kontrol dan sentralisasi
dapat mencerminkan
"ego" manusia dan
dapat mematikan dan
membodohkan diri.
'Terlalu banyak
orang melebih-
lebihkan apa yang
mereka tidak
miliki, dan meng-
khawatirkan
apa yang mereka
miliki.'
Suasana hati Anda akan
tercermin pada suasana
pekerjaan. Apalagi bila
Anda pemimpinnya.
Organisasi yang tertata
baik adalah organisasi
yang membuat orang-
orang di dalamnya
bersemangat, produktif,
dan mampu
memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya.
Ia adalah harta tak
berwujud yang tidak
dapat diperoleh dalam
sekejap.
4. Insentif
Desain organisasi tentu tidak lepas dari orang seperti apa yang ingin Anda dapatkan
dan pertahankan. Seperti apa insentif yang Anda berikan akan sangat menen-tukan
seperti apa perilaku karyawan Anda baik di dalam maupun di luar organisasi. Insentif
ini berupa sesuatu yang tetap (fix income) dan berupa bonus (individual atau team
work).
Orang-orang yang bagus dan hebat-hebat, yang berhasil Anda dapatkan pada
akhirnya akan menjadi sesuatu, tergantung dari bagaimana Anda memberi insentif-
nya.
5. Nuansa (Iklim)
Seperti sebuah rumah, Anda pun punya tanggung jawab untuk mengisinya. Apakah
Anda membangun sekadar "a house" atau memberi ruh di dalamnya menjadi "a
home". Maka Anda pun perlu menata bagian dalam rumah itu dengan desain interior
yang sesuai dengan "suasana hati" yang ingin Anda tanamkan.
Iklim itu adalah proses komunikasi, nilai-nilai dan perangakat-perangkat yang dibu-
tuhkan oleh orang-orang Anda.
Kelima hal di atas adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan atau
dijalankan dengan tekanan yang berbeda-beda. Seperti sebuah mobil dengan empat
roda, maka bila salah satu bannya pecah atau tekanan udaranya tidak se-imbang,
mobil tidak dapat dijalankan dengan sempurna. Tentu saja dibutuhkan pengetahuan
yang cukup untuk mendesain sebuah organisasi agar ia mampu menjadi organisasi
yang kreatif, adaptif, dan hidup. Tetapi itu saja belum cukup. Dibutuhkan juga seni
untuk merancang organisasi dengan prinsip-prinsip yang benar.
Sebuah organisasi yang baik biasanya merupakan hasil
rancangan dari sejumlah pihak, yaitu arsitek yang ber-
pengetahuan tinggi dan rancangan menarik, desainer interior
yang berselera tinggi, pemilik yang peduli dan tentu saja para
pekerja (tukang) yang andal, CEO yang memiliki visi serta
orang lapangan yang mengerti apa yang dirasakan oleh para
pelaku kunci (key people).
Bila desain itu dapat menjawab kebutuhan zamannya, maka ia akan mampu
menghasilkan perubahan yang luar biasa.
MEMULAI DARI HAL-HAL KECIL
(RAHASIA MEMBANGUN CHANGE AGENTS)
• Re-Code memerlukan Change Agents (agen-agen perubahan). Tapi bagaimana kita memilih
mereka? Apakah dari basis pendidikan atau jabatan mereka?
• Belajar dari kasus-kasus penyebaran Epidemi, bagaimana rumor lemak babi (1988) begitu
cepat merebak, bagaimana wabah penyakit dibawa oleh sedikit orang namun berdampak
besar dan bagaimana Walikota New York Rudolph Giuliani memberantas kriminalitas
dengan teori Broken Window.
• Nabi Muhammad SAW memulai karyanya hanya dengan 4 (empat) orang, Yesus (Nabi Isa
SAW) juga hanya dengan 12 (dua belas) orang rasul. Bagaimana kita memanfaatkan "the law
of few" untuk membentuk "The Critical Mass" dalam setiap pembaharuan.
• Selain memulai dari sedikit orang, Anda perlu melakukan Re-Code dari hal-hal kecil. Kalau
pemimpin tidak bisa membuat toiletnya bersih, atau ruang kerjanya nyaman, mengapa ia
tidak bisa me-Re-Code pikiran orang? Kita perlu memanfaatkan teori kegaduhan suara atau
"buang sampan" untuk melihat bagaimana hal-hal kecil bisa menimbulkan pengaruh besar.
