secara resmi bagi pemimpin untuk menggerakkan orang-orang yang di-rekrut
hendaknya bukan berdasarkan kecerdasan (indeks prestasi semata-mata),
melainkan pada karakter mereka.
Seperti tampak pada gambar 4, Greatness memiliki dua pilar, yaitu pilar
pragmatis dan pilar filosofis. Biasanya
perguruan tinggi dan kursus-kursus
manajemen hanya menekankan pilar
sebelah kiri, yaitu pilar pragmatis yang
tampak pada pembentukan kompetensi
agar manajer-manajer yang dimiliki
menjadi eksekutif yang andal, efektif,
dan berpengetahuan dalam
mengeksekusi sesuatu. Padahal, masih
ada pilar kedua (di sebelah kanan)
yang disebut character, yaitu basic
principles yang membentuk keberanian
seseorang.
Dengan karakter terbentuklah
integritas, yaitu konsistensi antara
apa yang diucapkan dan yang dilakukan.
Karena integritas itulah maka seseorang
akan dihormati, dan itu merupakan modal dasar pembentukan respek (level 5
pada levels of leadership).
Dua Pilar Greatness
3. Realitas
Seorang pemimpin bekerja dalam alam yang realistis, bukan mitos, bu-
kan pula gosip atau opini-opini.
Seorang pemimpin tahu persis dan mampu
membedakan yang mana yang merupakan
ilusi orang-perorang-an dan mana yang
fakta.
Oleh karena itu ia harus berani men-challenge setiap opini yang ia terima
untuk memperoleh suatu kebenaran. Termasuk opini-opini dari teman-teman
dekat, para pendukung atau kenalan-kenalan.
Gambar 6.3
Dalam praktiknya, para pendukung perubahan yang memiliki kepemim-
pinan yang kuat, biasanya akan menghadapi rangkaian serangan dari kelom-
pok yang tidak mau berubah (the status quo atau the establishment). Yang
mereka sebarkan adalah rumor atau gosip yang sifatnya membunuh karak-ter
(character assassination) calon pemimpin itu. Serangan juga akan datang dari
para mantan pemimpin level 1 yang posisinya terancam dan perannya
memudar.
Dalam setiap era transformasi, rumor yang faktanya keliru akan banyak
sekali ditemui di lapangan. Adalah biasa sekali, seseorang yang berprestasi di-
bunuh karakternya dan dicarikan cara agar ia dapat dijauhi atasannya. Karena
itu seorang pemimpin harus dapat memilah-milah dan mewaspadai hal ini.
Pembunuhan biasanya dilakukan oleh pengecut yang tidak percaya diri.
Organisasi dapat mendukung Re-Code the leader dengan menciptakan iklim
organisasi yang sehat, terbuka, dan menumbuhkan self confidence orang-
orangnya.
4. Etika (Ethics)
Dalam leadership diamond, yang dimaksud dengan etika adalah being
sensitive to people. Dengan kata lain, pemimpin di sini
adalah pemimpin yang humanis. Ia tidak akan melakukan
apa pun yang dianggap dapat merugikan orang lain,
apakah itu bawahan, atasan, pemegang saham, komuni-tas
di sekitar perusahaan, konsumen, warga masyarakat dan
sebagainya.
Kepada konsumen, kita berjanji tidak akan memasarkan, bahkan
mengkomunikasikan apa pun yang akan merugikan mereka. Sampah, po-lusi,
produk yang berbahaya atau harganya terlalu mahal, kemasan yang
berlebihan, berbohong, membahayakan kesehatan, menimbulkan dampak
negatif, apakah itu ketagihan, ataupun kebiasaan-kebiasaan yang buruk. Ke-
pada pemegang saham kita akan memberikan segala informasi yang benar,
termasuk hal-hal yang dapat merugikan mereka. Kita tidak mencuri hak yang
menjadi milik mereka. Kepada bawahan kita tidak merusak kehidupan
mereka dan berupaya menyejahterakannya sekuat tenaga. Kepada negara kita
penuhi kewajiban-kewajiban kita berupa pajak dan kewajiban-kewajiban hu-
kum. Dan kepada komunitas kita jaga ketenangan dan kedamaian mereka.
