Inilah saatnya menerapkan pengetahuan. Pada Gambar 8.2, Anda melihat pada
benak manusia tertera hubungan asosiatif antara brand (McDonald's) dan atribut
negatif (cacing). Begitulah cara manusia menyimpan informasi. Selalu dalam
skema pencabangan yang mengaitkan objek dengan asosiasinya. Rupanya selama
suatu merek terkait dengan asosiasi negatif, ia akan tetap tercemar, apa pun juga
rasionalitasnya (belief).
McDonald's dimusuhi bukan karena McD-nya, melain-kan
karena mereka tidak senang dengan cacing.
Lantas bagaimana?
Mudah saja, perlemah hubungan asosiatif itu dan perkuat
dengan yang lainnya! Kalau hubungan antara Anda atau
merek Anda dan sesuatu yang baru (hal-hal yang positif) lebih
kuat, maka ada kemungkinan hubungan Anda dengan hal-hal
yang negatif akan melemah.
Sekarang mari kita lihat konteks waktu. Re-Code The Critical Mass adalah hal
yang sangat penting. Sebab ia akan sangat menentukan apakah Anda akan berhasil
atau tidak me-Re-Code seluruh proses dan menghasilkan perubahan. Dan begitu
Anda mengambil kesempatan pada waktu yang salah, maka Anda bisa kehilangan
momentum dan Anda akan menjadi bulan-bulanan perubahan dan menjadi tumbal.
Pada pembukaan bab ini saya sengaja menurunkan cerita tentang pembaharuan
yang dilakukan oleh Nicolaus Copernicus yang (maaf) naas oleh waktu. Bahkan
penerus-penerusnya, sampai Giordano Bruno dan Galilei Galileo harus berkorban.
Waktu dan objek, baru mulai berpihak justru di zaman Isaac Newton yang
menemukan Teori Gravitasi setelah proses renaisance diterima oleh dunia untuk
melengkapi kenyataan bahwa kita tidak hidup di pusat tata surya, melainkan di
bumi saja.
Saya masih akan menyajikan satu contoh lagi yang saya alami sendiri saat me-
Re-Code cara belajar di program MMUI, dari pendekatan klasik (pusat berada di
tangan pengajar) menjadi pendekatan partisipatif (pusat berada di tangan maha-
siswa). Mari kita simak penjelasannya pada boks berikut ini.
Anda mungkin pernah
mengalami hal ini. Anda
tiba-tiba tidak disukai
oleh teman, atasan,
atau publik Anda. Ma-
salahnya kemungkinan
besar bukan ada pada
diri Anda sendiri. Anda
merasa tidak punya
salah apa-apa atau per-
nah menyakiti hati
mereka. Mereka tidak
senang dengan Anda
semata-mata karena
mereka tidak senang
dengan orang yang
sedang dekat dengan
Anda. Artinya Anda
terkait dengan sesuatu.
Yang mereka musuhi
bukan Anda, melainkan
hubungan asosiatif itu.
Yang mereka musuhi
kawan yang terkait
dengan Anda.
'Kompleksitas
Lingkungan me-
nuntut pengeta-
huan yang sangat
luas.'
'Janganlah selalu
mengharapkan
adanya komitmen
tanpa keberhasilan,
karena
keberhasilan pun
dapat memicu
komitmen.'
'Orang-orang
yang berorientasi
ke masa lalu akan
memulai kali-
matnya dengan
kata: "dulu..."
Orang-orang
yang berorientasi
ke masa depan
akan memulainya
dengan kata
"kelak..."
Re-Code PCL di MMUl
PCL, apa itu?
"PECEL Lele!", umpat beberapa orang mahasiswa yang melakukan protes, baik lewat
SMS maupun pernyataan-pernyataan yang saya terima tertulis lewat internet. Mereka
protes karena PCL dianggap telah mengganggu kenyamanan mereka dalam belajar.
Diejek begitu, dalam setiap peristiwa perubahan adalah hal yang biasa bagi saya.
Dulu waktu memperbaharui program doktor dari program yang "old style" dan "tidak
hidup" menjadi lebih berkualitas saja, macam-macam ejekan juga kami terima. Saya
Jadi teringat dengan Walikota Pulau Tarakan, dr. Jusuf, SK yang memperbaharui
kecantikan kota Tarakan dengan meningkatkan penerangan kota dan membuat taman-
taman yang lebih asri dan indah.