• Pesan dalam menggerakkan Change tentu saja harus bisa melekat, sederhana dan mudah
diingat. Ingat "No Kangoroo in Austria". 8 Re-Code The Critical Mass
(Melalui Hal-hal Kecil) Selalu ingat ada 4 tipe manusia:
1. Mereka yang tahu bahwa dirinya tahu
(Ini kita sebut orang pintar). Temanilah dia.
2. Mereka yang tahu bahwa dirinya tidak tahu
(Ini kita sebut orang bijak). Jadikan mereka teman.
3. Mereka yang tidak tahu bahwa dirinya tahu
(Kita sebut orang ini sedang tidur). Bangunkanlah dia.
4. Mereka yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu
(Kita sebut mereka si bodoh). Jauhilah dia. Waktu yang Belum Berpihak pada Copernicus
ANDA mungkin pernah mendengar tentang Copernicus yang hidup di era Renaisance pada masa yang sama
dengan Columbus, Martin Luther, Calvin, Picasso, Leonardo Da Vinci, dan sebagainya. Orang-orang besar itu
dicatat dalam sejarah besar perubahan yang memutarbalikkan sejarah. Semua orang yang saya sebutkan di
atas sungguh menikmati pembaharuan yang mereka ciptakan kecuali Copernicus sendiri.
Re-Code yang ia lakukan sekarang bisa kita saksikan, jauh mendahului waktunya. Satu-satunya yang
membuat ia beruntung adalah buku yang ia tulis, terbit dan sampai ke tangannya beberapa saat sebelum ia
meninggal dunia (1543). Itu pun dalam keadaan setengah sadar, setelah ia menerima serangan jantung ringan
(stroke). Kalau saja buku itu terbit lebih awal lagi, mungkin Copernicus akan mengalami nasib yang sama
dengan dua orang penerusnya, yaitu Giordano Bruno yang disiksa dan dibakar hidup-hidup. Atau seperti
Galilei Galileo yang dihukum seumur hidup dan dianggap murtad (melawan agama).
Para Pemikir Alam Semesta dan Asalnya
• Pitagoras (5BC) Yunani
• Aristoteles (4BC) Yunani -Pemikir-pemikirKuno
• Aristarcus (3BC) Yunani - Bumi adalah Pusat Tata Surya
• Cladius Ptolemiy (150 AD) Mesir
Re-Code:
• Nicolaus Copernicus (1510) Polandia - Menantang pemikir-pemikir lama dengan
• Giordano Bourno (1600) Italia ilmu pengetahuan
• Galilei Galileo (1633) Italia - PusatTata Surya adalah Matahari
Penerus yang beruntung:
• Isaac Newton (1700) Inggris Teori Gravitasi
• Tycho Brake & Johann Kepler (1800) Denmark Putaran Eklips
• Albert Einstein (1920's) Jerman-Yahudi Teori Relativitas
Mengapa Copernicus dan kedua orang tersebut mengalami masa-masa yang pahit?
Para ahli sejarah menyebutkan bahwa mereka lahir lebih cepat dari waktunya. Saat itu kekuasaan gereja
masih sangat kuat, dan siapa pun yang melahirkan temuan yang bertentangan dengan kepercayaan yang
digariskan gereja akan dianggap murtad dan dapat dihukum.
Harap dicatat dalam setiap perubahan ada para pengikut yang sangat fanatik dan merasa paling berhak
menjaga moral.
Copernicus melakukan penelitian yang didasarkan kaedah-kaedah ilmiah. Selama bertahun-tahun, dari
atap sebuah gereja ia melakukan observasi terhadap alam semesta dengan alat yang sederhana. Ia melaku-
kan perhitungan matematika secara cermat sampai akhirnya ia menyimpulkan kepercayaan yang dianut pub-
lik selama itu kurang tepat. Selama bertahun-tahun publik dan gereja menganut kepercayaan terhadap apa
yang dikatakan filsuf Mesir, Claudius Ptolemy yang mengatakan bahwa bumi ini tetap, tidak berputar dan
terletak di pusat tata surya.