Dalam hal-hal tertentu ethics berarti cost, dan bekerja lebih keras. Ia juga
berarti mendahulukan orang lain yang artinya pengorbanan dan pelayanan.
Kita tidak akan melakukan hal-hal yang kita sendiri tidak mau menerima-
nya, andaikan kita menjadi mereka. Tetapi ini jauh lebih baik daripada mene-
rima hukuman dari publik yang sanksinya sangat berat, baik dari segi biaya
maupun citra (nama baik).
'Pemimpin yang
bijak tidak akan
membiarkan
pengikutnya terus
menerus hidup
dalam mitos.
Mereka harus
diajak melihat
apa yang dilihat
dengan jelas dan
belajar hidup
dalam alam yang
lebih realistis.'
'Betapapun
tinggi kuasa yang
dimiliki, kalau
seseorang hanya
mampu men-jaga
sistem dan aturan,
maka ia tak lebih
dari manajer
biasa. Bahkan,
dengan kuasa itu
Anda dapat
menjadi
penghalang peru-
bahan. Seorang
"change maker"
akan memulai
kerjanya dengan
mengatakan:
Pertama-tama,
bongkar dahulu
aturan-aturan
yang ada!'
'Siapa yang tidak
bisa menghidup-
kanjanganlah
mematikannya.'
Pemimpin besar adalah pemimpin yang sadar akan nama
baiknya, dan ia bekerja dengan kepercayaan. Semua itu
diperoleh karena ia menuntut standar yang tinggi, yang
berawal dari nilai-nilai yang ia anut. Semua itu dilakukan
karena ia sensitif terhadap orang lain.
Pemimpin besar memerlukan organisasi yang "besar" pula. Timbal balik.
Maka organisasi perlu mendukungnya dengan membuat standar yang tinggi,
merekrut karyawan yang memiliki dan mendukung nilai-nilai yang etikal,
memilih pemimpin yang sensitif terhadap orang lain, menerapkan nilai-nilai
yang dijaga ketat dan berani memberikan Sanksi kepada siapa pun yang
melanggarnya.
Re-Code di sini berarti membentuk kembali dengan menanamkan nilai-
nilai dan standar yang tinggi, dan mengangkat mereka yang memegang teguh
nilai-nilai itu sebagai pemimpin.
'Seseorang kita
sebut pemimpin,
kala kata-kata-
nya mendorong
orang lain
bergerak.'
Tabel 6.2
Re-Code The Leader
(Dalam Leadership Diamond)
Leadership Diamond Tindakan/Dukungan Manajemen
1. Vision Membuka pagar batas organisasi, agar lebih
Think big and new banyak "jendela"
• Imaginative
Memberi multi perspektif melalui perjalanan
inspiratif, pencerahan-pencerahan Pelatihan-
pelatihan terbuka, memberi ruang interaktif
dengan dunia luar (termasuk di luar industri)
2. Courageness • Pelatihan-pelatihan yang membentuk kekuatan
• Mendorong keberanian dalam hati dan encouragements
bertindak • Penyediaan dan diskusi buku tentang tokoh-
• Memegang teguh nilai-nilai
tokoh pembaharu
• Rekrutmen berdasarkan "values"
• Penanaman nilai-nilai (basic principles)
Tumbuhkan self confidence, team confidence,
trust, image
Hukum tegas para pemain "politik" yang
menyebarkan gosip/rumor
4. Ethics
• Sensitive to people
Bekerja dengan standar nilai-nilai yang tinggi
Menanamkan nilai-nilai baru dan menerapkannya
Menghukum mereka yang melanggar nilai-nilai
itu
Mengadopsi nilai-nilai keterbukaan (transparansi),
melakukan audit secara berkala
Menanam kembali nilai-nilai baru mulai dari
karyawan baru sampai top eksekutif
3. Reality
Mampu membedakan antara fakta
dan ilusi ••• Rasa Keterasingan
Sampai di sini mungkin Anda - para manajer, CEO, atau birokrat - bertanya-
tanya: Perlukah Re-Code? Bukankah semua yang disebutkan di atas sudah kita
jalankan? Mungkin Semuanya, mungkin juga sebagian. Atau Anda barangkali akan
bertemu dengan orang-orang sok tahu yang memulainya dengan memban-tah,
menyangkal atau berargumentasi.