Waktu kota itu dibuat lebih terang, ia diejek "Wagilam" (Walikota
Gila Lampu). Ketika taman-taman menjadi lebih baik, lagi-lagi ia
mendapat julukan "Wagiman" (Walikota Gila Taman). Jadi bagi
saya hal ini biasa saja. Toh akhirnya waktu akan menunjukkan
sendiri jalannya.
PCL, tentu saja bukan pecel lele. Itu singkatan dari Participant Centered-Learning
yang artinya mahasiswa kini harus aktif membaca buku sebelum masuk kelas karena
pusat pembelajarannya kini ada di tangan partisipan, yaitu mahasiswa. Bagi saya, sa-
ngat berbahaya melahirkan generasi baru yang malas membaca buku. Karena mereka
tidak membaca maka mereka menjadi malas, tidak bisa aktif di kelas, kurang percaya
diri, dan suasana kelas menjadi senyap. Mereka hanya bicara untuk melucu atau ber-
tanya bila ada penjelasan dosen yang tidak mereka pahami.
Tetapi tentu saja bukan hanya mereka yang salah. Kami sebagai dosen juga salah.
Kesalahan kami terletak pada kebiasaan "menyuapi" (spoon feeding) mahasiswa
dengan menjelaskan sejelas-jelasnya isi buku dan tak pernah merangsang mereka
membaca. Akibatnya jelas, mereka menjadi pasif dan menunggu. Jadi buat apalagi
membaca?
Dengan PCL sekarang kita balik Semuanya. Mereka membaca dan dosen bertanya.
Kuliah merupakan kesimpulan dari apa yang mereka sampaikan. Lecture hanya diberi-
kan di akhir kuliah. Namun di bagian depan, mahasiswa harus bicara, dan dasarnya
adalah membaca.
Apakah ini tidak lebih baik? Ini memang lebih baik.
Tetapi masalahnya mereka sudah sangat terbiasa menikmati perkuliahan secara
pasif. Biasanya mereka bisa masuk kelas tanpa membaca. Tapi sekarang tidak lagi bisa.
Kalau mereka tidak membaca, celakalah mereka. Mereka tidak dapat nilai dan praktis
menjadi orang yang tidak mengerti di kelas.
Di mana letak kesalahan saya?
Anda benar, Mereka bukanlah mahasiswa baru. Mereka sudah dua dan tiga catur-
wulan berada di program Magister Manajemen. Sudah terbiasa dengan pola lama. Se-
karang mereka marah-marah. Apa boleh buat. Saya memang sudah sangat tidak sabar.
Bagi saya, murid saya harus bisa menjadi lebih pintar. Dan kita tidak bisa menunggu
lebih lama lagi.
Waktu berlalu, generasi baru pun datang. Kali ini saya tidak mau menyia-nyiakan
waktunya. Maka sebelum mahasiswa bertemu dengan pengajar, sebelum perkuliahan
dimulai, saya segera melakukan Re-Code. Kali ini saya merasa lebih ringan. Mahasiswa
saya melangkah dengan sangat aktif sejak dari hari pertama mereka berada dipro-
gram. Dosen-dosen yang mengajar melapor kepada saya bahwa mahasiswa sekarang
sangat aktif.
Sekarang kami semua dapat tersenyum-senyum. Maklum, Re-Code terhadap criti-
cal mass ini sudah kami lakukan di depan, yaitu di hari-hari awal mereka bergabung
dengan kami.
Re-Code di tahap awal ternyata memberi hasil
yang sungguh-sungguh berbeda.
Tidak ada yang protes, tidak ada yang marah-marah.
Konteks Waktu Re-Code
Re-Code di akhir
Hasil: 0% (sia-sia)
Banyak orang
melakukan hal
yang biasa dan
bertanya, "me-
ngapa?" Saya
tidak melakukan-
nya dan bertanya,
"mengapa
tidak?"
- Robert Kennedy -
He-Code jauh lebih sakit
daripada Hard Code.
Tetapi keduanya sama-
sama butuh
pengorbanan
Re-Code di awal
Segala sesuatu yang
kita tanam di awal dan
menjadi standar., maka
jangan sia-siakan
waktu
itu. Saat orang mulai
bekerja, mahasiswa
mulai masuk, pekerja
naik pangkat, dan
sebagainya.
