Sifilis oleh kelompok III a definisi dan etiologi sifilis



Yüklə 73,66 Kb.
tarix23.02.2017
ölçüsü73,66 Kb.
#9225
SIFILIS

Oleh kelompok III A

  1. Definisi dan etiologi sifilis

Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum, bersifat kronik dan sistemik yang mana ditularkan akibat hubungan seksual dan bisa juga ditularkan dari ibu ke janin.

T. Pallidum adalah spirokaeta yang pejamu alami satu-satunya adalah manusia. Bentuknya sebagai spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri atas 8-24 lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap 30 jam. Diluar badan kuman tersebut mudah mati, sedangkan di dalam darah untuk tranfusi dapat hidup 72 jam.

Spirokaeta ini memperoleh akses melalui kontak langsung antara lesi basah terinfeksi dengan setiap kerusakan, walaupun mikroskopik, dikulit atau mukosa pejamu.



  1. Klasifikasi sifilis

Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita (didapat). Sifilis kongenital dibagi lagi menjadi : dini (sebelum 2 tahun), lanjut (setelah 2 tahun), dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi menjadi 2 cara, secara klinis dan secara epidemiologik. Secara klinis dapat dibagi menjadi 3 yaitu primer (stadium 1), sekunder (stadium 2) dan tersier (stadium 3). Sedangkan secara epidemiologik menurut WHO dibagi menjadi : stadium dini menular dan stadium lanjut tidak menular.

  1. Berdasarkan klinis

  1. Sifilis primer (stadium 1)

Masa tunas biasanya 2-4 minggu. T.pallidum masuk ke dalam selaput lender atau kulit yang mengalami lesi, kemudian berkembang biak, terjadi penyebaran secara limfogen dan hematogen. Kelainan kulit dimulai sebagai papul lentikuler yang segera menjadi erosi dan akhirnya ulkus merah, indolen, indurasi, dasar basah dan berbatas tegas yang disebut chancre. Chancre dapat ditemukan dimana saja namun paling sering di penis,anus, dan rectum pada laki-laki dan di vulva, perineum dan serviks pada perempuan. Afek primer tersebut dengan sendirinya akan sembuh antara 3-10 minggu dan setelah 1 minggu akan terdapat pembesaran kelenjar getah bening di inguinalis medialis namun tidak nyeri.

  1. Sifilis sekunder (stadium 2)

Dalam waktu sekitar 2 bulan setelah resolusi chancre, timbul lesi sifilis sekunder. Manifestasi klinisnya bervariasi namun biasanya mencakup kombinasi pembesaran kelenjar getah bening generalisata dan beragam lesi mukokutis. Lesi kulit biasanya tersebar simetris dan mungkin bersifat makulopapular berskuama, atau pustular. Dibagian kulit yang basah misalnya region anogenital, timbul lesi meninggi dengan dasar lebar yang disebut kondilomata lata. Dapat juga ditemukan gejala konstitusi seperti anoreksia, turun berat badan, malaise, nyeri kepala, demam yang tidak tinggi dan atralgia. Umumnya kelainan kulitnya tidak gatal, sering limfadenitis generalisata dan sering terjadi di telapak tangan dan kaki.

  1. Sifilis tersier (stadium 3)

Beberapa tahun sampai beberapa dekade setelah awal infeksi, dapat timbul 3 bentuk sifilis tersier : sifilis kardiovaskuler, neuorosifilis dan sifilis tersier jinak (pada kulit, tulang dan visera). Namun kelainan khas pada sifilis tersier ini ialah guma yakni infiltrate sirkumskrip, kronis, biasanya melunak dan desktruktif. Secara singkat sifilis kardiovaskuler dalam bentuk aortitis sifilitika yang membentuk 80 % kasus penyakit tersier, neurosifilis hanya membentuk 10 % kasus yang berupa meningovaskuler kronis, tabes dorsalis, dan penyakit perenkim otak generalisata atau disebut paresis generalisata. Bentuk sifilis tersier yang ketiga jarang ditemukan biasanya ditandai dengan terbentuknya guma diberbagai tempat.

