene dengan F/S (1:1)
No.
Temperatur
(
o
C )
Absorbansi
(471 nm)
Kadar total lycopene yg
terekstrak (mg/100gr)
Persentase kadar
Lycopene (%)
1.
30
0.21
1,91
14,9
2.
40
0.212
1,95
15,2
3.
50
0.214
1,98
15,5
4.
60
0.217
2,03
15,85
5.
70
0.22
2,07
16,17
6.
80
0.2145
1,99
15,54
Tabel 3.2. Data absorbansi lycopene dengan F/S (1:2)
No.
Temperatur
(
o
C )
Absorbansi
(471 nm)
Kadar total lycopene yg
terekstrak (mg/100gr)
Persentase kadar
Lycopene (%)
1.
30
0.240
2,4
18,75
2.
40
0.243
2,45
19,14
3.
50
0.241
2,42
18,9
4.
60
0.26
2,73
21,13
5.
70
0.261
2,75
21,48
6.
80
0.258
2,7
21,09
24
Tabel 3.3. Data absorbansi lycopene dengan F/S (1:3)
No.
Temperatur
(
o
C )
Absorbansi
(471 nm)
Kadar total lycopene
yg terekstrak (mg/100gr)
Persentase kadar
Lycopene (%)
1.
30
0.3
3,38
26,4
2.
40
0.301
3,4
26,56
3.
50
0.3
3,38
26,4
4.
60
0.309
3,54
27,65
5.
70
0.317
3,67
28,67
6.
80
0.312
3,58
27,96
Tabel 3.4. Data absorbansi lycopene dengan F/S (1:4)
No.
Temperatur
(
o
C )
Absorbansi
(471 nm)
Kadar total lycopene
yg terekstrak (mg/100gr)
Persentase kadar
Lycopene (%)
1.
30
0.301
3,41
26.64
2.
40
0.33
3,87
30,23
3.
50
0.36
4,36
34.6
4.
60
0.3659
4,46
34.85
5.
70
0.369
4,51
35,23
6.
80
0.366
4,47
34,92
Tabel 3.5. Data absorbansi lycopene dengan F/S (1:5)
No.
Temperatur
(
o
C )
Absorbansi
(471 nm)
Kadar total lycopene
yg terekstrak (mg/100gr)
Persentase kadar
Lycopene (%)
1.
30
0.331
3,88
30,31
2.
40
0.3315
3,89
30,39
3.
50
0.33
3,87
30,23
4.
60
0.315
3,63
28,36
5.
70
0.302
3,57
27,89
6.
80
0.296
3,33
26,01
25
Tabel 3.6. Data absorbansi lycopene dengan F/S (1:4) dan Suhu 70
o
C
No.
Waktu
( menit )
Absorbansi
(471 nm)
Kadar total lycopene
yg terekstrak (mg/100gr)
Persentase kadar
Lycopene (%)
1.
30
0,353
4,25
33,2
2.
40
0,3617
4,39
34,29
3.
50
0,3647
4,44
34,87
4.
60
0,368
4,5
35,46
5.
70
0,370
4,57
35,7
6.
80
0,376
4,63
36,17
7.
90
0,4076
5,14
40,15
8.
100
0,411
5,2
40,6
9.
110
0,416
5,29
41,32
10.
120
0,423
5,3
41,4
4.2. Pembahasan
4.2.1 Pengaruh perbandingan F/S terhadap kadar total lycopene
Gambar 4. Grafik Perbandingan F/S Vs Kadar total Lycopene
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
1/0
1/2
1/4
1/6
Ka
d
ar
to
ta
l l
yc
o
p
ee
m
g/1
00
gra
m
perbandingan F/S
kurva randemen
26
Pada perbandingan F/S (1:1), diperoleh rendemen (1,91; 1,95; 1,98; 2,03;
2,07, 1,99) mg/100gr, kondisi ini belum optimal, karena jumlah bahan (jus tomat)
lebih banyak daripada jumlah pelarutnya sehingga jumlah pelarut belum cukup
untuk berpenetrasi ke dalam bahan akibatnya tidak semua lycopene dapat
dilarutkan oleh pelarut. Demikian juga pada variabel perbandingan F/S 1:2 dan
1:3 yang menghasilkan rendemen (2,4; 2,45; 2,42; 2,73; 2,75, 2,6) mg/100gr dan
(3,38; 3,4; 3,38; 3,54; 3,67, 3,58) mg/100gr jumlah pelarut belum cukup optimal
untuk berpenetrasi ke dalam bahan.