Pandangan lama itu mencerminkan ego manusia dan diperkuat oleh para agamawan sampai abad
pertengahan. Sebab menurut kitab suci, manusialah puncak penciptaan Sang Pencipta. Dan penciptaan itu
adanya di bumi. Copernicus tidak menentang pandangan gereja. Ia hanya menemukan pusat alam semesta
itu bukan bumi, melainkan matahari. Jadi bukan matahari yang melancong mengitari bumi, melainkan Se-
baliknya. Para agamawanlah yang menyimpulkan sendiri bahwa kalau begitu, Copernicus mengatakan, "ada
makhluk hidup di planet lain kalau begitu", sehingga pusat penciptaan itu bukan di sini. Sebab bumi hanya
merupakan salah satu planet saja dalam tata surya ini.
Copernicus tahu kemungkinan-kemungkinan itu, maka ia sangat berhati-hati. Bahkan ia memilih men-
diamkan temuan-temuan itu berada dalam kepustakaan pribadinya. Ia sangat perfeksionis dan selalu merasa
karyanya belum sempurna. Tapi suatu ketika ia kedatangan tamu, seorang anak muda, pemikir asal Jerman
berusia 25 tahun, George Joachn Rheticus yang ingin berguru tentang matematika kepadanya. Setelah disim-
pan selama lebih dari 30 tahun, akhirnya Copernicus mengizinkan manuskrip ilmiahnya di bawa ke Jerman
untuk diterbitkan di sana. Sayangnya, tak lama setelah ia kembali ke Jerman, Rheticus mendapat tugas baru
di Leipzig, sehingga naskah itu diolah oleh penggantinya: Andreas Osiander.
Andreas Osiander yang tidak begitu mengenal Copernicus merasa cemas membaca naskah ilmiah itu. Ia
beranggapan studi ini terlalu radikal dan berbahaya.
Maka itu tanpa seizin pemiliknya, Osiander membongkar dan mema-
nipulasi bab 1 dan mengatakan studi ini seakan-akan cuma fiksi belaka.
Tapi meski demikian kebohongan Osiander dengan cepat terungkap. Copernicus sempat membacanya
dengan kecewa. Namun reaksi keras diluaran beredar dengan cepat. Tak kurang dari reformer-reformer gere-
ja, seperti Calvin dan Martin Luther mencibir sinis buku ini. Mereka menertawakan logika-logika yang belum
dapat diterima saat itu. Calvin menertawakan, "Bagaimana mungkin bumi berputar. Kalau iya demikian, se-
mua yang ada di udara pasti akan tertinggal di belakang kita," ujarnya. Kelak, kekhawatiran ini dijawab oleh
Isaac Newton dengan penjelasan adanya gaya tarik bumi (gravitasi).
Pandangan-pandangan dan opini-opini mereka yang disampaikan secara terbuka itu cukup menggang-
gu. Kekerasan pun bermunculan. Beruntung Copernicus segera menemui ajalnya. Beberapa dokumen yang
masih tersisa sampai abad ini menyebutkan, kantor penerbit yang mencetak buku "The Revolutionibus Or-
bium Coelestium" dihadang para mahasiswa yang menentangnya, bahkan diancam akan dirusak oleh massa. Bahkan di beberapa kota, muncul pagelaran-pagelaran teatrikal yang menggambarkan Copernicus sebagai
jelmaan setan yang harus dilawan.
Pemberangusan terhadap karya ini akhirnya dilengkapi dengan dimasukkannya buku ini sebagai bagian
dalam indeks buku terlarang oleh gereja pada tahun 1616. Dengan begitu siapa pun yang membelanya akan
menghadapi tantangan yang sangat serius. Itulah yang dialami oleh Bruno yang menemukan bahwa bumi
ternyata benar berputar. Bruno disiksa dan dibakar hidup-hidup. Galileo yang memakai teleskop untuk me-
nunjukkan kebenaran ilmiah Copernicus juga dihukum seumur hidup.
Hidup mereka di zaman peralihan memang penuh pengorbanan. Zaman baru sedikit berubah di era
Tycho Brahe dan muridnya, Johann Kepler (dari Denmark), atau Isaac Newton yang hidup 200 tahun kemu-
dian. Karya-karya mereka diterima tanpa resistensi sama sekali, bahkan mereka diberi gelar-gelar kehormatan
dan disebut genius. Semua itu perlahan-lahan mendorong gereja pada abad pertengahan menerima Re-Code
yang dibuat Copernicus pada tahun 1500-an. Butuh waktu sekitar 350 tahun bagi gereja untuk mencabut
larangan membaca karya Copernicus pada tahun 1835.
Ada orang dengan
bakat-bakat dan
keberanian tertentu
seperti Copernicus yang
berpikirnya mendahului
waktu.