Dalam konsep Re-Code, orang-orang yang demikian adalah orang yang berba-
haya. Bukan karena kekuasaan atau kesombongannya, melainkan karena mereka
telah menjadi kurang tanggap, kurang sensitif. Mereka telah menyatu dengan per-
soalan dan tidak bisa membedakan persoalan-persoalan baru dengan persoalan-
persoalan lama. Sementara itu di tangan mereka masih tergenggam solusi-solusi
lama. Sekali lagi, "We can't solve new problems with old solutions."
Orang-orang yang terlalu larut dengan persoalan, Umumnya adalah "kaum
pedalaman" yang telah larut dalam keseharian dan tidak lagi memiliki rasa keter-
asingan. Sejarawan Taufik Abdullah pernah mengingatkan, dalam ilmu penge-
tahuan saja kita perlu orang-orang yang selalu merasa terasing. Seperti seorang
turis yang baru tiba di suatu negara, ia merasa serba terasing dan banyak bertanya.
Mereka bertanya karena melihat "gap", yaitu antara yang biasa dan tidak biasa.
Rasa keterasingan akan membuat orang melakukan Pertanyaan-pertanyaan kritis:
Mengapa demikian dan mengapa bisa? Dari pertanyaan itu, kelak akan muncul
temuan-temuan.
Sayangnya, orang-orang lama cenderung sudah larut dan tidak bertanya lagi.
Kalaupun Anda mempertanyakannya: Mengapa demikian? Maka mereka akan
dengan cepat menukas: "Dari dulu juga sudah demikian!" Mereka akan mengata-
kan hal itu tidak perlu dipertanyakan, tidak perlu diubah, dan tidak bisa diubah.
Hal-hal sederhana, tradisi dan kebiasaan-
kebiasaan seringkali telah menjelma menjadi
belenggu.
Di sana ada banyak benalu yang harus dibersihkan. Caranya adalah dengan
terus menerus mengajukan pertanyaan: Mengapa harus begitu? Apa lagi yang ha-
rus kita lakukan agar menjadi lebih baik lagi? Dan seterusnya.
Itulah sebabnya banyak organisasi yang akhirnya tak punya pemimpin. Mereka
hanya punya pekerja, yang bekerja dengan tradisi. Mereka menjadi sangat angkuh
dan menikmati keberadaan mereka, meski hidup mereka semakin hari semakin mis-
kin dan banyak keluhan. Pemimpinnya harus diimpor dari luar. Orang baru ini
datang dengan rasa keterasingan dan membawa angin perubahan. Komunikasi pada
gelombang yang berbeda pun terjadi. Dan mereka saling bermusuhan, begitu mu-
dah menjadi keributan dan datang pihak ketiga yang mengambil kesempatan.
Kita semua berkepentingan untuk bekerjasama dan saling mencocokkan
gelombang kita. Itu sebabnya kita memerlukan Re-Orientasi OCEAN seperti yang
ada pada bagian bawah model kita. Kita perlu bantuan pihak ketiga untuk
menyamakan gelombang-gelombang itu. Sama-sama membuka pikiran, men-
Penyakit-penyakit baru
yang muncul belakang-
an ini memerlukan
obat-obat baru dan
cara-cara penanganan
yang berbeda.
'Pemimpin dapat
menggerakkan
karyawannya
dengan beberapa
cara. Pertama,
tetapkan dulu hal-
hal yang Anda
percayai
dibutuhkan
(resources-nya)
untuk melakukan
perubahan dan
mencapai tanah
harapan. Setelah
itu lakukan
pengujian kepada
para pengikut
apakah mereka
percaya bahwa
mereka sudah
memiliki sumber-
daya
tersebut.'
Tetapi apa yang ia
lihat akan berbeda
dengan yang dilihat
orang-orang lama, para
pribumi organisasi.
Tidak jarang terjadi
benturan-benturan,
hambatan-hambatan.
