dihindari. Al dan Laura Ries (2006) menunjukkan bahwa hewan-hewan utama
pun berevolusi ( l ihat Gambar 2.1).
Mereka pun sudah
mulai mencari jalan
mengenal Tuhan. Hanya
saja Tuhan yang mereka
cari masih belum
mereka temukan.
Dalam proses evolusi
Selanjutnya barulah
bangsa-bangsa di
sekitar Mesir mengenal
Tuhan dan berkem-
banglah ajaran-ajaran
monoteisme yang
mengenal Tuhan mela-
lui Firman-Nya. Saya
sendiri percaya, proses
pencarian "Tuhan" bagi
bangsa-bangsa di
Timur Tengah melewati
masa yang panjang.
Gambar 2.1
Dalam seleksi alam,
menurut Darwin, bukan
yang terkuat yang akan
bertahan, melainkan
yang paling adaptif.
Mitsui misalnya, adalah
sebuah perusahaan
terkuat diJepang
sebelum perang
dunia kedua berakhir.
Namun setelah Jepang
kalah, Amerika melihat
Mitsui sebagai ancaman
karena mereka mampu
membuat senjata.
Mitsui pun harus
dibubarkan, dan yang
lebih menyakitkan,
perusahaan-perusaha-
andi Jepang dilarang
menampung "alumnus"
Mitsui dalam jumlah
lebih dari dua orang.
Aset-aset Mitsui
dipecah menjadi sekitar
200 perusahaan.
Pada Gambar 2.1, tampak pencabangan dari keturunan panther, yang mem-
bentuk kategori-kategori baru hewan pemangsa, yaitu jaguar, leopard, harimau,
dan singa. Hal serupa juga terjadi pada keturunan hewan orang utan yang men-
jelma menjadi monyet, gibon, gorila, simpanse, sampai tarsius yang hanya sebesar
ukuran jempol Anda.
Mereka berubah membentuk kategori baru dengan
kode-kode DNA yang baru.
Menurut Charles Darwin dalam bukunya yang terkenal, The Origin of Spe-
cies, makhluk hidup mengalami tekanan-tekanan untuk mampu terus bertahan.
Mereka akan melewati proses seleksi alamiah secara perlahan-lahan, sehingga se-
bagian dari spesies yang ada akan mengalami kepunahan, tetapi pada saat yang
bersamaan juga akan muncul spesies baru atau kategori-kategori baru. Seleksi
alam bukan hanya terjadi pada hewan dan tumbuh-tumbuhan.
••• Perusahaan-perusahaan dan
Merek-merek pun Berevolusi
Dalam Teori Evolusi, Charles Darwin memperkenalkan dua istilah yang sa-
ngat penting, yaitu anagenesis dan cladeogenesis.
ANAGENESIS
Pada dasarnya adalah sebuah evolusi yang
menggeser sosok makhluk hidup dari satu
kondisi di masa lalu menjadi seperti sekarang.
Dalam ilmu perubahan, anagenesis sering juga
disebut dengan istilah perubahan perlahan-lahan
(gradual change) atau incremental change. Ada
yang menyebutnya sebagai proses inovasi, atau
renovasi. Misalnya buah durian yang tadi-nya
berpohon tinggi dan buahnya relatif kecil berhasil
diubah menjadi berpohon tidak tinggi, namun
berbuah besar.
CLADEOGENESIS
Adalah proses pencabangan, dari suatu batang
pokok kepada cabang-cabang baru. Dari panther,
muncullah leopard, singa, harimau, dan jaguar.
Proses evolusi yang bercabang-cabang baru ini
kelak dikenal dengan istilah divergence. Pada
kategori besar yang serupa muncul sub-sub kate-
gori yang berbeda, namun memiliki kemiripan
kode-kode molekul pembawa sifat
Kedua istilah yang berasal dari Charles Darwin itu kemu-
dian menjadi sangat dikenal dalam bisnis. Para ahli menemu-
kan bahwa perusahaan-perusahaan dan merek-merek besar
pun tidak luput dari proses seleksi alam.
