cahaya ter-
lalu terang akan
terbutakan
oleh cahaya itu
sendiri.'
Namun dalam bab ini,
persepsi yang pertama
(melihat dengan kasat
mata) diartikan sebagai
realita (perception is
reality). Sedangkan
yang melihat ke depan
kita sebut sebagai
melihat dengan pikiran
(thinking is perceiving).
"Creative Destruction"
berarti temuan-
temuan kreatif yang
men-"destruksi"
temuan-temuan lama/
alat-alat lama menjadi
usang, tidak efektif lagi
bila terus dipakai.
Konon yang sukses
saat ini adalah yang
melanggar sistem atau
pakem...
Jadi yang mana yang
harus diubah?
datangnya orang-orang kreatif dapat menghancurkan temuan-temuan kreatif se-
belumnya. Konsepnya dikenal dengan istilah creative destruction. Misalkan saja,
temuan komputer, dapat menghancurkan kelangsungan hidup mesin tik, atau
bagaimana Microsoft Encarta memudarkan cahaya bisnis Ensiklopedi Britanica.
Penghancuran terhadap temuan-temuan lama, pandangan-pandangan lama atau
kepercayaan lama tentu saja tidak mudah.
Anda akan berhadapan dengan pemimpin-pemimpin lama
beserta kaum ortodox yang ingin memelihara status quo.
Mereka akan menguji Anda, mendakwa persis seperti seorang
jaksa yang memeriksa seorang tersangka. Mereka akan tanya
sedetail-detailnya, bukan untuk mengerti, tetapi untuk
mematahkan perubahan.
Bagi mereka, perubahan berarti mempermalukan mereka, karena mereka
merupakan bagian dari penyebab yang harus diubah. Itulah sebabnya mengapa di
sini dibutuhkan lebih dari seorang manajer, yaitu pemimpin.
Maka dalam perubahan, yang penting bukan sekadar daily management de-
ngan alatnya berupa inovasi, melainkan juga inventing the future dengan alatnya
berupa kreativitas dan keterbukaan berpikir.
TO BE CREATIVE:
To create something original,
thinking up a new system
Dengan kreativitas Anda dapat melompat ke kurva baru, berselancar pada
aliran sungai yang berbeda sama sekali. Anda dikatakan "to break the system"
sehingga bergeraknya bukan continuous, melainkan discontinuous.
Misalnya saja, apa yang dilakukan Lee Kuan Yew di Singapura saat menetap-
Eksekutif punya kecenderungan berselancar pada kurva yang sama. Perubahan-perubahan dilakukan di dalam
sistem (innovation). Eksekutif juga perlu melakukan lompatan ke masa depan {inventing the future) dengan mening-
galkan kurva lama, menghancurkan cara-cara kerja yang usang dan melompat ke kurva kedua. Lompatan ke kurva
kedua akan menghindarkan diri dari proses penuaan dan kematian.
Gambar 9.1 kan gaji pegawai pemerintahannya sungguh di luar dugaan. Ia tidak menaikkan-
nya secara continuous (melakukan penyesuaian), melainkan merombaknya, mere-
formulasikan kembali. Ia tidak menaikkan gaji pegawai pemerintah sebesar 10 -
15% seperti yang sering dilakukan di sini, melainkan menaikkannya hingga 500%,
sejajar dengan imbalan di dunia bisnis internasional. Untuk itu Lee perlu
mengurangi jumlah orangnya, karena mereka dituntut bekerja produktif dan efi-
sien. Ia bukan melakukan inovasi, melainkan pekerjaan kreativitas, dengan mema-
tahkan (to break) kurva lama, cara-cara berpikir lama.
Sementara di sini, yang terjadi Sebaliknya. Orang-orang yang
tertutup punya kecenderungan berpikir dogma-tis dan kurang
berani mengambil risiko. Ia akan lebih banyak melihat
constraint (batasan-batasan) daripada opportunity (peluang).
Setiap kali menghadapi masalah korupsi dan pelayanan publik, kita selalu
berpikir constraint, yaitu gaji dan APBN. Pemimpin yang hanya melihat con-
straint, cenderung bergerak dalam kurva yang sama, yaitu memperbaharui di
dalam sistem (to innovate). Akibatnya, yang terjadi hanya penyesuaian gaji, bukan
pembaharuan.