Tontonlah film ini:
Coach Carter
(a true story)
yang dibintangi oleh
Samuel L.Jackson
'Siapa yang
mengatasna-
makan orang
banyak, belum
tentu mewakili
kehendak yang
sesungguhnya.'
jelajahi pikiran-pikiran lama dan dunia baru. Menjelajahi medan-medan baru yang
belum dikenal dan menemukan cara-cara baru.
Kita perlu cermin untuk melihat wajah kita, bukan dengan
pikiran-pikiran lama, melainkan memuat jalan-jalan baru,
yang mungkin kita belum pernah menjelajahinya. Kita perlu
keberanian untuk "get lost" (kesasar) agar menemukan jalan-
jalan baru.
••• Leader Style
Akhirnya kita sampai pada suatu pilihan, yaitu cara memimpin bagaimana
yang cocok. Re-Code Change DNA tidak menggariskan satu model kepemimpinan
yang cocok untuk segala persoalan dalam setiap keadaan cuaca.
Dalam Re-Code, leadership style adalah sebuah seni untuk
menggerakkan suatu perubahan.
Dalam hal ini hendaklah kita berhati-hati dengan seruan-seruan yang sifatnya
sektarian yang menonjolkan satu bentuk kepemimpinan yang berlaku universal.
Saya ingin tegaskan ada cukup banyak pilihan yang dapat kita ambil untuk me-
mimpin suatu unit usaha atau departemen.
Pada prinsipnya, ada dua cara memimpin yaitu
shopping dan controlling
Ini pun harus dipilih dengan macam-macam kondisi, yaitu apakah kondisi
yang kita hadapi begitu stabil dan predictable atau sama sekali bergejolak dan un-
predictable. Oleh karena itu akhirnya kita punya enam jenis leadership style, apakah
style seperti seorang CEO (director style), menjadi motivator, penerjemah, naviga-
tor, perawat, atau pejabat sementara. Mari kita bahas dulu perbedaan antara shap-
ing dan controling.
• • Shaping atau Controlling
Dari buku-buku dan studi tentang ilmu manajemen yang saya baca dapat saya
simpulkan bahwa memimpin tidak harus berarti mengontrol. Ketika banyak
berinteraksi dengan para CEO, saya dulu memang pernah beranggapan bahwa
dalam memimpin, kita harus benar-benar merasa "everything is under control".
Saya harus bisa mengendalikan semua orang, semua anggaran dan sumber daya,
semua komando, semua nilai-nilai, dan sebagainya. Bukankah manajemen modern
mengajar kita harus demikian? Tapi itu dulu.
Manajemen sebagai kontrol mengacu pada teori Henry Fayol yang menekankan,
Adanya hubungan yang erat antara perencanaan dengan
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan
pengendalian (controlling). Maka sebagai pemimpin, seseorang bukan hanya harus membuat rencana,
melainkan juga mengimplementasikan dan mengendalikannya.
Dalam pandangan ini pula, Selanjutnya manusia dapat diberi perintah dengan
mudah dan cukup diberitahu apa peran mereka yang sesungguhnya. Mereka
diberitahu secara detail resources apa yang dapat mereka gunakan, berapa banyak,
dan mereka akan bekerja secara efisien, mencapai apa yang telah ditargetkan. Dan
seperti namanya, mereka akan dikontrol dari hari ke hari, dari absensi dan disp-lin
harian, dari pelaksanaan tugas, dan sebagainya. Semua ada aturan dan SOP
(standard operating and procedure)-nya. Semua harus patuh dan tidak boleh meng-
gunakan kreasi masing-masing.
Manajemen sebagai shaping berbeda seratus delapan
puluh derajat dengan manajemen sebagai controlling.
Dalam Pendekatan ini, organisasi tidak dipandang sebagai sebuah benda mati
yang mekanistik, melainkan sebuah makhluk hidup yang organik. Ia hidup karena
kemandirian, kemerdekaan, dan kreativitas berpikirnya. Tapi ia juga punya memori
yang merekam semua peristiwa penting dan memori itu dapat memberi perintah.
Mengambil sesuatu yang baru (learning) akan sama sulitnya dengan menghapus
yang sudah terekam.