  1. Berdasarkan epidemiologik

Menurut WHO dibagi menjadi :

  1. Stadium dini menular ( dalam satu tahun sejak infeksi ) terdiri atas Stad 1,2, dan stad laten dini)

  2. Stadium lanjut tak menular ( setelah satu tahun sejak infeksi) terdiri atas stadium lanjut dan stad 3.

  1. Sifilis Kongenital

Sifilis kongenital adalah sifilis pada a nak yang didapat dari ibu yg menderita sifilis stadium dini (kehamilan > 10minggu). Manifestasi sifilis kongenitak, antara lain lahir mati, sifilis infantile, dan sifilis kongenital lanjut. Diantara bayi mati, manifestasi tersering adalah hepatomegali, kelainan tulang, fibrosis pankreas, dan pneumonitis. Klasifikasi sifilis kongenital adalah sebagai berikut :

  1. Sifilis kongenital dini < 2 tahun

Manifestasi klinisnya berupa : Lesi kulit, selaput lendir, tulang, Anemia hemolitik, Hepatosplenomegali dan kelainan Sistem saraf pusat.

  1. Sifilis kongenital lanjut >2 tahun

Manifestasi klinisnya berupa : Keratitis intertitialis , Gigi Hutchinson , Mullberry molar dan Ketulian nervus VII.

  1. Sifilis congenital stigmata

Lesi sifilis congenital dini dan lanjut dapat sembuh serta meninggalkan parut dan kelainan yang khas. Parut dan kelainan demikian merupakan stigmata sifilis kongenital.

  1. PATOGENESIS

  1. Stadium dini

Pada sifilis yang didapat, Troponema pallidum masuk kedalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kuman tersebut membiak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel-sel plasma,terutama di perivaskular,pembuluh-pembuluh darah kecil berploriferasi di kelilingi oleh Troponema pallidum dan sel-sel radang. Treponema tersebut terletak di antara endotelium kapiler dan jaringan perivaskular di sekitarnya. Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan hipertrofik endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen(enarteritis onliterans). Kehilangan pendarahan akan menyebabkan erosi,pada pemeriksaan klinis tampak sebagai stadium I(S I)

Sebelum S I terlihat,kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secara limfogen dan membiak. Pada saat itu terjadi pula penjalaran hematogen dan menyebar ke semua jaringan di badan, tetapi manifestasinya akan tampak kemudian. Multiplikasi ini di ikuti oleh reaksi jaringan sebagai S II yang terjadi enam sampai delapan minggu sesudah S I. S I akan sembuh perlahn-lahan karena kuman di tempat tersebut jumlahnya berkurang, kemudian terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh berupa sikatriks. S II juga mengalami regresi perlahan-lahan dan lalu menghilang.

Tibalah stadium laten yang tidak di sertai gejala, meskipun infeksi yang aktif masih terdapat. Sebagai contoh pada stadium ini seorang ibu dapat melahirkn bayi dengan sifilis kongenital.

Kadang-kadang proses imunitas gagal mengontrol infeksi sehingga troponema palllidum membiak lagi pada tempat S I dan menimbulkan lesi rekuren atau kuman tersebut menyebar melalui jaringan menyebabkan reaksi serupa dengan lesi rekuren S II. Yang terakhir ini lbeih sering terjadi daripada yang terdahulu. Lesi menular tersebut dapat timbul berulang-ulang tetapi tidak melebihi dua tahun.



  1. Stadium lanjut

Stadium laten dapat berlangsung bertahun-tahun rupanya troponema dalam keadaan dorman. Meskipun demikian antibodi tetap ada dalam serum penderita. Keseimbangan antara troponema dan jaringn dapat sekonyong-konyong berubah, sebabnya belum jelas, mungkin trauma merupakan salah satu faktor krepitasi. Pada saat itu munculnya S III berbentuk guma. Meskipun pada guma tersebut tidak di temukan T. palilidum, reaksinya hebat karna bersifat destruktif dan berlangsung bertahun-tahun. Setelah mengalami laten yang bervariasi guma tersebut timbul di tempat-tempat lain.