Sekarang marilah kita lihat kenyataan berikut ini:
Inovasi tanpa kreativitas
Kalau Anda meniru langkah pemerintah Singapura dalam cara penggajian
pegawai negeri sipil di sini, apakah itu kreativitas? Bukan! Kreativitas memerlu-
kan originalitas, keaslian. Anda boleh mengkopi satu hal, tetapi hasilnya bisa ber-
beda. Anda perlu mengubah secara menyeluruh dan original, itulah kreativitas.
Meniru cara penggajian saja adalah inovasi tanpa
kreativitas.
Dengan demikian diperlukan cara melihat baru dalam mengubah, yang tidak
cukup sekadar dari apa yang terlihat secara fisik, rutin, dan biasa sehari-hari.
Perceiving adalah modal awal untuk mengubah, yaitu
mengubah dengan berpikir. Memang mata persepsi adalah
mata realita, tetapi orang yang memasuki alam persepsi akan
dapat menemukan visi, yang artinya melihat tanpa sekat
dengan kacamata tanpa constraint.
Maka sering dikatakan visi adalah melihat dengan doktrin "possibility" karena
dalam dunia tanpa constraint apa pun memungkinkan.
Tanpa pembaharuan,
cara berpikir reformasi
birokrasi belum menjadi
kenyataan. Dan pem-
baharuan memerlukan
visi, melihat jauh ke
depan dan mengubah
anggapan-anggapan
lama, melakukan
perceiving.
'Janganlah takut
gagal dalam
melakukan per-
ubahan. Sebab
sekalipun gagal,
ada dua hal yang
dapat dipela-
jari. Pertama,
tahu apa yang
"tidak bisa", dan
kedua, mengenal
pendekatan-pen-
dekatan baru...
Kebanyakan
orang berpikir
sukses dan gagal
adalah dua hal
yang bertentang-
an. Padahal ke-
duanya didapat
dari proses yang
sama.
- Roger Von Oech -
Gambar 9.2
Isaac Newton dan
Albert Einstein adalah
ilmuwan, tetapi
berbeda dengan
kebanyakan ilmuwan
lainnya, mereka berdua
juga dimasukkan ke
dalam literatur
kepemimpinan.
Mengapa demikian?
Karena mereka
mampu melakukan
perubahan, melawan
kepercayaan-keper-
cayaan lama dan
membentuk sesuatu
yang baru.
'Sesuatu tidak bisa
dilakukan, sampai
seseorang mampu
melakukannya. '
- Paul Mason -
••• Perangkap Realita
Realita memberikan perspektif untuk berpikir logis, sesuai dengan kenyata-an.
Tak kurang dari seribu ilmuwan setiap hari bekerja mengkaji dunia realita, yaitu
dunia yang sebenarnya. Mereka melakukan pengamatan-pengamatan,
membawanya ke laboratorium dan melakukan pengujian-pengujian secara ilmiah.
Sekali mereka temukan, temuan itu akan dijadikan acuan untuk segala tindakan
manusia. Lantas bagaimana dengan orang-orang yang ingin menciptakan sesuatu
yang lebih baru? Dapatkah mereka mematahkan dalil sesuatu yang sudah menjadi
"kepercayaan"?
Realita dapat memenjarakan manusia tatkala ia berubah
menjadi "belief" (suatu kebenaran) dan manusia yang
menerimanya berpikir dogmatis. Di sinilah letak tan-
tangannya bagi seorang pemimpin.
Kalau manusia tidak mampu melihat ke depan maka mereka terperangkap oleh
realita hari ini (here and now). Kalau hari ini mereka menjadi kekuatan super
(super power), maka mereka akan merasa kekuatan itu abadi.
Amerika Serikat adalah bangsa yang kuat, kokoh, sejahtera pada abad 20.
Amerika bersama dengan sekutu-sekutunya keluar sebagai pemenang dalam per-
tarungan pasca Perang Dunia II, yaitu Perang Dingin. Pada Abad ke 21, setelah
Perang Dingin berakhir dan bangsa-bangsa membuka diri, China mulai muncul ke
atas permukaan. Siapkah bangsa Amerika menemui kenyataan baru bahwa
kekuatan besar bukan ada di tangannya lagi?