Dalam pendekatan shaping, manusia-manusia dalam
suatu entitas diajak berproses dan mengembangkan
kapabilitas adaptasinya.
Dengan mengalami sendiri, orang diajak berpikir dan terbuka terhadap pe-
ngalaman-pengalaman baru. Kalau ia berjalan baik, maka perlahan-lahan ia dapat
menghapuskan memori yang sudah membentuk "believe" di masa lalu. Pemimpin
di sini tidak perlu mengontrol secara ketat, cukup menghidupkan simpul-simpul
syaraf pada sejumlah titik dan mengajak mereka semua berpikir dan bergerak
bersama-sama (lihat bab 10, Re-
Bagaimana Anda Memimpin Perubahan
(Shaping or Controlling)?
Code Pikiran). Tentu saja Anda ses-
ekali bisa memberi komando dan
menekankan adanya respek.
Di dunia birokrasi atau pada badan-
badan usaha yang terlan-jur berusaha
dalam lingkungan yang relatif stabil,
mengubah suatu yang tadinya birokratik
menjadi nonbirokratik tentu
mengandung persoalan yang sedikit
lebih rumit. Masalahnya organisasi
birokratik cenderung bekerja top-down
dan mekanistik. Di dalam organisasi
Dalam cara ini,
kepemimpinan berarti
hierarki, dari atas turun
ke bawah bergerak
seperti sebuah mesin.
Organisasi dipandang
sebagai suatu kumpulan
manusia-manusia yang
bertindak secara
rasional dan mampu
melakukan kalkulasi
secara matematis, serta
menyerap semua perin-
tah dan bergerak secara
mekanistik.
SHAPING Lebih bersifat menggerakkan,
Kita memperlakukan organisasi seperti layaknya
makhluk hidup yang bernapas dan berperasaan;
Mendorong orang terlibat dalam pengambilan
keputusan;
Membantu menemukan cara mengatasi masalah;
Lebih dekat dengan action & assumption.
CONTROLLING
Lebih bersifat top-down, hierarki;
Kita memperlakukan organisasi seperti layaknya se-
buah mesin yang dapat dikendalikan dengan budget
& sistem;
Setiap orang diberi job description, diperintah,
diberi peran yang jelas dan dikendalikan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Shaping cenderung
lebih demokratik
dan memberi ruang
bagi orang lain untuk
merasakan sendiri,
melihat, bergerak,
mengambil keputusan,
dan menyelesaikan
perubahan.
yang demikian, manusia cenderung tidak diberi kesempatan berpikir. Mereka
cukup dibuat bergerak secara habitual (melalui kebiasaan-kebiasaan yang rutin dan
standar) sehingga membentuk tradisi.
Dalam organisasi yang menghadapi lingkungan yang bergejolak, tentu saja
birokrasi mendapat tantangan yang sangat serius. Organisasi perlu diajak berpikir.
Seperti sebuah pesawat terbang yang memasuki kabut pekat yang cuacanya
bergejolak (turbulence), maka para awak kabin tidak boleh lagi mengandalkan
autopilot yang sudah terprogram, melainkan harus mengandalkan kemudi (self
piloting) dengan menggunakan otaknya sendiri, mencari celah di antara berbagai
ketidakpastian.
Shaping dalam perubahan berarti menggerakkan cara
berpikir partisipatif, dekat dengan masalah, sehingga
mereka semua dapat memperbaharui pengetahuan mereka
dalam merespons perubahan.
Dengan kata lain orang tidak lagi boleh hanya bekerja dengan mengandalkan
habitnya saja, atau bekerja dengan tradisi saja. Akibatnya, semua orang yang
bekerja dituntut untuk juga memimpin dan pemimpin yang bertugas juga harus
bekerja timbal-balik. Konsekuensinya, pemimpin hanya dituntut bekerja keras di
awal perubahan. Begitu simpul-simpul ini bekerja, mereka akan bergerak sendiri.
Maka model kepemimpinan ini lebih aman untuk terselesaikannya perubahan
daripada model controlling yang amat tergantung pada satu orang yang
mengontrol, yaitu direktur.