Hasil: Paling Optima
Anda capai di depan
(membentuk sikap)
Re-Code di tengah
Hasil: 50%
(timbul perlawanan)
Gambar 8.3Apa yang Anda baca di atas adalah sebuah peristiwa perubahan besar
yang mengubah cara kita berpikir.
Ada banyak pesan yang tersirat dari sejarah itu.
PERTAMA, perubahan tidak memerlukan tangan jutaan manusia, na-
mun dapat terjadi sebagai akibat keberanian berpikir satu dua orang
yang memiliki keterampilan dan pemikiran yang luar biasa.
KEDUA, gagasan mereka tidak akan pernah mati, sepanjang hal itu
logis dan disampaikan dengan penjelasan sederhana yang mudah
dimengerti. Einstein yang cerdas itu mampu menjelaskan teorinya
hanya dengan rumus sederhana E=MC2
. Sigmund Freud merumuskan
pribadi manusia terdiri atas id, ego, dan superego. Copernicus hanya
menjelaskan dua hal: Bumi berputar pada sumbunya, dan ia melan-
cong mengitari matahari
KETIGA, tokoh-tokoh besar tidak memerlukan massa besar, cukup
dua-tiga orang pengikut yang luar biasa, maka ia akan berputar sendiri.
KEEMPAT, dalam setiap proses Re-Code, ada konteks yang me-
megang peranan yang sangat serius yang menentukan apakah benih
yang ditaburkan mampu hidup atau tidak. Konteks itu ibarat iklim,
yang dibentuk oleh waktu dan tempat.
KELIMA, ada kaidah-kaidah yang dapat dijelaskan yang membuat
sebuah perubahan mampu bergerak lebih cepat.
Itulah yang kita pelajari pada bab ini.
PEMBAHARUAN
• Manusia melihat sesuatu (menangkap realitas) tidak hanya dengan matanya saja,
melainkan juga dengan pikirannya.
• Apa yang dilihat dan direnungi berulang-ulang akan membentuk pikiran dan sikap. Sikap
itu akan dianggap sebagai suatu kebenaran (hard-code).
• Para ahli dari Palo Alto menyimpulkan lewat studi-studinya, kita tidak akan berhasil bila
hanya mengubah satu kali saja (change the reality). Kita juga harus mengubah the
perception of that reality.
• Anda bukan CEO. Anda adalah pemimpin. Dan pemimpin bekerja dengan tim, bukan
seorang diri untuk kemuliaan pribadi atau teman-teman Anda. Tantangan tcrbesar
pemimpin abad ini adalah mengubah kebiasaan-kebiasaan dan cara berpikir orang-orang
yang bekerja untuk organisasi.
• Oleh karena itu Re-Code harus fokus pada proses berpikir, bukan pada problems on the
table. Dari cara memimpin "problem-based" (yang selalu mempertanyakan "mengapa?"
dan berorientasi pada masa lalu) menjadi "solution-based" (yang berorientasi ke depan
dengan pertanyaan "bagaimana").
• Orang yang hidup harus berpikir. Maka hidupkan kembali simpul-simpul berpikir agar
setiap orang melepas "rem tangan" yang ada di masing-masing kepalanya sehingga
organisasi bisa bergerak dinamis. Let them do all the thinking! I
9 Melihat dengan Pikiran
B
ELUM lama ini saya diundang oleh mantan mahasiswa saya
untuk mengikuti program lasik. Lasik adalah istilah yang
digunakan untuk pengobatan mata dengan menggunakan alat-
alat teknologi modern dengan sinar laser. Setelah mengetahui
kondisi mata saya, maka saya diminta menjalani serangkaian
pemeriksaan. Saya sangat impres dengan teknologi dan orang-orang yang
melakukan pemeriksaan. Selain modern, manusia yang menanganinya
sangat capable. Setelah pemeriksaan selesai saya pun dibawa kepada
seorang dokter senior untuk melakukan diagnosis. Setelah memeriksanya
dengan saksama, ia mengatakan sebaiknya mata saya jangan dilasik dulu.
"Mata Anda masih bagus, minus dan plus nya tidak seberapa. Lagi pula
di usia segini kondisi mata masih akan berubah."