Sebaliknya, juga terjadi di sini. Krisis ekonomi yang dipicu dari hilangnya
kepercayaan dunia dan melemahnya mata uang rupiah pasca tahun 1998 telah
menimbulkan banyak kesulitan di dalam negeri. Investor asing dan dalam negeri
sama-sama memindahkan fasilitas produksinya ke negeri-negeri tetangga, peng-
angguran meningkat, ancaman terorisme dan ledakan-ledakan bom telah membuat
dunia pariwisata Indonesia ditinggalkan pelancong-pelancong global, semen-tara
itu fasilitas infrastruktur yang ada mulai rusak. Setelah itu barang-barang impor
tampak di mana-mana. Kejadian-kejadian yang beruntun itu telah berlang-sung
cukup lama, dan sebentar lagi akan genap 10 tahun.
Kenyataan (realita) hari ini di sini, telah menimbulkan rasa pesimisme di
mana-mana.
Para pengamat, wartawan, dan tokoh-tokoh politik setiap hari
menyuarakan kesulitan demi kesulitan. Lama-lama para
pengusaha dan manajer di Indonesia pun berubah persepsinya.
Mereka yang harusnya optimis untuk melakukan
pembaharuan dapat menjadi pesimis. Pemberitaan yang terus
menerus dari orang-orang yang pesimis ibarat virus yang
menular dari satu orang ke banyak orang.
Kalau ini dibiarkan, maka Indonesia akan menjadi bangsa yang kalah. Bangsa
yang kalah adalah bangsa yang terperangkap oleh kenyataan hari ini, terperang-kap
oleh realita.
Teori-teori perubahan mengajarkan pembaharuan, dan tokoh-tokoh perubahan
menunjukkan bahwa kita tidak bisa menciptakan masa depan dengan kaca mata
dan pengetahuan hari ini.
Masa depan hanya dapat diciptakan oleh impian-impi-an,
yaitu pandangan tentang keadaan yang lebih indah di masa
depan, dan Anda bergerak menyelesaikannya.
Negara yang miskin bisa berubah menjadi kaya karena optimis, dan negara
yang kaya, Sebaliknya, dapat menjadi miskin karena terperangkap oleh pandang-
an-pandangannya tentang hari ini. Itulah sebabnya kita memerlukan pemimpin,
yang mengajak kita keluar dari realita hari ini.
Petuah dari Palo Alto: Ubahlah Dua Kali
Pentingnya inovasi telah melahirkan demikian banyak manajer andal. Selain
memelihara sistem atau membangun sistem, mereka tentu juga memperbaharui
sistem itu. Karena bergeraknya masih dalam sistem yang sama, maka mereka han-
ya mampu melakukan inovasi. Manajer-manajer seperti ini biasanya hidup dan
dibesarkan dalam alam ekonomi yang sedang tumbuh.
Mengelola perusahaan atau perekonomian pada saat sedang tumbuh tentu
berbeda dengan mengelolanya pada saat sedang sulit, atau sedang menurun. Ce-
lakanya, hampir semua eksekutif menggunakan cara yang sama, yaitu menggu-
'Dibutuhkan
keberaninan yang
luar biasa untuk
membe-baskan diri
dari segala sesuatu
yang sudah kita
kenal dan tampak
aman. Tetapi
sesungguhnya tidak
benar-benar aman
bagi sesuatu yang
sudah usang.
Keamanan yang
sesungguhnya
hanya ada dalam
sebuah per jalanan
yang menegangkan
dan
menggetarkan,
karena dalam se-
tiap gerakan ada
kehidupan dan
dalam perubahan
ada kekuatan.'
- Alan Cohen -
Kalau Anda pesimis, maka
Anda akan mem-perbesar
hal-hal yang buruk dan
constraint yang Anda
miliki. Kalau optimis, Anda
akan memperbesar
impian-impian Anda dan
melihat peluang
yang besar serta
mengajak orang-orang
lain bergerak ke arah
yang sama.
'Interaksi antar-
kelompok dalam
perubahan selalu
diwarnai rasa
curiga karena
ada pandangan-
pandangan tak
wajar tentang go-
longan lain, serta
stereotip negatif
yang telah men-
darah daging.'