Di Pulau Jawa, kelompok perusahaan raksasa berbasiskan
agrobisnis yang sempat menguasai sebagian besar pasar di
Asia juga berevolusi setelah perang berakhir. Oei Tiong Ham
Concern yang dikenal sebagai raja gula selama puluhan tahun,
tiba-tiba harus meninggalkan negeri ini karena terbukti pega-
wai-pegawainya melakukan kegiatan perdagangan yang ilegal.
Sebagian keturunannya melarikan diri, dan harta-harta mi-lik
perusahaan diambil alih oleh negara. Sekarang Oei Tiong
Ham Concern telah berubah wujud menjadi PT. Rajawali Nu-
santara Indonesia yang bergerak dalam bidang perkebunan,
pabrik gula, pabrik obat, perdagangan umum, asuransi, dan
sebagainya.
Demi eksistensinya di sini, Coke tidak hanya menjual soda,
melainkan juga air mineral (Ades). Sementara pemimpin pasar air
mineral (Aqua) terpaksa melakukan co-branding dengan Danone.
Sementara itu, Nokia yang pada masa perang dingin menjadi anak
kesayangan Uni Soviet dengan memproduksi alat-alat
telekomunikasi, hasil hutan, televisi dan sepatu boot, beralih ke
teknologi mobile digital (cellular phone). Semua pergeseran itu
tentu ada alasan-alasannya. Tekanan-tekanan lingkungan
memaksa mereka untuk berubah atau punah.
••• Kompetisi Mendorong Perubahan
Sejak teori ekonomi diperkenalkan, para ahli sepakat bahwa
kompetisi itu sehat. Kompetisi dapat mendorong kegairahan
untuk memacu prestasi dan kreativitas. Berkat kompetisi maka
produk-produk yang ditawarkan akan menjadi lebih bervariasi,
lebih banyak pilihan, lebih baik, lebih cepat, lebih hemat energi,
dan lebih murah. Orang yang berkompetisi akan terlihat gerah,
karena sekali saja ia lengah, posisinya di pasar persaingan akan
berubah. Ia dapat dikalahkan sewaktu-waktu.
Saya sering mengatakan kepada para mahasiswa atau peserta
seminar:
KITA BISA SAJA MENJADI TAMPAK TUA BUKAN
SEMATA-MATA KARENA KITA BENAR-BENAR SUDAH
TUA. KITA BISA MENJADI TAMPAK TUA KARENA ADA
BANYAK ORANG YANG "TAMPAK" LEBIH MUDA DI
SEKITAR KITA.
Orang yang "tampak" muda itu bisa saja benar-benar berusia
muda, tetapi tidak jarang terjadi orang-orang sebaya kiia atau
lebih tua dari kita juga tampak' lebih muda. Mengapa mereka
tampak lebih muda? Jawabnya adalah karena mereka merespons
pe-rubahan dan memperbaharui diri. Mereka mengganti
kacamatanya sehingga tampak lebih modis, potongan rambut
disesuaikan dengan sclera zamannya, demikian pula cara mereka
berpakaian dan mengungkapkan pikiran-pikiran mereka.
Perusahaan juga bisa menjadi tampak tua karena hal-hal sepele.
Gedungnya kusam, lampu-lampunya rcdup, pegawainya tidak
diurus dengan baik, respons terhadap berbagai permintaan lambat
atau bahkan kurang tanggap, banyak melakukan kesalahan,
logonya lama tak diremajakan, armadanya sudah tua, usia
pegawainya rata-rara sudah tua, tingkat turnover-nya. rendah,
pakaian mereka ke-tinggalan zaman, dan yang lebih penting lagi
produk dan jasa yang ditawarkan dari waktu ke waktu tetap sama.
Di tangan direksi yang
sekarang mengelola,
pernah disampaikan
kepada penulis, bahwa
PT. Rajawali mempunyai
visi akan berevolusi
menjadi perusahaan
energi hijau yang ramah
lingkungan. Itulah yang
menyebabkan Rajawali
mulai menanam pohon-
pohon jarak dikebun-
kebun miliknya.
Tarsius adalah simbol
kasih sayang, karena
hanya mengawini satu
pasangan saja. Kalau
salah satu dipisahkan, ia
akan mati.
Manusia menangkap
kesan pertama melalui
mata. Dari mata terben-
tuklah persepsi melalui
pikiran.