Operasi mata yang batal
ini membukakan mata
saya. Kita memang
melihat bukan dengan
mata saja. Pikiran yang
tidak sempurna bisa
mengganggu penglihat-
an kita juga.
Saya agak terkejut. Sudah lama saya mendengar adanya tradisi di kalangan ru-
mah sakit yang dokternya cepat-cepat menyuruh pasiennya masuk kamar operasi,
meski sebenarnya belum perlu-perlu amat. Banyak cerita misalnya menyebutkan,
wanita yang harusnya melahirkan normal, dipaksa dokter melakukan operasi cae-
sar. Tapi kali ini dokter justru tidak mendorong saya melakukan operasi. Rasa
penasaran pun menyelimuti pikiran saya.
Mengapa demikian?
"Sebab manusia bukan cuma melihat dengan matanya saja.
Kita melihat dengan otak kita pula," ujar dokter tersebut
dengan bijak.
Jawaban itu sungguh melegakan, sekaligus mengingatkan saya tentang penting-
nya membedakan antara persepsi dan realitas dalam perubahan.
"Kalau mata Bapak dalam kondisi ini diubah, perubahan di matanya kecil
sekali, tetapi akan sangat merepotkan dalam gaya hidup, yaitu mengubah kebiasa-
an-kebiasaan, khususnya dalam melihat," ujarnya lagi.
Selanjutnya, mari kita lihat kasus berikut ini yang saya ambil dari majalah
Gatra. Perhatikan bagaimana masing-masing pihak menafsirkan "judul" dengan
cara mereka masing-masing.
Eep Hidayat: Album "Bugil" Bupati Eep
SUDAH banyak pejabat pemerintah yang mengeluarkan album. Dari gubernur hingga bupati. Namun, jika
ada pejabat yang diprotes gara-gara judul
albumnya, mungkin baru Bupati Subang, Jawa
Barat, Eep Hidayat. Album perdana bupati yang
doyan memakai baju kampret ini berjudul "Potret
Bugil di Malam Minggu". Begitu album ini
diluncurkan, protes berdatangan dari alim ulama,
DPRD, hingga lembaga swadaya masyarakat di
Subang.
Tapi Eep jalan terus. Sabtu pekan lalu, mirip
aksi personel band beken, Eep bernyanyi di atas truk peti kemas melintasi jalan protokol
Subang. Masyarakat berjejal di pinggir jalan memberi sambutan meriah.
Menurut Eep, pihak yang menilai albumnya bernuansa porno hanya melihat pada satu sisi, yaitu kata
"bugil". Padahal, "bugil" di situ bukan arti yang sebenarnya, melainkan kepolosan," kata pria kelahiran Sep-
tember 1963 ini kepada Wisnu Wage Pamungkas dari Gatra.
Menurut penggemar Iwan Fals ini, album berisi 12 lagu itu tidak bertendensi porno. Pada sampul album,
yang dicetak sebanyak 100.000 keping, itu Eep memang mencantumkan kata "bugil". Namun kalimat itu
adalah gabungan tiga judul lagu, yaitu Potret, Bugil, dan Malam Minggu.
Yang Jadi masalah ternyata bukan hanya cover. Dalam lagu Bugil juga termuat lirik nakal seperti: "..malam
ini kau telanjangi jiwamu/bugil di angkasa gapai bintang gemintang/tak sehelai benang pun...".
"Saya serahkan pada masyarakat untuk menilai, deh," ujarnya, menanggapi protes masyarakat. Kalau
masyarakat menganggap lagu itu berbau pornografi, "Ya, jangan dibeli," katanya enteng.
Sumber: Gatra Edisi 22,10 April 2006
• • • Persepsi dan Realita dalam Perubahan
Kejadian di atas mengingatkan saya pada kasus yang dialami oleh Luc de
Viviera yang ramai dibahas di program doktoral saya, lebih dari 10 tahun yang
lalu. Viviera adalah seorang muda, berusia 30 tahun, dan mengalami kebutaan
sejak usia 4 tahun. Kejadiannya agak mirip dengan si kecil Ray Richard Robinson
yang dapat Anda lihat dalam film Ray, yang belakangan dikenal sebagai penyanyi
dan pianis terkenal. Ray buta sejak usia 9 tahun, dan tetap buta sampai meninggal
dunia. Sedangkan Viviera mendapat anugerah untuk melihat. Pada usia 30 tahun,
Viviera mendapat telepon dari sebuah rumah sakit yang mengabarkan bahwa sese-
orang yang meninggal dunia mendonorkan matanya untuk Viviera.