Troponema mencapai sistem kardiovaskular dan sistem saraf pada waktu dini,tetapi kerusakan terjadi perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis. Pssenderita dengan guma biasanya tidak mendapat gangguan saraf dan kardiovakular, demikian pula sebaliknya. Kira-kira dua pertiga kasus dengan stadium laten tidak memberi gejala.



  1. Ujud Kelainan Kulit (UKK) pada sifilis

Terdapat beberapa UKK yang ditemukan pada penderita sifilis sebagai berikut :

  1. Ulkus durum

Kelainan kulit pada stadium I ini dimulai sebagai papul lentikuler yang permukaannya menjadi erosi dan kemudian menjadi ulkus. Ulkus tersebut biasanya bulat, soliter, dasarnya jaringan granulasi berwarna merah dan bersih, diatasnya hanya tampak serum, dindingnya tak bergaung , kulit disekitarnya tidak menunjukan radang akut juga ulkus ini bersifat indolen dan teraba indurasi.

cus10350



  1. Roseola

Roseola ialah eritema macular, berbercak, berwarna merah tembaga serta berbentuk bulat atau lonjong. Biasanya ditemukan pertama kali pada stadium II dan disebut roseola sifilitika. Lokasinya biasanya generalisata dan simetris, terutama pada telapak tangan dan telapak kaki. Kadang disebut juga eksantema karena timbulnya cepat serta menyeluruh. Kelainan ini dapat residif, jumlahnya menjadi lebih sedikit, lebih lama bertahan, dapat anular dan bergerombol. Jika menghilang, umumnya tanpa bekas namun bisa meninggalkan bercak hipopigmentasi atau disebut leukoderma sifilitikum.

  1. Papul

Bentuk ini sering terlihat pada stadium II, yang mana berbentuk bulat. Papul ini dapat berskuama dipinggir dan disebut papulo-skuamosa. Skuama dapat menutupi permukaan papul sehingga mirip psoriasis yang disebut psoriasiformis. Jika menghilang, biasanya meninggalkan bercak hipopigmentasi yang disebut leukoderma sifilitikum. Pada stadium II dini, papul generalisata dan simetris, sedangkan pada yang stadium lanjut bersifat local dan tersusun secara tertentu : arsinar, sirsinar, polisiklik, dan korimbiformis. Bentuk lain bisa juga kondilomata lata yang terdiri dari papul-papul lentikuler, permukaannya datar, sebagian berkonfluensi, terletak pada daerah lipatan kulit dan biasanya bersifat erosif serta menular.

  1. Pustul

Bentuk ini jarang terlihat. Mula-mula terbentuk banyak papul yang segera menjadi vesikel dan kemudian terbentuk pustul. Bentuk ini lebih sering terlihat pada kulit berwarna dan daya tahan tubuh yang menurun. Biasanya diiringi dengan adanya demam intermitten yang mana kelainan kulit ini disebut sifilis variseliformis.

  1. Bentuk lain

Kelainan yang muncul pada stadium II adalah sifilis impetiginosa yang mana berupa kumpulan papul, pustul, dan krusta yang berkonfluensi mirip impetigo. Dapat juga timbul ulkus yang ditutupi krusta sehingga disebut ektima sifilitikum. Bila krustanya tebal disebut ektima sifilitikum.

  1. Guma

Lesi awal yang terlihat pada stadium III yang khas adalah guma, yakni infiltrat sirkumskrip, kronis, biasanya melunak dan desktruktif. Besar guma mulai dari lentikuler sampai sebesar telur ayam. Awalnya kulit tidak menunjukkan tanda radang akut, namun lama-lama kan mulai melunak biasanya dari tengah, kulit menjadi eritematosa, dan livid melekat terhadap guma tersebut. Kemudian terjadi perforasi dan keluarlah cairan tersebut. Biasanya guma soliter dan asimetris.