- Koentjaraningrat-
Sebuah hukum yang
berlaku universal. Meski
Change kontekstual
hukum ini bersifat
universal.
'Manusia
cenderung tidak
mempercayai
segala kebenaran
baru sampai
mereka benar-
benar mengalami
sendiri.'
- Nicolo Machiavelly -
nakan alat-alat inovasi untuk memperbaharui sesuatu yang sedang menurun. Tentu
saja keliru.
Pada saat kurva ekonomi sedang menurun, Anda mungkin
tidak harus berselancar pada kurva yang sama. Mungkin saja
kapal Anda sudah terlalu tua dan banyak bocornya.
Memperbaharui dengan mengganti salah satu komponennya sangat tak masuk
akal. Mungkin juga konsumen Anda sudah tidak ada di sana lagi, sudah beralih
pada produk-produk pengganti (substitusi).
Kalau arah arus sudah berbeda sama sekali mungkin Anda
perlu kapal yang baru, yang berbeda sama sekali dengan kapal
tua Anda. Mungkin juga bukan kapal laut yang lain,
melainkan pesawat terbang. Tetapi untuk sampai ke sana,
tentu Anda harus mengubah cara berpikir Anda dan orang-
orang Anda. Itulah petuah penting dari Palo Alto.
Pada tahun 1950, beberapa orang peneliti bertemu di lembah Palo Alto, Cali-
fornia. Mereka terdiri atas para ahli manajemen, psikolog dan para terapis yang
melakukan apa yang mereka sebut sebagai "Mental Research". Di antaranya terda-
pat nama-nama terkenal seperti Paul Waltzlawick, John Weakland, Gregory Bate-
son, dan Richard Fisch. Mereka sangat berkepentingan terhadap perubahan yang
tengah melanda dunia dan merasa risau terhadap sikap yang ditunjukkan oleh
orang-orang yang katanya setuju terhadap perubahan tetapi gagal meresponsnya.
Mereka juga membaca karya Machiavelly yang ditulis 500 tahun yang lalu yang
berjudul The Prince.
Dalam buku itu, Machiavelly menandaskan bahwa perubahan
tidak mudah. Ia menyatakan, "tidak ada yang lebih sulit selain
mengubah sesuatu yang sudah tertata rapih".
Karena bekerja di lembah Palo Alto, tim ini dikenal dengan sekutu The Palo
Alto School. Pada tahun 1975, tim ini akhirnya berhasil memutuskan apa yang
mereka sebut dengan the law of change. Dalam rumusan itu disebutkan bahwa ada
dua jenis perubahan yang harus dilakukan seseorang, dan bila Anda mengubah satu
saja Anda belum tentu akan berhasil. Keduanya adalah:
1. Perubahan realita
(disebut juga perubahan tipe 1)
2. Perubahan persepsi
(disebut juga perubahan tipe 2) Penjelasan antara keduanya adalah sebagai berikut:
Perubahan Persepsi
(Perubahan Tipe 1)
Keluar dari sistem lama, menemui sesuatu
yang baru, tidak meneruskan yang sama,
tetapi ada kejutan-kejutan.
Merombak cara berpikir/melihat, asumsi-
asumsi, hipotesa-hipotesa dan pandangan-
pandangan.
Peraturan lama sudah tak bisa dipakai, harus
diganti menyeluruh.
Keberanian melawan arus, "break the rule/order Surprise, belum
terlihat, chaos.
Tabel 9.1
Kebanyakan eksekutif hanya melakukan Perubahan Tipe 1,
yaitu mengubah suatu/beberapa komponen. Misalnya saja
seorang memperbaiki gedung, menambah produk baru di
pasar, membangun merek, melakukan
pelatihan-pelatihan, menerapkan pelayanan prima
(service excellence), komputerisasi, balance scorecard, dan
sebagainya.
Demikian juga dalam melakukan merger atau akuisisi. Eksekutif merekrut
orang-orang baru, merombak struktur dan lain sebagainya. Semua itu barulah
mengubah realita.
Tentu saja perubahan seperti itu belum cukup. Anda memakai blue print
strategi.