••• Persepsi terhadap Hasil Akhir
Sikap kepemimpinan dalam perubahan tidak bisa lepas begitu saja dari
persepsi pemimpin terhadap kemungkinan hasil yang dapat dicapai (outcomes).
Apalagi dalam suasana yang chaos, terbuka atau bergejolak, segala kemungkinan
harus diperhitungkan. Tidak semua keinginan pemimpin dapat dicapai dalam
situasi yang demikian.
Pemimpin perubahan perlu mempertimbangkan berbagai risiko gagal
yang ditimbang-timbang dari sejumlah faktor seperti:
1. Apakah sistem organisasi bersifat terbuka atau tertutup?
Badan-badan usaha milik negara dan lembaga-lembaga milik pe-
merintah adalah sebuah sistem yang terbuka. Semakin terbuka, berarti
semakin besar perhatian pihak di luar dan semakin me-mungkinkan
lebih banyak pihak yang terlihat untuk mencampuri urusan internal. Sehingga kemungkinan berhasilnya perubahan
100% semakin kecil. Kalau sampai reputasi saja sudah tidak
dimiliki dan dukungan dari stakeholders semakin rendah, maka
dapat dipastikan hasil yang akan dicapai (outcomes) akan tidak
dapat diduga.
2. Kalau ia perusahaan swasta yang besar, mengelola sumber
daya alam yang sensitif, menyerap tenaga kerja dalam jumlah
yang sangat besar. Termasuk perusahaan publik atau yang me-
nyangkut hajat hidup orang banyak, berskala besar, mengandung
risiko yang tidak kecil, melibatkan banyak kepentingan, atau me-
nangani bidang yang strategis. Sudah pasti segala tindakan enti-
tas ini menarik perhatian masyarakat. Maka begitu ada masalah,
reputasi cepat tergores, dan hasil yang bisa dicapai mungkin ha-
nya sebagian. Ini berbeda dengan perusahaan-perusahaan swasta,
lembaga-lembaga yang sistemnya tertutup (perusahaan keluarga,
perusahaan multinasional dan sejenisnya), maka dapat dipastikan
hasilnya dapat lebih mudah dicapai dan diduga berhasil.
3. Apakah ada konflik kepentingan? Semakin besar konflik
antara pihak di dalam dan pihak di luar, dan antara berbagai
kepentingan di dalam, maka kemungkinan pencapaian hasil se-
makin tidak bisa diduga dan Sebaliknya.
4. Kebebasan dalam mengangkat orang, menyusun tim dan
menyelesaikan tugas. Semakin besar kebebasan yang dimiliki
berarti semakin mandiri dan semakin mudah mencapai hasil,
demikian pula Sebaliknya. Macam-macam Cara Memimpin
Sekarang marilah kita gabungkan antara cara memimpin (shaping atau con-
trolling) dengan persepsi eksekutif terhadap kemungkinan pencapaian hasil (sesuai
dengan yang direncanakan, sebagian saja atau tidak dapat diduga sama sekali).
Hasil perkalian 2x3 model ini menghasilkan 6 jenis cara dalam memimpin yang
disebut tipe direktur, navigator, pejabat sementara (caretaker), pelatih (coach) atau
motivator, penerjemah dan perawat (nurturer).
'Apakah Anda
rusa ataupun
harimau, kedu-
anya harus sama-
sama lari kencang
supaya Selamat.'
-Sheikh Mohammed
Bin Rasyid Al
Maktoum -
Persepsi
terhadap
Hasil Akhir
Tabel 6.3
Cara Memimpin
Caranya
Shaping Controlling
Sesuai yang
direncanakan
Menjadi Pelatih
(Motivator, OD)
Direktur (N-
Step model)
Hanya sebagian
dapat diperoleh
Penerjemah
(Interpreter)
Navigator
(Skenario)
Tidak dapat diduga
(sangat liar)
Perawat
(Nurturer)
Pejabat Sementara
(Caretaker)
1. Tipe Direktur
Tipe ini sangat mungkin diterapkan pada organisasi tertutup yang eksekutif-
nya cenderung otonom, memiliki kapasitas yang tidak terbatas dalam melakukan
perubahan. Direktur dapat menggerakkan seluruh sumber daya, memberikan arah,
Dostları ilə paylaş: |