Ini berlaku bukan hanya
untuk dunia usaha saja,
melainkan juga
universitas-universitas
atau lembaga-lembaga
pendidikan (yang harus
terus memperbaharui
kurikulum dan teaching
delivery, dan pengajar-
pengajarnya), badan-
badan pemerintah,
badan-badan amal dan
lembaga-lembaga
keagamaan serta lem-
baga-lembaga swadaya
masyarakat.
Namun hati-hati kalau
sudah terlalu tinggi,
para manajer hanya
akan disibukkan untuk
wawancara calon karya-
wan. Dan akan ditemui
lebih banyak keluhan
daripada senyuman.
Perusahaan yang dipersepsikan "tua" adalah perusahaan yang dianggap seben-
tar lagi akan mati. Pasar beranggapan perusahaan ini layak ditinggalkan. Ia layak
ditinggalkan karena dianggap sudah "tidak fit" lagi dengan keinginan-keinginan
para pelanggannya. Semua itu menunjukkan bahwa mereka tidak inovatif.
"Menjadi tampak muda" adalah sebuah tuntutan. Itu sebabnya lembaga-lem-
baga yang ingin sehat dituntut untuk melakukan rekrutmen pegawai secara berka-
la dan menjalankan pensiun bagi yang sudah melewati usia tertentu. Dan bagi
yang sudah pensiun harus rela meninggalkan gelanggang, bukan menimbulkan
kegaduhan-kegaduhan lewat pesan-pesannya melalui cara-cara tidak resmi.
Dahulu kita beranggapan mempertahankan loyalitas karyawan sangat pen-
ting. Turnover yang rendah berarti bagus. Tetapi sekarang di mana-mana mulai
terdengar tawaran "pensiun dini", sementara rekrutmen baru (fresh graduates)
tetap dilakukan. Refreshment semata-mata dibutuhkan agar terjadi penguatan
mutu DNA.
Harap diingat: Setiap pemikiran akan produk adalah
hasil dari perkawinan pemikiran. Perkawin-an
pemikiran yang sehat adalah perkawinan si-lang
antara latar belakang, budaya, pengetahuan, dan
tentu saja antargenerasi.
Mengapa demikian? Semua itu diperlukan untuk menciptakan penyegaran.
Bahkan sekarang ditemui, masalah besar justru dihadapi oleh perusahaan-perusaha-
an (misalnya bank pemerintah atau badan-badan usaha milik negara/daerah) dan
negara (pegawai negeri) yang turnover (perputaran) karyawan-karyawannya ren-
dah sekali. Semakin mereka merasa nyaman dan betah bekerja, semakin sulit bagi
perusahaan/institusi untuk melakukan peremajaan. Sebaliknya, semakin kuat
turnover, semakin besar kesempatan bagi perusahaan/institusi untuk memperba-
harui mutu SDM.
••• Kompetisi Juga Bisa Mematikan
Secara teoritis, kompetisi dianggap sehat dan mampu menggairahkan.
Kematian atau kepunahan biasanya menimpa organisasi-organisasi yang
mengalami kekakuan dalam pengelolaan sumber daya-sumber dayanya (resource
rigidity). Mereka yang tak mempunyai ruang sama sekali untuk memperbaharui
mutu SDM misalnya, sangat berisiko menghadapi kematian alami. Pembaharuan yang dimaksud di sini tentu saja bukan
sekadar memangkas, mempensiunkan atau mengganti-
kan, melainkan juga memperbaharui sikap mental,
keahlian, dan kompetensi.
Seleksi alam terjadi di mana-mana, tetapi menjadi tanggung jawab kita untuk
mencegahnya.
••• Kompetisi Bisa Melahirkan Produk-produk Baru
Karena kompetisi, sebuah produk bisa mengalami pembaharuan-pembaharu-an.
Masa-masa awal produksi computer chips misalnya, diwarnai oleh ketegangan-
ketegangan antara Intel dan Fujitsu. Intel sadar betul, dirinya tidak akan mampu
bertahan kalau tidak melakukan pembaharuan secara terus menerus. Apalagi para
pelaku usaha pembuat software dan komputer terus menerus memacu diri dengan
kompetisi yang keras. Maka meluncurlah perangkat-perangkat komputer dengan chips
processor baru yang bergeser dari waktu ke waktu, mulai dari model XT, AT, lalu
Pentium, Centrino, dan Dual Core. Masing-masing dengan pembaharuan besarnya
kapasitas, serapan energi, keakurasian dan kecepatan yang jauh lebih baik.