  1. Nodus

Terdapat pada stadium III. Mula-mula muncul di kutan dan kemudian ke epidermis, meninggalkan sikatriks yang hipotrofi. Nodus biasanya lebih kecil dari guma (miliar hingga lentikuler), sering bergerombol, dan diseminata (tersebar) dan juga berwarna merah kecoklatan.

  1. Pemeriksaan penunjang

Sebagai pembantu diagnosis untuk sifilis diperlukan pemeriksaan penunjang adalah sebagai berikut :

  1. Tes Serologik Sifilis (T.S.S)

Sebagai ukuran untuk mengevaluasi tes serologi adalah sensitivitas dan spesifisitas. Sensitivitas ialah kemampuan untuk bereaksi pada penyakit sifilis. Sedangkan spesifisitas ialah kemampuan nonreaktif pada penyakit bukan sifilis. Makin tinggi sensitivitas suatu tes,makin baik tes tersebut dipakai untuk test screening. Tes dengan spesifisitas yang tinggi sangat baik untuk diagnosis. Makin spesifik suatu tes,makin sedikit member hasil semu positif.

S I awalnya memberi hasil T.S.S. negative (seronegatif),kemudian menjadi positif (seropositif) degan titer rendah,jadi positif lemah. Pada S II yang masih dini reaksi menjadi positif agak kuat,yang akan menjadi sangat kuat pada S II lanjut. Pada S III reaksi menurun lagi menjadi positif lemah atau negative.

T.S.S dibagi menjadi dua berdasarkan antigen yang dipakai :


    1. Tes nontreponemal

Pada tes ini digunakan antigen tidak spesifik yaitu kardiolipin yang dikombinasikan dengan lesitin dan kolesterol,karena itu tes ini dapat memberi Reaksi Biologik Semu (RBS) atau Biologic Fase Positive (BFP).

Antibodinya disebut reagin,yang terbentuk setelah infeksi T.pallidum,tetapi zat tersebut terdapat pula pada berbagai penyakit lain dan selama kehamilan. Reagin ini dapat bersatu dengan suspensi ekstrak lipid dari binatang atau tumbuhan,menggumpal membentuk massa yang dapat dilihat pada tes flokulasi. Massa tersebut juga dapat bersatu dengan komplemen yang merupakan dasar bagi tes ikatan komplemen.

Contoh tes nontreponemal:


  1. Tes fiksasi komplemen : Wasserman (WR),Kolmer.

  2. Tes flokulasi : VDRL (Venereal Disease Reasearch Laboratories),Kahn,RPR (Rapid Plasma Reagin),ART(Automated Reagin Test),dan RST (Reagin Screen Test).

Diantara tes-tes tersebt yang dianjurkan ialah VDRL dan RPR secara kuantitatif karena teknis lebih mudah dan lebih cepat daripada tes fiksasi komplemen,lebih sensitif daripada tes Kolmer/Wasserman,dan baik untuk menilai terapi.

Tes RPR dilakukan dengan antigen VDRL,kelebihan RPR ialah flokulasi dapat dilihat secara makroskopik,lebih sederhana,serta dapat dibaca setelah sepuluh menit sehingga dapat dipakai untuk screening.

Jika terapi berhasil,maka titer VDRL cepat menurun,dalam enam minggu titer akan menjadi normal. Tes ini dipakai secra rutin,termasuk untuk tes screening. Jika titer seperempat atau lebih penderita sifilis,mulai positif setelah dua sampai empat minggu sejak S I timbul. Titer akan meningkat hingga mencapai puncaknya pada S II lanjut (1/64 atau 1/128) kemudian berangsur-angsur menurun dan menjadi negatif.

Pada tes flokulasi dapat terjadi reaksi negatif semu karena terlalu banyak regain sehingga floulasi tidak terjadi. Reaksi demikian disebut reaksi prozon. Jika serum diencerkan dan di tes lagi,hasilnya menjadi positif.