Pada perbandingan F/S (1:4) diperoleh rendemen (3.41; 3.87; 4.36; 4.46;
4.51, 4,47) mg/100gr yang merupakan puncak dari kurva perbandingan F/S vs
kadar likopen yang menunjukan kondisi untuk variabel perbandingan F/S
optimum. Hal ini disebabkan karena perbandingan jumlah bahan (jus tomat) dan
jumlah pelarutnya sudah cukup, sehingga pelarut dapat berpenetrasi dengan baik
ke dalam bahan akibatnya lycopene dapat dilarutkan oleh pelarut.
Sedangkan pada saat penggunaan perbandingan F/S (1:5) randemen yang
dihasilkan (3,38; 3,89; 3,87; 3,63; 3,43, 3,33) mg/100gr, hasilnya menurun karena
volume pelarut yang digunakan semakin besar akibatnya semakin banyak
impuritas yang ikut terlarut dan waktu yang digunakan untuk pencucian pelarut
semakin lama. Hal ini akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat komponen
dari lycopene. Inilah yang menyebabkan lebih sedikitnya kadar lycopene yang
diperoleh setelah perbandingan F/S yang optimal. Penggunaan pelarut yang terlalu
banyak juga tidak efektif dan efisien karena jumlah pelarut yang diperlukan juga
tergantung pada jumlah solute yang terdapat pada larutan. Pada penelitian ini
menunjukkan bahwa kondisi perbandingan F/S yang baik pada perbandingan F/S
(1:4).
27
4.2.2 Pengaruh Kenaikan Suhu Terhadap Kadar Total Lycopene
Gambar 5. Grafik Suhu Vs Kadar total Lycopene
Ekstraksi dilakukan pada suhu 30, 40, 50, 60, 70, 80
o
C . Pada suhu 30
o
C
menghasilkan rendemen yaitu:(1,91; 2,4; 3,38; 3,41; 3,88) mg/100gr, pada kondisi
suhu ini belum menunjukan kondisi yang optimum hal ini di sebabkan karena
likopen masih terikat dengan struktur sel tomat.
Perubahan suhu dalam proses pengolahan dapat melepaskan likopen dari
struktur sel tomat. Likopen meningkat setelah dilakukan pemasakan, jadi produk
olahan tomat seperti saus, jus dan saus pizza memiliki lebih banyak likopen
dibandingkan tomat segar. Demikian juga pada variabel suhu 40
o
C, 50
o
C, 60
o
C
dengan hasil rendemen yaitu:(1,95; 2,45; 3,4; 3,87; 3,89) mg/100gr; (1,98; 2,42;
3,38; 4,51; 3,87) mg/100gr; (2,03; 2,73; 3,54; 4,46; 3,63) mg/100gr, likopen
masih cukup banyak terikat dengan struktur sel tomat karena perubahan suhu
dalam proses pengolahan belum cukup optimal untuk dapat melepaskan likopen
dari struktur sel tersebut.
Pada suhu 70
o
C diperoleh kondisi optimal dari grafik maupun perhitungan
pada suhu ekstraksi 70
o
C yaitu masing-masing dengan randemen : (2.07; 2.74;
3.67; 4.51; 3,43) mg/100gr. Hal ini disebabkan karena likopen telah dapat
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
ka
d
ar
to
ta
l l
yc
o
p
en
e
(m
g/1
00
gr
am
)
suhu (
o
C)
kurva rendemen
28
dipisahkan dari struktur sel tomat, perubahan suhu dalam proses pengolahan telah
optimal untuk dapat melepaskan likopen dari struktur sel tersebut.
Namun pada suhu 80
o
C menghasilkan rendemen yang cenderung menurun
yaitu: (1,99 ; 2,6; 3,58; 4,47; 3,33) mg/100gr, karena kenaikan suhu akan
menyebabkan dekomposisi dari komponen lycopene yang menyebabkan
komponen baru lebih rendah dari titik didih komponen sebelumnya sehingga
menjadi lebih mudah menguap. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi
suhu ekstraksi yang baik pada suhu 70
o
C.
4.2.2
Dostları ilə paylaş: |