Perubahan yang demikian dalam teori evolusi disebut anagenesis (gradual
change).
Banyak penghambat
perubahan berpura-
pura paling bermoral.
Mereka percaya hanya
merekalah yang men-
jaganya. Padahal dari
tangan merekalah
lonceng kehancuran
dibunyikan. Bukan
nilai-nilai mulia yang
mereka jaga, melainkan
peraturan-peraturan
lama yang harusnya
sudah dimuseumkan.
Sekali roda pembaharuan bergerak ke depan, maka sulit bagi
seseorang untuk kembali ke belakang.
Konsumen mungkin saja marah dan komplain terhadap begitu banyaknya pilihan
dan begitu cepatnya pembaharuan.
Tetapi sekalipun komplain, mereka tetap saja konsumen,
yaitu sangat menyukai adanya pilihan-pilihan.
Sekarang marilah kita lihat apa yang terjadi, bila salah satu dari pelaku pembuat
komputer tetap saja memasarkan komputer model XT ke pasar yang sudah berkenalan
dengan chips Centrino atau Dual Core.
Apakah mereka mampu bertahan?
Tentu saja tidak!
Kita tidak bisa menawarkan solusi kemarin untuk mengatasi persoalan hari ini.
Dalam bahasa Al dan Laura Ries dikatakan,
"You can't sell yesterday's products to
today's consumers."
Anda mungkin mengatakan hanya orang gila yang masih melakukan cara-cara
seperti itu. Ternyata keliru. Sehari-hari saya masih banyak menyaksikan dunia usaha,
bahkan universitas, yang masih menawarkan produk-produk yang hanya
'We can not solve
problems with
the some kind of
thinking when we
create it.'
- Albert Einstein -
'Seseorang tidak
akan berakhir
pada saat ia
dihancurkan. Ia
akan berakhir
kalau ia sendiri
yang berhenti.'
- Presiden Nixon -
cocok di masa lalu, untuk mengisi pasar di hari ini. Tatkala masyarakat perkota-an
sudah mulai menikmati Tiramisu Cake, masih ada yang hanya menawarkan
Blackforest. Ketika seseorang sakit demam berdarah, sebagian dokter masih mem-
berikan tablet penurun demam biasa.
Celakanya mereka semua merasa benar, bahkan tak
jarang mereka mengikat erat kekuasaannya dengan
menggunakan ketentuan-ketentuan tertulis (regulasi)
yang menghambat pembaharuan.
Mari kita lihat apa yang terjadi dengan tempat belanja modern supermarket di
sini. Sampai tahun 1970-an di Indonesia kita hanya mengenal pasar tradisional
yang menyajikan segala macam kebutuhan sehari-hari. Di tempat ini konsumen
berbelanja kebutuhan sehari-hari setiap hari. Tetapi kondisi pasar tradisional saat
ini sungguh mencemaskan. Tulisan yang dimuat di harian Kompas, 7 Agustus
2006 menggambarkan betapa buruknya pengelolaan pasar tradisional.
Pedagang Cibubur Protes
Baru Tiga Bulan Dioperasikan, Pasar Sudah Kumuh
JAKARTA, Kompas - Baru tiga bulan digunakan untuk
berdagang kembali, pembangunan kembali Pasar
Cibubur, Jakarta Timur, sudah mendapat protes dari
pedagangnya. Selain mengeluhkan mahalnya harga
kios, posisi pasar yang mepet dengan Kali Cipinang
telah membuat basement selalu banjir setiap kali
hujan atau ketika air kali meluap.
Sejumlah pedagang menga-
takan, kondisi badan kali sudah
menyempitdan hingga kini
belum ada realisasi program
normalisasi Antara
pinggiran kali dan
dinding bangu-nan
pasar sekitar lima sampai
tujuh meter dan belum
tertata.
Slamet, pedagang
yang menempati salah
satu kios di basement,
mengatakan, setiap kali
hujan, air selalu menggena-ngi
basement. "Airnya sampai
setinggi betis orang dewasa. Seki-
tar 40 sampai 60 sentimeter," katanya.