Operasi segera dilakukan, dan betapa berbahagianya Viviera bisa melihat
kembali. Operasi berjalan lancar dan kini ia bisa melihat seluruh isi bumi. Seorang
ahli persepsi diminta mendampingi Viviera selama beberapa bulan. Berikut, inilah
laporannya:
"Hari-hari pertama dilewati Viviera dengan penuh ketakutan.
Orang yang biasa melihat dalam gelap ternyata sulit melihat
cahaya.
Bagi Viviera, sebulan pertama melihat, bukanlah sebuah kebahagiaan,
melainkan bagai sebuah nightmare (mimpiyang menakutkan). Apa yang ia
bayangkan dengan kota yang ramai dengan gedung-gedung yang indah,
ternyata berbeda dengan realita yang ia lihat. Kala mobil kami berjalan
lebih kencang di antara gedung-gedung pencakar langit, ia tiba-tiba menjadi
sangat ketakutan. Ia memilih menutup matanya kembali daripada
melihatnya. Benda-benda itu seperti mendekat, semakin dekat semakin
besar, dan ia merasa benda-benda itu akan menerkam dirinya, menghampiri
dan menabraknya. Persepsi terhadap jarak dan kecepatan tidak dapat
diambil begitu saja. Ia perlu belajar ulang seperti kita pada masa kanak-
kanak. Ia juga tidak bisa bergerak cepat menangkap bola yang diarahkan
kepadanya."
Apa yang terjadi dengan Viviera?
Ia melihat dengan mata realita, mata fisika, sementara
persepsinya terhadap realita itu sendiri belum terben-tuk.
Persepsi terhadap waktu, ukuran, kecepatan, gerak, warna,
cahaya dan sebagainya.
Semua yang dilihat adalah benda-benda asing yang tidak ada memorinya di
kepala Viviera sama sekali. Memorinya belum diprogram dan otaknya belum bisa
memberi perintah. Belum ada program yang misalnya mengatakan; "Gedung-ge-
dung pencakar langit tetap akan di tempat, sedangkan saya bergerak mendekati-
nya. Tingginya 100 meter, dan saya bisa menaikinya sampai ke puncak menaranya.
Ia diam saja, sayalah yang mendekat."
'Manusia yang
terikat oleh
tradisi bisa
sangat sulit untuk
berubah. Mereka
dapat menuai
kesulitannya
sendiri.'
Tidak punya mata
berarti hanya tidak bisa
melihat yang "kasat".
Tetapi mengapa kita
menjadi takut karena
melihat?
'Orang memang
cemas bila hasrat
untuk "Selamat"
menjadi begitu
penting hingga
padam
keyakinannya
tentangyang
"benar" dengan
yang "suci".
- Goenawan
Mohammad -
Orang-orang yang
pintar cenderung
tak mau mencoba
melakukan hal-hal
yang baru.
- Black & Gregersen -
Dengan kata lain,
seorang manajer
menetapkan ren-
cana untuk mencapai
target tertentu, dan
menjalankannya,
menggerakkan semua
resources yang dimiliki
(to make things happen).
'Kita tidak butuh
lebih banyak lagi
intellectual power
dalam perubahan
ini, yang kita butuh
adalah spiritual
power. Kita tidak
memerlu-kan
lebih banyak yang
kelihatan,
melainkan hal-hal
yang belum
kelihatan.
- Calvin Coolidge -
Bagi mereka yang belum menyimpan memori itu, sesuatu yang baru, dapat
ditangkap sebagai sebuah ancaman, sesuatu yang random, unpredictable (geraknya
tidak dapat diramalkan). Ia bisa mengancam, mematikan, atau bisa juga tidak
terjadi apa-apa. Tetapi rasa takut itu begitu besar.
TUGAS MANAJER:
Memelihara Realitas
TUGAS PEMIMPIN:
Mengubah Persepsi
Dalam kehidupan ini,
persepsi dan realitas dapat saja berjalan sendiri-sendiri, tetapi
keduanya harus dapat diintegrasikan.
Dalam manajemen kita mengenal istilah daily management, yaitu aktivitas
sehari-hari seorang manajer untuk terus menerus memelihara dan memperbaiki
(constantly improve the process).