Banyak orang
manggut-manggut
dan setuju. Tapi kita
perlu dari sekadar
anggukan, yaitu
bergerak dan
mendorong orang lain
ikut bergerak.
Dunia berubah bukan dimulai dengan banyak orang
tetapi dimulai dari sedikit orang-orang pilihan.
Mereka punya banyak bakat dan tentu saja sangat berpengaruh. Bab ini akan
membahas bagaimana melakukan perubahan melalui orang yang sedikit namun
sangat berpengaruh. Saya mulai dulu dengan pengalaman berikut ini.
Dalam beberapa kali kesempatan corporate seminar saya sering menanyakan
apakah ada di antara peserta yang ingin mendapatkan buku Change! yang sudah
ditandatangani secara cuma-cuma. Waktu buku itu saya tunjukkan, sekali lagi saya
bertanya, siapa saja yang menginginkannya hendaknya mengangkat tangan me-
reka. Seperti yang sudah saya duga, hampir semua orang mengangkat tangannya.
Saya pun kemudian mengatakan, "Kalau Anda benar-benar menginginkannya,
silakan ambil!"
Seperti sudah diduga pula, semua orang tertegun. Maklum, bukunya hanya ada
satu, sedangkan yang angkat tangan lebih dari seratus orang.
Saya ulangi lagi ucapan tadi, "Silakan, yang mau boleh mengambilnya."
Kali ini saya melihat beberapa orang beranjak, tapi jumlahnya tidak banyak.
Mungkin tiga, empat, atau enam orang. Tetapi begitu melihat seseorang bergerak
lebih cepat yang lain pun memperlambat gerakannya dan perlahan-lahan balik ke
tempat duduknya kembali. Akhirnya tinggal satu atau dua orang yang masih
meneruskan "perjuangannya".
Kalau saya mainkan sedikit dengan berpura-pura bahwa tindakan ini hanya
main-main saja dan saya tidak bersungguh-sungguh, maka mereka pun mulai ter-
lihat ragu. Sementara itu ratusan orang yang tidak bergerak sama sekali mulai menertawakan kedua orang itu. Sebagian orang mulai mengeluarkan ejekan atau
komentar-komentar yang melemahkan spirit mereka. Mereka seakan ingin me-
ngatakan: "Sudah, kembali saja," atau "Makanya jangan sok berani. Rasain lho!"
atau, "Emangnya enak dikerjain...", dan sebagainya.
Melihat mereka mulai ragu, saya pun memompa spirit mereka, "Silakan am-
bil, jangan ragu-ragu."
Kedua orang yang sudah berada di depan pun menyambar buku di tangan
saya. "Silahkan ambil!", perintah saya sekali lagi sambil menggenggam buku terse-
but. Saya teriakkan lagi sampai akhirnya beranilah mereka merampasnya dari ta-
ngan saya. Meski tidak saya lepaskan begitu saja, nyali mereka akhirnya tumbuh.
Mata mereka tampak 70% berani dan 30% takut-takut. Akhirnya mereka berebut
dan satu di antaranya membawa buku itu ke tempat duduknya sambil tertawa dan
mengepalkan tinjunya ke atas sebagai tanda kemenangan.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Andaikan sekarang buku itu adalah sebuah tindakan perubahan, dan saya
adalah pemimpinnya. Waktu saya tunjukkan buku itu sebagai sebuah perubahan
dan saya tawarkan pada mereka, maka Semuanya pun mengangguk-angguk tanda
setuju. Semua orang tampak menginginkannya.
Tapi apa yang terjadi ketika saya meminta mereka untuk bergerak dan meng-
ambilnya? Apa yang terjadi ketika mereka yang menghendaki perubahan itu Anda
minta untuk bergerak dan menjadi contoh bagi yang lainnya?
Benar! Hanya sebagian orang yang bergerak, jumlahnya sangat kecil. Orang-
orang itu kita sebut sebagai change agents. Mereka mengangguk-anggukkan kepala
tanda setuju, dan bergerak. Mereka berkomitmen terhadap apa yang mereka setu-
jui.