    1. Tes treponemal

Tes ini bersifat spesifik karena antigennya ialah treponema atau ekstraknya dan dapat digolongkan menjadi empat kelompok :

  1. Tes imobilisasi : TPI (Treponemal pallidum Imobilization Test).

  2. Tes fiksasi komplemen : RPCF (Relter Protein Complement Fixation Test).

  3. Tes imunofluoresen : FTA-Abs (Fluorescent Treponemal Antibody Absorption Test),ada dua : IgM,IgG ; FTA-Abs DS (Fluorescent Treponemal Antibody-Absorption double Staining).

  4. Tes hemoglutisasi : TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination Assay), IgS IgM SPHA (Solid-phase Hemabsorption Assay),HATTS (Haemaglutination Treponemal test for Syphilis),MHA-TP (Microhemagglutination Assay for Antibodies to Treponema pallidum).

TPHA merupakan tes treponemal yang dianjurkan karena teknis dan pembacaan hasilnya mudah,cukup spesifik dan sensitive,menjadi reaktifnya cukup dini. Kekurangannya tidak dapat dipakai untuk menilai hasil terapi,karena tetap reaktif dalam waktu yang lama. Tes ini sudah dapat dilaukan di Indonesia. Sebaiknya dilakukan secara kuantiatif yakni dengan pengenceran antara 1/80 – 1/1024.

Serological pattern

Pattern

number


VDRL

PTHA

F TA-ABS

IgG IgM


Condition in which this serological Pattern is typical


1

2

3



-

+

+



(low titre)

-

+

+




+

+

+



+

+

-



Untreated (or recentlytreted) early primary syphilis

Untreated (or recentlytreted) early syphilis, except early primary, and including re-infecions)

Untread symomatic late syphilis (no usually tabes dorsalis, where patterns 3 and 4 are commoner)

Symtomaic late syphilis treated within the precedind 5 years

Latent syphilis (some cases)

Treated late syphilis

Olw Yaws (some cases)

Latent syphilis (some cases)

Tabes dorsalis (some cases)


4


-


+


+


-


Treated early syphilis

Old Yaws

Tabes dorsalis (some cases)

Latent syphilis (some cases)




5


-


-


+


-


Treated primary syphilis

Somecases of old treated or “burn out” treponemal infection




6

+

-

+/-

-


Biologicalfase positive reactors



  1. Penatalaksanaan

  1. Penisilin

Penisilin sebagai obat yang efektif untuk sifilis. Menurut CDC penisilin merupakan obat standar untuk pengobatan semua tahapan sifilis.penisilin satu-satunya terapi digunakan secara luas untuk neurosifilis, sifilis congenital, atau sifilis selama kehamilan. Obat ini juga dapat menembus plasenta hingga mencegah infeksi pada janin yang terinfeksi.

Kadar yang tinggi dalam serum tidak diperlukan, asalkan jangan kurang dari 0,03unit/ml.yang penting ialah kadar tersebut harus bertahan dalam serum selama sepuluh sampai empat belas hari untuk sifilis dini dan lanjut, dua puluh satu hari untuk neurosifilis dan sifilis kardiovaskular. Jika angka tersebut kurang , setelah dua puluh empat sampai tiga puluh jam, maka kuman dapat berkembang dengan baik.

Menurut lama kerja nya, terdapat tiga macam penisilin :


  1. Penisilin G prokain dalam akua dengan lama kerja dua puluh empat jam, jadi bersifat kerja singkat.

  2. Penisilin G prokain dalam minyak dengan aluminium monostearat (PAM), lama kerja tujuh puluh dua jam, bersifat kerja sedang.

  3. Penisilin G benzatin dengan dosis 2,4 juta unit akan bertahan dalam serum dua sampai tiga minggu, jadi bersifat kerja lama.

Ketiga obat ini dapat diberikan intramuscular. Derivat penisilin per oral tidak dianjurkan karena absorpsi oleh saluran cerna kurang dibandingkan dengan suntikan. Cara pemberian penisili tersebut sesuai dengan lama kerjanya masing-masing, yang pertama diberikan setiap hari, yang kedua setiap tiga harii, dn yang ketiga biasanya setiap minggu.