Apa yang dilakukan di atas hanyalah salah satu aspek dalam bisnis, yaitu daily
management.
Kalau Anda hanya fokus pada hari ini, dan hebat dalam daily
management, Anda bisa gagal di hari esok. Ada satu tugas
penting lainnya yang ternyata banyak di-lupakan para
eksekutif, yaitu menciptakan masa depan
(inventing the future).
Anda tidak bisa bekerja hanya untuk hari ini saja, melainkan perlu meng-gagas
hal-hal baru di masa depan. Kita misalnya, tidak bisa menjalankan bisnis sejalan
dengan kurva makro dan menelusuri jalur yang sama setiap hari bagaikan garis
linear sebuah proses statistik. Dari tahun ke tahun tumbuh 5 - 10%. Seperti
tumbuhnya perekonomian. Kita mungkin saja perlu tumbuh 100 sampai $00%
seketika, dan pindah jalur, mengarungi sungai-sungai yang lebih luas.
Kita perlu mengembangkan skenario-skenario baru dan
bereksperimen dalam medan keahlian baru, mengembangkan
gagasan-gagasan ideal yang istimewa dan benar-benar
original.
MANUSIA MELIHAT, BUKAN HANYA DENGAN
MATANYA SAJA, MELAINKAN JUGA DENGAN OTAK-
NYA, DENGAN P1KIRAN-PIKIRANNYA. Inilah tugas seorang pemimpin untuk berpikir, mengubah apa yang sudah biasa
dilihat, mengubah persepsi (to change the way things are seen) dan membawa kita
ke masa depan baru.
Persepsi dan realitas adalah dua sosok yang sangat penting dikelola dalam
manajemen. Kalau Anda dibesarkan dalam mashab manajemen berbasiskan ang-ka
(kuantitatif) maka Anda dapat tenggelam dalam realitas, sehingga hebat dalam
kekinian (here and now), tetapi gagal dalam persepsi (melihat masa depan). Untuk
membangun hari ini, Anda cukup bekerja dengan inovasi.
TO INNOVATE:
To make something new in the
system
Untuk menjadi perusahaan yang inovatif, Anda perlu figur-figur yang berorien-
tasi dalam tindakan. Sehingga sering dikatakan: "Innovation links to action." De-
ngan demikian Anda bisa menghasilkan kinerja yang positif dan jarang memerlu-
kan perubahan yang radikal. Evolusi dalam suatu sistem dapat menghasilkan
sesuatu yang berubah secara alami dan cenderung continuous (berkelanjutan).
Bagaimana dengan persepsi?
Dalam buku ini kata persepsi dapat diartikan ganda, yaitu:
- Melihat dengan kasat mata, dengan panca indera, atau
- Upaya melihat jauh ke depan.
Melihat dengan pikiran berarti membuka pikiran, mengajak
berpikir, mengeksplorasi berbagai kesempatan dalam dunia
tanpa batas.
Melihat seperti ini membutuhkan cara berpikir terbuka, dengan Change DNA
yang lebih tinggi dari yang dimiliki rata-rata manusia. Dan itulah tugas pemimpin,
mengubah persepsi. Dan untuk itu diperlukan lebih dari sekadar inovasi, yaitu
kreativitas. Dengan tenaga-tenaga kreatif, Anda bisa keluar dari sesuatu yang biasa,
sesuatu yang telah menjadi kepercayaan publik, bahkan kepercayaan di kalangan
orang-orang pintar sekalipun.
Seperti kata Picasso, "to create is to break."
Picasso menandaskan bahwa setiap upaya penciptaan sesuatu
yang baru memerlukan upaya-upaya peng-hancuran, termasuk
penghancuran terhadap nilai-nilai lama atau cara berpikir yang
lama.
Sejalan dengan pandangan ini, ekonom Schumpeter, yang memperkenalkan
pentingnya entrepreneur dalam pembangunan ekonomi, menandaskan bahwa
Inovasi adalah mantra
bisnis yang sangat
penting, yang berarti
Anda mengubah realita
tentang sesuatu hal,
membuatnya menjadi
lebih baru atau
lebih baik, lebih efektif,
tetapi masih dalam
sistem yang sama.
'Orang-orang
yang disinari
Dostları ilə paylaş: |