Tetapi katakanlah Anda sudah membuat seluruh keterkaitan
dalam suatu sistem yang terpadu dan strategi Anda sudah
benar. Apakah orang-orang Anda sudah otomatis akan
mengikutinya?
Belum tentu.
Mereka Umumnya akan kembali bekerja seperti semula, seperti sebelum
strategi itu dirumuskan.
Manusia terbelenggu oleh kebiasaan, habit, atau tradisi.
Oleh karena itu diperlukan Perubahan Tipe ke-2, yaitu
perubahan nilai-nilai dan cara berpikir. Maka sebelum
sampai ke perubahan kultural, perubahan belum men-
janjikan hasil.
Marilah kita ambil contoh dalam diri manusia itu sendiri.
'Banyak orang
bertanya pada
saya, harapan
seperti apa yang
perlu dipelihara
dalam masa-masa
transisi menuju
kehidupan yang
lebih baik. Saya
katakan yang
diperlukan
adalah "hope for
the best". Namun
Sayangnya,
sebagian orang
telah melepas
harapan itu, dan
mereka hanya
"hope to avoid the
worst". Harapan
seperti itu hanya
menghasilkan
rasa hambar,
meski namanya
tetap harapan.'
'Belajarlah selagi
orang-orang lain
terlelap.
Bekerjalah selagi
orang-orang ber-
malas-malasan
Persiapkanlah
selagi yang lain
bermain-main,
dan
Bermimpilah
selagi yang lain
hanya berharap.'
-William Ward-
Perubahan Realita
(Perubahan Tipe 1)
Terjadi di dalam sistem yang sama, berulang-
ulang, berkelanjutan, supaya tetap sama
hasilnya.
Modifikasi komponen/bagian-bagian dan tetap
patuh pada aturan baku yang berlaku (follow
the rules).
Retroactive feedback sangat penting.
Keep balance. BELUM lama ini saya bertemu dengan staf-staf pengajar kami yang baru kembali dari tugas belajar di luar
negeri. Yang menarik perhatian saya, ada cukup banyak bintang kelas yang belum berhasil menyelesaikan
program studi doktornya, walaupun masa studi mereka sudah diperpanjang dua - tiga kali. Saya coba melihat
mereka yang dikirim ke salah satu negara di Eropa Barat, sebut saja Prancis. Selain harus berbahasa Prancis
- yang tentu saja sulit bagi kami yang tidak belajar dari sekolah dasar - mereka tentu dituntut cepat
beradaptasi. Kesulitannya tentu lebih besar daripada belajar di Amerika Serikat yang berbahasa Inggris dan
masyarakatnya sangat terbuka. Di negeri ini ternyata banyak orang yang kurang berhasil.
Kebetulan suatu ketika saya bertemu dengan salah seorang yang berhasil lulus dengan cepat. Ia bukan
cuma tepat waktu, melainkan lulus dengan sangat cepat dan sekarang menjadi salah satu pengajar tamu di
negeri itu. Waktu saya tanya apa resepnya sehingga berhasil, ia cuma menjawab begini:
"Kadang saya sudah lupa, warga negara saya apa? Saya ini orang Indonesia ataukah Prancis? Saya ber-
mimpi dalam bahasa mereka, berbicara sama seperti mereka, makan juga demikian, kecuali hal-hal yang dila-
rang oleh agama saya. Tetapi cara berpikir saya tampaknya sudah sama."
Lantas bagaimana mereka yang belum berhasil?
Seperti Anda, kebanyakan orang akan belajar bahasa asing Umumnya hanya melakukan satu hal
ini, yaitu mencari guru dan ambil les (tipe 1). Padahal Anda butuh lebih dari sekadar guru. Untuk bisa
berbahasa asing, Anda perlu mengubah cara berpikir Anda (tipe 2). Anda perlu mengubah pandang-an-
pandangan negatif yang ada di kepala Anda tentang bangsa pemilik bahasa tersebut, dan tentu saja
kebiasaan-kebiasaan Anda. Bahasa hanyalah mewakili sekitar 40% dari seluruh proses komunikasi
(verbal). Tetapi bahasa mencerminkan cara berpikir.