Pedagang lain, Tampu, mengatakan, pasar yang
dibangun PT Deva Adhines itu mepet dengan Kali
Cipinang. "Katanya ada rencana program normalisasi
kali. Sampai sekarang kali yang sudah menyempit itu
belum juga dinormalisasi," katanya.
Para pedagang juga merasa ter-tipu
karena berdasarkan gambar
rencana yang mereka miliki
dari pihak pengelola pasar, yakni
PD Pasar Jaya, Pasar
Cibubur tidak dilengkapi
basement. Nyatanya, ada
basement. "Lebih parah
lagi, tangga
penghubung lantai
cukup curam," kata
Slamet.
Keluhan lain adalah
mahalnya kios yang ber-
ukuran 2x2 meter. Di base-
ment, harga kios Rp 15 juta
per meter persegi, sedangkan di
lantai dasar Rp 14,8 juta. Menurut para pedagang, soal harga kios itu per-
nah mereka keluhkan kepada DPRD DKI. Namun, aki-
batnya, para delegasi pedagang yang ke DPRD harus
menerima kenyataan pahit. Kios mereka disegel mes-
ki mereka sudah membayar uang muka 20 persen dari
harga kios. Menurut para pedagang, kios yang disegel
saat itu 25 unit. Akibat belum ada tanggapan, pekan
lalu para pedagang kembali mendatangi Komisi B
DPRD DKI.
Secara terpisah, Ketua Komisi B DPRD DKI Ab-
dul Mutholib mengatakan, pihaknya meminta pihak
pengelola dan pengembang membuka semua kios
yang disegel.
Direktur Perencanaan dan Hukum PD Pasar Jaya
Waluyo di DPRD waktu itu mengatakan, pembangun
an kembali Pasar Cibubur tidak melanggar aturan.
Menurut dia, pembangunan pasar di sekitar daerah
aliran sungai sudah sesuai dengan izin mendirikan
bangunan.
"Banjir di basement, itu karena ada yang mampat.
Sekarang sudah tidak lagi," paparnya.
Catatan penulis: Hal seperti ini sudah sering terjadi.
Pengecekan di lapangan, pembangunan sudah benar, tetapi
pengelolaan kurang profesional.
Sumber: Kompas, 7 Agustus 2006 (halaman 26)
Tetapi pada akhir tahun 1970-an di Jakarta mulai berkembang satu-dua su-
permarket. Tempatnya bersih, udaranya sejuk, produk-produknya pilihan, dan
konsumen mulai berkenalan dengan belanja mingguan, serta memilih sendiri
barang-barangnya dengan menggunakan kereta dorong. Ruangnya relatif lebih luas,
tetapi harga per-satu unitnya lebih mahal. Karena masih merupakan hal yang baru,
dan harganya relatif mahal, pada awal-awal supermarket diperkenalkan di sini
praktis hanya kalangan tertentu yang dapat berbelanja di situ. Baru kemudian di
pertengahan tahun 1980-an konsumen Indonesia mulai lebih aktif berbelanja di
supermarket. Hal ini antara lain didorong dengan perluasan areal supermarket dan
munculnya konsep baru supermarket yang menawarkan produk-produk yang relatif
lebih murah.
• • • Hypermarket dan Convenient Store
Konsep supermarket dengan cepat disambut oleh konsumen Indonesia. Hero
Supermarket dan Gelael yang semula membidik segmen A pada tahun 1980-an
mulai harus berhadapan dengan Golden Trully (di gedung Jakarta Theatre) yang
membidik segmen kelas sosial ekonomi B dan B+. Persaingan saat itu cukup meng-
gairahkan, sehingga masing-masing pelaku usaha mulai bersaing dalam pelayanan,
variasi produk yang luas dan adakalanya harga. Keadaan ini tidak berlangsung
lama, karena beberapa tahun setelah itu muncullah konsep-konsep belanja baru
yang disebut "grosir" (kulakan).
Tentu saja konsumen yang datang ke toko kulakan ini melakukan pembelanja-
an dengan cara yang berbeda. Mereka harus membayar iuran tahunan dan mendaf-
tar sebagai anggota.
Kalau di pasar tradisional mereka bisa membeli eceran dalam
ukuran kecil-kecil, sekarang mereka harus mem-beli dalam
skala besar.