Mereka yang tidak bergerak itu kalau ditanya, jawabannya banyak sekali. Mi-
salnya selalu ada yang mengatakan, "Saya sudah punya bukunya" (walaupun sebe-
narnya belum tentu tidak menginginkannya). Tetapi yang paling sering diucapkan
adalah, "Saya kira bapak hanya main-main." "Bukunya hanya satu, Jadi biar teman
saya saja yang maju dan mendapatkannya", atau "Saya agak sulit keluar, berada di
tengah-tengah." Dan, "Kalau sudah ada yang lain, mengapa saya harus maju. Nanti
hanya mempermalukan diri."
Malu, ragu-ragu, tidak begitu yakin, hanya indah untuk ditonton daripada
dilakukan sendiri, menunggu sampai yang lain bergerak, dan lain sebagainya. Se-
Change agents adalah
orang yang kita pilih
untuk membawa virus
perubahan,penyebar
epidemi.
Orang yang
terlalu banyak alasan
hanya menunjukkan dir
mereka bukan orang
yang kita cari.
'Terhadap
sesuatu yang
berubah, manusia
tidak dengan
serta merta cepat
menerimanya.
Mereka mulanya
justru
menyangkal.'
20%-40%
Dari jumlah staf,
karyawan atau
masyarakat
sangatlah berarti.
Karena begitu
The Critical Mass
terbentuk, perubahan
akan bergulir cepat
menjangkau semua
orang, menjadi seperti
sebuah epidemi yang
menjalar dan menular.
muanya meragukan diri sendiri (self doubt) dan takut. Itulah yang terjadi pada
setiap perubahan.
• • • Hukum Pareto dan The Critical Mass
Orang-orang yang bergerak pada tahap sebuah gagasan diperkenalkan memang
sangat sedikit. Mereka cepat mengadopsi sebuah gagasan, mengangguk-anggukkan
kepala mereka, tetapi bergerak, berkomitmen, dan menyelesaikannya. Meski
sedikit tetapi mereka memecahkan kesunyian, memecahkan record, berani
menghadapi tantangan, berani malu, dan menjadi contoh bagi yang lain.
Pada setiap perubahan hal demikianlah yang selalu terjadi.
Hanya segelintir orang yang bergerak dan menyelesaikannya.
Lalu yang lain menyusul, menyusul, sampai terbentuk apa
yang kita sebut dengan The Critical Mass, yaitu jumlah masif
yang bersekutu.
Oleh karena itu penting sekali setiap perubahan dimulai dari suatu kelompok
kecil. Kita perlu me-Re-Code The Critical Mass dengan memanfaatkan prinsip-
prinsip penyebaran virus agar kita tidak segera keletihan, hilang arah, bertabrakan
(karena ingin cepat-cepat melihat hasil), atau malah mengalami kegagalan.
Dalam Re-Code The Critical Mass ini penting dimengerti hukum Pareto yang
diperkenalkan oleh Vilvredo Pareto. Hukum ini kadang disebut juga dengan hukum
20/80, atau yang sedikit (±20%) akan memberi hasil yang terbesar (± 80%).
Implementasi Hukum Pareto
Hanya sekitar 20% nasabah perbankan memberi kontribusi penghasilan sekitar 80%
(nasabah-nasabah korporat atau prioritas) pada revenue dan keuntungan bank tersebut.
Hanya sekitar 20% dari seluruh produk memberi kontribusi pada 80% revenue perusahaan.
Hanya sekitar 20% karyawan yang bekerja sangat produktif danmenghasilkan kontribusi
80%.
Sekitar 80% isi sebuah buku tercakup dalam 20% halaman buku tersebut.
Dalam setiap pesta, 80% makanan dihabiskan oleh hanya sekitar 20% tamu.
Diolah dari John C. Maxwell
Maka dalam hal ini penting bagi kita untuk me-Re-Code hal-hal yang 20%
yang memberi impak sebesar 80%. Yaitu segala hal-hal kecil, berbiaya kecil, de-
ngan jumlah terbatas, tetapi mampu memberi impak yang luar biasa.
Pengalaman membuktikan cara ini sangat ampuh. Abdul Gani memperbaiki
citra Garuda Indonesia di tahun 2000 dengan biaya kecil melalui On Time Per-
formance Bonus. Saya pernah memperbaharui citra program doktor di UI dengan
biaya sangat kecil melalui bantuan Musium Record Indonesia yang memberi catat-
an lulusan program doktor tercepat (22 bulan).
Semua ini tergantung pada kemampuan Anda mende-teksi hal-hal
kecil yang 20% itu, atau sejumlah kecil orang yang membawa
perubahan kepada semua orang.