Mari kita lihat contoh yang lain. Anda mungkin pernah mengalami sendiri hal-hal seperti berikut
ini:
ANDA ingin berhenti merokok atau menurunkan berat badan Anda. Apakah Anda berhasil? Mungkin ada yang
berhasil, tetapi tidak sedikit yang Sebaliknya. Dan bila Anda berhasil apakah Anda berhasil mengubah-nya
secara permanen? Jangan-jangan setelah sekian lama Anda kembali merokok atau berat badan Anda
kembali naik. Apa yang telah Anda lakukan?
Kebanyakan orang yang mau berhenti merokok menghapus anggaran untuk merokok dan membeli
permen (perubahan tipe 1) sebagai pengganti rokok. Kebanyakan orang yang lain, yang ingin langsing,
mengambil kegiatan olah raga (fitness) dan diet makanan (perubahan tipe 1). Tetapi mengapa hanya
sebagian saja yang berhasil berhenti merokok atau menguruskan badannya secara permanen?
SEBELUM ANDA MENGUBAH CARA BERPIKIR ANDA
DAN CARA MEMANDANG ANDA, MAKA ANDA BELUM DAPAT
DISEBUT BERHASIL. BAHASA MENCERMINKAN CARA BERPIKIR. Sebelum Anda berhasil mengubah cara berpikir Anda, maka Anda belum dapat disebut berhasil.
Persoalannya bukan pada realita itu sendiri, melainkan pada persepsi Anda tentang realita itu. Selama
Anda beranggapan, "sekali-sekali merokok okelah", atau "toh suami saya tidak komplain dengan ukur-
an tubuh saya", maka Anda akan kembali pada kebiasaan lama.
Seorang perokok yang sudah demikian berat dan terlihat dalam pemakaian obat-obatan terlarang
(narkoba) memberitahu kepada saya bagaimana ia berhenti merokok. "Suatu ketika saya membuka
internet, dan saya melihat obat-obatan yang saya pakai itu ternyata menjadi penyebab penyakit sapi
gila. Saya lihat otak sapi gila hancur seperti itu. Tiba-tiba saya menjadi sangat takut," ujarnya. Sejak
saat itu ia berhenti menggunakan obat-obatan itu, sekaligus berhenti merokok. Persepsinya tiba-tiba
berubah, demikian pula kebiasaan-kebiasaannya. Sementara dari 100 orang teman sekolahnya yang
terkena narkoba, 70% sudah tewas, dan sisanya terjangkit ketergantungan obat dan mental.
Seorang pemuda yang bobot tubuhnya kelebihan sekitar sepuluh kilogram, pada kasus lain, terli-
hat ramping sekarang. Rupanya setiap pagi ia sekarang bangun lebih awal. Di rumahnya tersedia alat-
alat fitness yang baik. Ia berolah raga satu jam setiap pagi. Ia juga mengubah pola makannya. Tetapi
mengapa ia berhasil dan yang lain tidak? "Dua orang staf saya meninggal akibat serangan jantung
dalam dua bulan berturut-turut. Kata dokter ia mengalami stroke akibat kolesterol. Pola makan dan
olah raga sangat penting. Tetapi kematian itu mengubah pandangan saya", ujarnya.
Pola pikir atau persepsi membentuk dorongan-
dorongan dan hasrat (desire).
Dan satu hal yang diajarkan oleh The Palo Alto School,
"If you want to change, you have to change twice. You not only need to
change the reality of your situation, you also need to change the perception
of this reality".
Seperti orang yang selalu datang terlambat ke kantor, Anda tak bisa mengubahnya hanya dengan
memintanya berangkat lebih awal atau memberikan alat transportasi yang memadai (perubahan tipe
1).
Selama sikapnya atau pandangannya tentang ketepatan waktu tidak berubah
(perubahan tipe 2), maka apa pun yang dilakukan ia akan terus datang
terlambat.
Ia tidak akan mengubah masa lalu, tetapi ia
akan memperbesar ruang di masa depan.
- Paul Boese -
Rasa takut saja tidak cukup untuk membuat seseorang
berubah. Sebelum rasa sakit itu melebihi dari rasa takutnya,
seseorang biasanya belum mau berubah. Re-Code Pikiran:
Mengajak Kembali Berpikir "The central to leadership is the ability
to improve people's thinking."
David Rock
'Keberhasilan
atau kegagalan,
Dostları ilə paylaş: |