Regimen berikut direkomendasikan untuk pengobatan penisilin:



  1. Sifilis primer dan sekunder : benzatin penisilin G 2,4 juta unit intramuskuler (IM) dalam dosis tunggal, diberikan satu kali seminggu.

  2. Sifilis laten dini : benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM dalam dosis tunggal.

  3. Sifilis laten lanjut atau sifilis laten durasi tidak diketahui : benzatin penisilin G 7,2 juta unit total, diberikan sebagai 3 dosis 2,4 juta unit IM setiap interval 1 minggu.

  4. Sifilis kardiovaskular: penisilin G benzatin 9,6 juta unit, diberikan 3 kali 2,4 juta unit, dengan interval seminggu.

  5. Neurosifilis : penisilin G prokain dalam akua 18-24 juta unit sehari, diberikan 3-4 juta unit, intravascular setiap 4 jam selama 10-14 hari.

  6. Kehamilan : Pengobatan berdasarkan tahapan sifilis yang dianjurkan.

Pasien yang alergi penisilin, dianjurkan untuk skin test. Pasien dengan hasil skin test negatif dapat menerima pengobatan konvensional penisilin, dan bila hasil skin test positif memilih obat altefnatif lainnya.

  1. Antibiotik lain

Selain penisilin, masih ada beberapa antibiotik yang dapat digunakan sebagai pengobatan sifilis, meskipun tidak seefektif penisilin. Pasien yang alergi terhadap penisilin diberikan tertasiklin 4 x 500 mg/hari , atau eritromisin 4 x 500 mg/hari, atau doksisiklin 2 x 100 mg/hari. Lama pengobatan 15 hari bagi sifilis stadium I dan sifilis stadium II dan 30 hari bagi stadium laten.eritromisin efektifitasnya meragukan bagi wanita hamil. Doksisiklin absorpsinya lebih baik daripada tetrasiklin, yakni 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%.

Obat yang lain dapat digunakan golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4 x 500 mg sehari selama 15 hari. Juga seftriakson setiap hari 2 gr, dosis tunggal, intramuscular atau intravena selam 15 hari.

Azitromisin juga dapat digunakan untuk sifilis stadium I dan stadium II, dosisnya 500 mg sehari sebagai dosis tunggal. Lama pengobatan 10 hari.


  1. Tindak lanjut

Evaluasi Tes Serologi Sifilis (TSS) atau Venereal Disease Research Laboratories (VDRL) sebagai berikut :

  1. 1 bulan sesudah pengobatan selesai, Tes Serologi Sifilis diulangi:

- Titer menurun : tidak diberikan pengobatan lagi.

- Titer meningkat : pengobatan ulang.

- Titer menetap : tunggu 1 bulan lagi.

b. 1 bulan sesudah :

- Titer menurun : tidak diberikan pengobatan

- Titer meningkat atau menetap : pengobatan ulang.

Kriteria sembuh, jika lesi hilang, kelenjar getah bening tidak teraba lagi dan Venereal Disease Research Laboratories (VDRL) negatif. Pada sifilis dini yang diobati Tes Serologi Sifilis (TSS) atau Venereal Disease Research Laboratories (VDRL) akan menjadi negatif dalam waktu 3-6 bulan. Pada 16% kasus tetap positif dengan titer rendah selama setahun atau lebih, tetapi akan menjadi negatif selama dua tahun.

Tindak lanjut dilakukan setelah 3,6 dan 12 bulan sejak pengobatan. Setelah setahun diperiksa likuoe serebrospinal. Kasus yang mengalami kambuh serologi atau klinis diberikan terapi ulang dengan dosis dua kali lebih banyak. Terapi ulang juga untuk kasus seroresisten yang tidak terjadi penurunan titer serologik setelah 6-12 bulan setelah terapi.

Pada sifilis laten tindak lanjut dilakukan selama 2tahun. Penderita sifilis kardiovaskular dan neurofilis yang telah diobati hendaknya ditindak lanjuti selama bertahun-tahun.