Kereta yang mereka tarik juga besar. Jarak antara rak pada setiap koridor juga
sangat lebar. Barang-barang yang ditawarkan amat bervariasi, mulai dari kebutuh-
Kalau kita tidak dapat
menggunakan sama
sekali, perbaikilah!
'Kalau Anda
ingin membuat
Tuhan tersenyum,
jelaskanlah
rencana masa
depanmu.'
-Woody Allen-
Sesuai dengan
namanya, hypermarket
adalah sebuah swalayan
modern berkapasitas
besar yang menawar-
kan komposisi barang-
barang konsumsi
secara lengkap. Konsep
dasarnya adalah large
variety, big capacity,
devalue for price.
Hypermarket mengejar
skala ekonomis dengan
pengelolaan yang efi-
sien sehingga mampu
menjual barang-barang
berkualitas, dengan size
lebih besar tetapi harga
lebih murah.
Cara terbaik membantu
pedagang kecil bukan-
lah dengan membunuh
yang besar (hypermar-
ket), tetapi bantulah
mereka agar menjadi
pedagang yang besar.
an sehari-hari sampai elektronik, lemari es, dan perlengkapan kantor. Jadi bisa
dibayangkan, konsumen yang berbelanja adalah pembeli bulanan (berbelanja se-
bulan sekali), adakalanya untuk keluarga besar atau bahkan untuk dijual kembali di
warung-warung, atau mereka melakukan belanja berkelompok. Harganya memang
miring, tetapi mereka harus membeli dalam partai besar. Kalau mereka tak punya
kendaraan sendiri untuk membawa pulang, pasti tidak berbelanja di toko kulakan.
Setidaknya Goro dan Makro mengisi segmen itu.
Sekarang persoalannya, bagaimana supermarket
tradisional merespons proses evolusi ini.
Selain kulakan, supermarket tradisional juga tengah mengalami serangan dari
hypermarket.
Dalam perjalanannya, supermarket tradisional di berbagai negara di dunia me-
mang tengah mengalami kesulitan-kesulitan. Model bisnis supermarket tradisional
menjadi tampak kurang fit bukan semata-mata karena lahirnya hypermarket dan
kulakan, tetapi juga dengan munculnya "species" baru yang mempunyai konsep
sedikit berbeda. Gambaran persaingan ini akan menjelaskan kepada kita bahwa
proses ini bukanlah sebuah persaingan biasa, melainkan sebuah proses evolusi
yang berlangsung di mana-mana.
Pada ketiga konsep retail tersebut, konsumen melakukan pilihan berdasarkan
karakteristik kebutuhan, sehingga masing-masing bisa hidup berdampingan, seka-
ligus membatasi ruang gerak traditional supermarket.
Kalau dahulu orang berbelanja mingguan (pada supermarket),
lalu berbelanja bulanan (pada hypermarket dan
kulakan/grosir), maka pertanyaannya adalah bagaimana kalau
konsumen memerlukan kebutuhan-kebutuhan mendadak
hanya satu atau dua item saja?
Mungkin konsumen terlupa membeli sabun mandi atau sikat gigi. Mungkin
seorang ibu rumah tangga memerlukan pembalut wanita. Haruskah ia pergi ke
tempat yang jauh dari tempat tinggalnya hanya untuk membeli satu atau dua item
itu saja ke supermarket?
Convenient store adalah toko swalayan yang tidak terlalu besar yang me-
nyajikan barang-barang kebutuhan sehari-hari yang sering kali terlupa dibeli oleh
konsumen pada saat belanja mingguan atau bulanan. Seven Eleven, seperti na-
manya dibuka pukul tujuh (sebelum jam traditional supermarket buka) dan tutup
pukul sebelas malam (setelah jam traditional supermarket tutup).
Jaringan toko ini dibuka di daerah-daerah yang relatif terletak lebih dekat
dengan tempat konsumen tinggal atau berbelanja. Jaringan toko ini dibentuk sete-
lah para pendirinya mempelajari apa saja kebutuhan konsumen pada saat "terde-
sak" atau "mendadak". Biasanya, pembelanjanya tidak terlalu banyak, belanjanya
sedikit-sedikit, sehingga antrian tidak terlalu panjang dan cepat selesai. Namun
Dostları ilə paylaş: |