• • • Empat Kaidah Epidemi
Marilah kita kembali ke tujuan kita semula, yaitu bagaimana membuat setiap
perubahan bergerak lebih cepat, menular kepada banyak orang dan memberi dampak
perubahan yang sangat besar dengan biaya yang seminimal mungkin (misalnya
melalui sedikit orang).
Sedikit orang ini biasa dikenal dalam change management sebagai change agents
atau koalisi perubahan. Sampai di sini mungkin tak ada cara lain selain menggali-
nya dari kasus-kasus epidemi yang menimbulkan dampak penyebaran yang luar
biasa. Sejarawan Malcolm Gladwell (2000), pernah menggali bagaimana epidemi
menular dengan cepat dan bagaimana hal-hal kecil berhasil membuat perubahan
besar (How Little Thing Can Make a Big Difference).
How little thing can make a big difference.
Sebagai sejarawan, Gladwell (2000) telah meneliti bukan saja epidemi penya-
kit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual (HIV, sifilis dan gonor-hea)
atau penyakit-penyakit menular lainnya, melainkan juga peristiwa-peristiwa
sejarah yang menggerakkan perlawanan rakyat terhadap penjajahan, serta peristi-
wa-peristiwa marketing yang menimbulkan efek spiral atau word of mouth. Yang
terakhir lebih dikenal dengan sebutan buzz marketing yang menggema, seperti an-
trian yang panjang pada penjualan sepatu Hush Pupies, penjualan boneka beruang
(Build Your Own Bear), atau demam permainan game on-line Ragnarock di berba-
gai negara di Asia, dan sebagainya. Perhatikanlah boks berikut ini dan lihatlah
bagaimana seorang pejuang membentuk pengaruh besar pada kemerdekaan suatu
bangsa.
'Dalam setiap
proses perubahan
mulailah dengan
resep ini: Carilah
hal-hal kecil yang
berdampak besar,
tetapi mudah
dan murah untuk
dikerjakan.'
Perlawanan Rakyat Baltimore
SALAH satu cerita menarik yang dikisahkan sejarawan Malcolm Gladwell adalah kisah
perlawanan rakyat Baltimore pada 1775 terhadap tentara Inggris. Ini adalah kisah ten-
tang pahlawan bernama Paul Revere, seorang pandai perak. Karena kisah ini dianalisis
dalam kerangka penyebaran "epidemi", maka ada baiknya disajikan kembali ringkasan-
nya di bawah ini. Selain itu untuk memberi gambaran yang lebih baik, dua cerita yang
terjadi di Indonesia akan disajikan pula secara terpisah.
Kita mulai dulu dengan Paul Revere, yang pada tanggal 18 April 1775 menerima
berita dari seorang pemuda yang mendengar kasak-kusuk tentara Inggris di sebuah
pelabuhan di Baltimore. Pemuda itu mendengar celoteh seorang tentara yang menyata-
Epidemi adalah
penyakit menular yang
berkembang pesat
sekali dan menulari
banyak orang. Istilah
ini dipakai di sini untuk
menggambarkan pesat-
nya sebuah pengaruh
atau ide.
'Tak dapat
dipungkiri bahwa
kelompok kecil
yang sepaham,
masyarakat
dengan komitmen
dapat mengubah
dunia ini.'
- Margaret Mead- kan, "Besok akan menjadi neraka di sini." Paul yang mendapat info itu segera bergerak. Pasalnya, saat itu
kapal-kapal perang Inggris sudah merapat dalam jumlah yang di luar kebiasaan. Para perwira dan pelautnya
tampak sudah bersiap-siap pergi jauh. Mereka membawa logistik dan amunisi.
Siangnya, Paul Revere bertemu dengan temannya, William Dawes, membahas desas-desus bahwa ten-
tara Inggris akan menyerbu Lexington (dekat Boston) untuk menangkap para pejuang kemerdekaan Samuel
Adams dan John Hancock. Malam harinya mereka kembali bertemu dan sepakat segera menyebarluaskan
kabar itu pada semua penduduk agar bersiap-siap melakukan perlawanan. Mereka pun membagi tugas. Paul
Revere menyebarluaskan berita itu ke arah barat daya kota Boston, sementara William Dawes bergerak ke
arah kota-kota di sebelah barat Lexington.
Menurut catatan sejarah, Revere malamnya sudah bergerak ke pelabuhan Boston, menyeberang feri
Dostları ilə paylaş: |