Sifilis stadium dini

Pengobatan yang dianjurkan :



  • Benzatinpenisilin 2,4 juta IU, intramuscular, dosis tunggal.

  • Prokainpenisilin 0,6 juta IU per hari, intramuscular selama 10 hari berturut-turut.

ATAU

Pilihan lain :



  • Dosisiklin 100 mg, 2 kali sehari per oral selama 30 hari.

  • ATAU
    tetrasiklin 500 mg, 4 kali sehari per oral selama 30 hari.

ATAU

  • Eritromisin 500 mg, 4 kali sehari per oral selama 30 hari

Sifilis stadium lanjut

Pengobatan yang dianjurkan :



  • Benzatinpenisilin 2,4 juta IU, intramuscular, dosis tunggal, sekali seminggu selama 3 minggu berturut-turut.

ATAU

  • Prokainpenisilin 0,6 juta IU perhari, intramuscular selam 3 minggu berturut-turut.

Pilihan lain :

  • Dosisiklin 100 mg , 2 kali sehari per oral selama minimal 30 hari

ATAU

  • Tetrasiklin 500 mg, 4 kali sehari per oral selama minimal 30 hari

ATAU

  • Eritromisin 500 mg, 4 kali sehari per oral selama minimal 30 hari

Pengobatan sifilis kongenital

Pengobatan yang dianjurkan :



  • Aqueous benzylpenisilin 10.000-150.000 IU/KgBB per hari, diberikan selama 50.000 IU/KgBB/dosis, secara intravena, setiap 12 jam, selama 7 hari pertama kelahiran dan setiap 8 jam sesudahnya sampai hari ke 10

ATAU

  • Prokainbenzylpenisilin 50.000 IU ./KgBB, secara intramuscular dalam dosis tunggal perhari, selama 10 hari.

Pengobatan kondiloma akuminata

Pengobatan yang dianjurkan :



  • Tinkturapodifilin 10 % - 20 %. Segeradicucisetelah 1 – 4 jam, ulangi setiap minggu bila perlu.

Sebelum obat dioleskan,kulit disekitar lesi dioles isalep pelindung, misalnya vaseline album.

ATAU


  • Larutan asamtrikloro-asetat 50%-70% topical. Setelah aplikasi , taburi dengan talk ATAU sodium bikarbonat untuk menghilangkan obat yang tidak bereaksi.

ATAU

  • Salep asam salisilat 20%-40%. Sebelum obat dioleskan, kulit disekitar lesi diolesi salep pelindung (Vaseline album)

ATAU

  • Krimimikuimod 5%, biarkan semalaman, digunakan 3 kali seminggu selama 16 minggu.



  1. Diagosis Banding

  • Herpes simpleks

Penyakit ini residif dapat disertai rasa galat/nyeri, lesi berupa vesikle di atas kulik yang eritematosa, berkelompok, jika telah pecah tampak kelompok erosi, sering berkonluensi dan polisiklik, tidak terdapat indurasi.

  • Limfogtanuloma venereum (LG.V.)

Afek primer pada L.G.V tidak khas, dapat berupa papul, vesikel, ulcusdan biasanya cepat hilang. Yang khas ialah limfadenitis regional, disertasi tanda tanda radang akut, supurasi, disertai tanda tanda radang akut, supurasi tidak serentak, teedapat periadenitis, L.G.V dsertai gejala konstitusi, demam, malase dan artalgia.

  • GONORE

Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang-kadang antara 2-5 hari, kadang kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati sndiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup arau gelaja sangat samar sehingga tidak di perhatikan oleh penderital pada wanita maas masa tunas sulit di tentukan karena pada umumnya asimtomatok.

  • Uretiritis

Gejala utama ialah disuria, kadang kadang poli uria. Pada pemeriksaan, orifisium uretra eksternum tanpak merah, edematosa dan ada sekret mukopurulen.
Yüklə 73,66 Kb.

Dostları ilə paylaş:




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©azkurs.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin